majalahsora.com, Kota Bandung – SMAN 25 Kota Bandung, salah satu sekolah top di Kota Bandung, baru saja melaksanakan kegiatan panen karya Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) secara spektakuler, pada tanggal 18 sampai 19 November 2023. Diadakan di Dago Tea House, Jalan Bukit Dago Selatan No. 53 A, Kota Bandung.
Sebagai salah satu pionir sekolah penggerak di Indonesia, SMAN 25 sudah menjalankan kurikulum merdeka untuk tiga angkatan, dari kelas X hingga XII. Oleh sebab itu wajib melaksanakan kegiatan panen karya P5.
KEPROK! Ya itu nama kegiatan P5 di SMAN 25 yang dipimpin oleh Hj. Siti Nurmala, S.Pd., M.M.Pd,. Tahun ini merupakan penyelenggaraan yang ketiga kalinya.
Kiri ke kanan: Jajang Sudrajat, M.Pd., Waka Kurikulum, Karya, S.Pd., Waka Sapras, Nina Napilah, S.Pd., M.M., Waka Humas, H. Iwan Ridwan, S.Ag., S.Pd.I., M.Pd., Waka Kesiswaan
Elis Komalasari, S.Pd., Ketua Pelaksana KEPROK III, kepada majalahsora.com menjelaskan, bahwa kegiatan tersebut masih ada kaitannya dengan program Jabar Masagi, sekaligus menjadi puncak acara.
Dalam rangkaian kegiatannya ada penyerahan penghargaaan bagi karya siswa terpilih, diselenggarakan pada tanggal 19 November pukul 19.00 WIB di Dago Tea House. Selain dihadiri warga SMAN 25 juga dihadiri oleh tim Jabar Masagi.
Dikatakan Elis kegiatan panen karya P5 menampilkan projek kelas X yang bertemakan Festival Makanan Nusantara. Kemudian projek kelas XI tentang Festival Film Demokrasi serta kelas XII mengenai Festival Drama Nusantara.
Dari kiri ke kanan: Jaelani, S.Pd., Ketua Koodinator Projek kelas XII Festival Drama Nusantara, Elis Komalasari, S.Pd., Ketua Acara KEPROK, Jajang Sudrajat, M.Pd., Ketua Tim Sekolah Penggerak, Nendah Yuliarti, S.Pd., Koordinator P5 Projek kelas X Festival Makanan Nusantara dan Winda Febrina, M.Pd., Koordinator Projek Kelas XI Festival Film Suara Demokrasi
“Pada malam harinya di hari Minggu barulah acara gabungannya yang dinamakan KEPROK,” kata Elis, baru-baru ini.
Lanjutnya untuk Festival Makanan Nusantara yang merupakan projek P5 siswa kelas X, menyajikan kuliner khas dari Provinsi Aceh, Jambi, Nusa Tenggara Barat, Papua dan banyak lagi. Jenisnya macam-macam ada makanan, kudapan serta minuman.
Lalu untuk projek P5 siswa kelas XI, berupa Festival Film Demokrasi. Temanya tentang pemilu, harapan, kenakalan remaja, kejahatan di internet, bullying atau perundungan, psikologis (peran orang tua maupun peran sekolah) dan inovasi lainnya.
Projek siswa kelas X Makanan Nusantara
“KEPROK di tahun 2023 ini merupakan yang ketiga. Dengan konsep menampilkan Srikandi. Disebut sebagai Keprok III,” Elis menjelaskan.
“KEPROK yang pertama dilaksanakan pada November 2021 dengan konsep menampilkan Gatot Kaca. KEPROK yang kedua bertepatan dengan peresmian patung Kujang di SMAN 25 Bandung oleh Bapak Ridwan Kamil (Gubernur Jawa Barat saat itu) pada November 2022, dengan konsep menampilkan Semar,” imbuhnya.
Masih berkenaan dengan KEPROK III, kata Elis acaranya berjalan lancar dan spektakuler, “Pertama di hari Sabtu, kegiatannya itu Festival Drama Nusantara dari pagi hingga jam delapan malam. Lalu di hari Minggu ada bazar makanan Nusantara dari kelas X dan penayangan film pendek dari kelas XI. Barulah di malam hari pengumuman para pemenang,” kata Elis.
Antusias siswa pada kegiatan KEPROK SMAN 25 Kota Bandung di Dago Tea House
Sebagai salah satu bentuk apresiasi, kegiatan ini pun ditonton oleh penonton dari SMAN 25 maupun dari luar SMAN 25 yang telah membeli tiket. Pengelolaannya dilakukan oleh siswa. Tujuannya kata Elis untuk memberikan bekal “softskill” kepada siswa berorganisasi dalam membuat suatu event.
