majalahsora.com, Kabupaten Bandung – Upaya Pemerintah Kabupaten Bandung mengatasi permasalahan sampah terus dilakukan ke arah yang lebih baik. Seperti dari segi perlayanan (pengangkutan, ketersediaan armada truk sampah), cara penanganan, memilah, pengolahan, pemanfaatan teknologi tepat guna dan sebagainya.
Dari segi pelayanan sebelum Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sarimukti, di Cipatat, Kabupaten Bandung Barat terbakar, pada tanggal 19 Agustus 2023 lalu, pengangkutan sampah di wilayah Kabupaten Bandung, secara umum berjalan lancar. Meskipun masih ada beberapa wilayah yang belum optimal.
Setelah terjadinya kebakaran, ritase atau rit truk pengangkut sampah yang masuk ke TPA Sarimukti hanya 50 persen (volume sampah yang dibuang) dari sebelumnya, yakni perhari hanya 20 kali.
Akibat adanya pengurangan ritase ini, berdampak pada pengurangan layanan. Dan itu terasa oleh warga Kabupaten Bandung, di antaranya warga Komplek Griya Bandung Indah, yang sampahnya sudah mulai menumpuk di tempat sampah. Apalagi saat musim hujan ini sampahnya banyak yang terbawa hanyut ke selokan.
“Kondisinya krodit. Ya truknya ada yang sampai menginap semalam, di TPA (Sarimukti) supir teh pada marondok (supir sampai pada menginap), karena di TPA nya stagnan (tidak bisa bergerak),” dijelaskan Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bandung, Asep Kusumah, kepada awak media majalahsora.com, via sambungan telepon pintar, Rabu (17/1/2024) malam.
“Apalagi dalam kondisi hujan, ada area drop zone yang terpengaruh oleh kondisi curah hujan. Sehingga armada tidak leluasa untuk keluar masuk ke zona pembuangan, yang dipengaruhi oleh air hujan,” tambah Asep.
Lebih lanjut, paska kebakaran sudah disepakati bahwa pemerintah daerah yang membuang sampah ke TPA Sarimukti harus mengurangi volume sampah yang dibuang.
“Jadi yang membuang ke TPA Sarimukti pasti ada keterlambatan, seperti Kota Bandung, Kota Cimahi, Bandung Barat, jadi bukan hanya Kabupaten Bandung saja,” tegas Asep.
Saat ditanya ada berapa banyak jumlah armada truk pengangkut sampah sejauh ini? Kata Asep secara keseluruhan ada 111 unit, sudah termasuk armada OPSIH, URC dan lainnya.
Dengan kondisi seperti ini, ia pun berharap yang membuang sampah itu tinggal residunya, terutama sampah organik.
“Makanya Pak Bupati (Dadang Supriatna), kemarin dua bulan mengadakan gebyar bulan LCO yakni pembuatan lubang cerdas organik. Diharapkan rumah tangga, sesuai instruksi Bapak Bupati Bandung memiliki sarana penanganan sampah organik di rumah,” kata Asep.
“Menggunakan lubang biopori atau lubang cerdas organik, jadi totalnya (volume sampah) bisa dikurangi sejak di sumber. Karena rata-rata 40 sampai 45 persen merupakan sampah organik. Karena kita ketahui Sarimukti sudah over load dan TPA Legoknangka (Nagreg, Kabupaten Bandung), belum siap beroperasi,” imbuhnya.
Dengan begitu pilihannya dengan penanganan yang dimulai sejak dari sumber (rumah tangga), sesuai amanat Pasal 12 ayat 1 Undang Undang tahun 2008, yang berbunyi “Setiap orang wajib untuk mengurangi dan menangani sampah rumah tangganya secara berwawasan lingkungan.”
“Kita lagi lari dengan beberapa pendekatan, dengan LCO, bank sampah tematik, teknologi RDF, bagaimana target Pak Bupati dua tahun ke depan kita sudah tidak bergantung kepada keberadaan TPA,” pungkasnya. [SR]***