“Secara internal, dihadiri oleh peserta kelas X, XI, XII dan para orang tua siswa. Sedangkan secara eksternal dihadiri pengunjung yang membeli tiket di luar warga 25,” kata Elis.
“Dalam satu sesi terdiri dari 425 orang peserta beserta orang tua siswa. Satu harinya terdiri dari tiga sesi,” imbuhnya.
Poster P5 karya siswa kelas XI, mengenai suara demokrasi
Pada hari Sabtu, dikunjungi dan dihadiri sebanyak 1.500 orang. Sedangkan pada hari Minggunya lebih dari 1.500 orang hadir tumplek di tempat acara.
Elis pun berharap ke depan bisa membuat acara sejenis dengan tema yang berbeda, suasana yang berbeda dan lain daripada yang lain.
Sementara itu Jajang Sudrajat, M.Pd., Wakil Kepala Sekolah bidang Kurikulum sekaligus Ketua tim PSP menambahkan, bahwa di dalam program Jabar Masagi yang ada kaitannya dengan KEPROK III, bisa memunculkan inovasi kearifan lokal bagi pendidikan karakter siswa SMAN 25.
Poster P5 karya siswa kelas XII, mengenai drama Nusantara
Filosofi KEPROK sendiri diambil dari bahasa Sunda, yang memiliki arti tepuk tangan, sebagai bentuk apresiasi terhadap suatu karya.
“Apresiasi tersebut diperuntukkan kepada karya, hasil proses siswa yang berjuang dalam melaksanakan P5,” kata Jajang.
Masih dijelaskan Jajang bahwa P5 terdiri dari lima tahapan, yaitu tahapan pengenalan, tahapan kontekstualisasi, tahapan perencanaan, tahapan pelaksanaan (proses, gelar karya dan apresiasi) dan tahapan refleksi (umpan balik).
Apresiasi penonton yang membeli tiket di Dago Tea House
Jajang juga menegaskan bahwa kegiatan P5 bukan hanya sekedar saat gelar karyanya saja. Hal ini dikarenakan masih banyak khalayak yang salah terhadap pemahaman panen karya P5.
Lanjutnya bahwa kegiatan P5 di SMAN 25 bersifat semi internal, karena prosesnya di sekolah namun gelar karyanya diadakan di luar sekolah.
“Gelar karya ini bekerja sama dengan Taman Budaya, Kepala UPTD Kebudayaan Daerah Jawa Barat,” ia menjelaskan.
Pemutaran film pendek hasil karya siswa
Selain itu kegiatan ini mengacu kepada Kerangka Acuan Kerja (KAK) yang di dalamnya terdiri dari “outcome” dan “output”, menjadi tujuan diadakannya Keprok III.
“Outcome yang didapat antara lain berupa pembelajaran yang menyenangkan. Kedua berupa bentuk apresiasi dari karya para siswa. Dan terakhir bertujuan meningkatkan kreatifitas,” kata Jajang.
Jajang pun memandang perlu dalam hal peningkatan kreatifitas ini, terutama untuk meningkatkan penilaian pada rapor pendidikan SMAN 25 Bandung.
KEPROK III SMAN 25 Kota Bandung sukses menyedot ribuan penonton
“Menurut saya kreatifitas merupakan hal yang cukup sulit kalau tidak dilatih. Dalam hal ini kami membekali siswa agar nanti (terjun) di masyarakat bisa menyelesaikan masalah dengan kreatifitasnya, secara efektif dan efisien,” kata Jajang.
Kemudian “output” yang dihasilkan siswa yakni dalam bentuk sebuah karya. Contoh di kelas X ada poster, kudapan, makanan, minuman, X-Banner dan cara memasak. Sedangkan “output” kelas XI ada pada film, poster dan X-banner. Lalu “output” siswa kelas XII ada pada drama, poster, properti, naskah dan aransemen musik.
Sekedar untuk diketahui, bahwa program unggulan SMAN 25 yang sudah berlangsung di bawah kepemimpinan Hj. Siti Nurmala, S.Pd., M.M.Pd., antara lain terpilih sebagai Sekolah Penggerak, Jabar Masagi, Adiwiyata Mandiri, melaksanakan SmartTren Ramadhan, Supervisi dengan sistem luring, “Camp of Character”, peringatan Bulan Bahasa, dan banyak lagi. [SR]***