majalahsora.com, Kabupaten Bandung Barat – Gubernur Jawa Barat Kang Dedi Mulyadi (KDM) meluncurkan gerakan sosial baru bertajuk Gerakan Rereongan Sapoe Sarebu (Poe Ibu) mulai 1 Oktober 2025.
Program ini mengajak ASN, pelajar, dan masyarakat untuk menyisihkan Rp1.000 per hari guna membantu warga yang membutuhkan.
Di SMAN 2 Lembang, gebrakan ini disambut antusias oleh para siswa yang melihatnya sebagai bentuk nyata keikhlasan dan gotong royong.
Salah satu siswi, Disty Aulia Setiawati, menyebut gerakan ini tidak memberatkan, justru menjadi ladang amal bagi semua pihak.
“Insya Allah tidak memberatkan. Ini diminta dengan keikhlasan, untuk kebaikan bersama, juga amal di akhirat,” ujar siswa kelas X itu, Rabu (22/10/2025).
Kotak rereongan sapoe sarebu di SMAN 2 Lembang, Kabupaten Bandung Barat
Ia bahkan kerap menyumbang lebih dari seribu rupiah per hari.
“Kadang saya beri di atas Rp 2.000. Kalau punya rezeki lebih, kita harus saling membantu,” tambahnya.
Disty yang tinggal di Cibodas, KBB, mengaku menghabiskan sekitar Rp 40.000 per hari untuk bekal dan transportasi, namun tetap menyisihkan sebagian untuk donasi. Program ini juga mendapat dukungan penuh dari orangtua dan teman-temannya.
Selain Sapoe Sarebu, SMAN 2 Lembang telah lebih dulu menjalankan program infak umrah sejak 2018. Melalui program itu, siswa berinfak Rp1.000 per hari untuk mendukung siswa dan guru penghafal Al-Qur’an berangkat umrah.
“Infak umrah sudah ada sejak saya masuk sekolah. Dan sekarang, Sapoe Sarebu menambah semangat berbagi kami,” kata Disty.
Wakil Kepala Sekolah Bidang Humas Dulhamin Arif, S.Pd, sosialisasi rereongan sapoe sarebu sudah disampaikan ke seluruh warga sekolah
Sementara Airlangga Ksatria Dharma Sunda Kusuma, siswa lainnya, menilai Sapoe Sarebu bukan sekadar donasi, tapi pendidikan karakter tentang keikhlasan dan tanggung jawab sosial.
“Sangat berguna. Selain untuk infak, ini mengajarkan kami menyisihkan rezeki dan berbagi dengan sesama,” ujarnya.
Menurut Airlangga, pengelolaan donasi berjalan rapi dan transparan. Dana dikumpulkan secara sukarela oleh OSIS setiap hari tanpa paksaan.
“Kadang saat istirahat atau sebelum belajar. Petugas OSIS datang ke kelas membawa kotak donasi,” jelasnya.
Dengan bekal Rp 20.000 per hari, Airlangga tetap rutin berdonasi hingga Rp 2.000.
Wakil Kepala Sekolah bidang Kurikulum, Ferry Ferdiansyah, S.Pd., saat memasukan uang ke dalam kotak rereongan sapoe sarebu
“Seribu dua ribu rupiah tidak memberatkan, justru jadi kebiasaan positif,” tambahnya.
Sedangkan Wakil Kepala Sekolah Bidang Humas Dulhamin Arif menjelaskan, sekolah langsung melakukan sosialisasi tiga hari setelah edaran resmi diterbitkan untuk memastikan program berjalan lancar.
“Program ini sejalan dengan nilai yang sudah kami jalankan lewat infak umrah sejak 2018,” ujarnya.
SMAN 2 Lembang kini mengintegrasikan Sapoe Sarebu dengan infak umrah secara sukarela tanpa membebani siswa.
“Semuanya sukarela, tidak wajib, agar tidak menjadi beban,” tegas Dulhamin.
Aura positif terpancar dari raut wajah salah satu guru, gerakan kecil berdampak besar
Pengumpulan dilakukan melalui kotak koin (kenceleng) yang ditempatkan di area strategis sekolah dan dikelilingkan setiap hari. Dana disimpan di rekening khusus sekolah untuk membantu siswa kurang mampu, termasuk biaya transportasi, jajan, hingga perlengkapan sekolah seperti sepatu.
Data SPMB menunjukkan ada 71 siswa pemegang SKTM, 31 siswa PAPS, dan satu siswa SKTM ekstrem yang menjadi prioritas penerima bantuan.
“Minggu depan wali kelas akan melaporkan kondisi riil siswa agar bantuan tepat sasaran,” ungkap Dulhamin.
Ia menambahkan, program ini mendapat sambutan positif dari siswa dan orang tua.
“Alhamdulillah, tidak ada penolakan. Program infak umrah sudah jadi budaya di sini, jadi Sapoe Sarebu tinggal dikolaborasikan,” katanya.
Disty Aulia Setiawati dan Airlangga Ksatria Dharma Sunda Kusuma, sisihkan uang jjajan untuk bekal akhirat
Sejak 2018, infak umrah di SMAN 2 Lembang telah memberangkatkan tiga siswa dan satu guru setiap tahun, kecuali saat pandemi COVID-19 ketika keberangkatan digabung pada 2021–2022 dengan total 10–12 orang.
Pada kesempatan berbeda Kepala SMAN 2 Lembang, Ernawati, S.Pd., M.Pd., menegaskan, Sapoe Sarebu bukan semata pengumpulan uang, tetapi gerakan moral membangun kepedulian sosial.
“Seribu rupiah mungkin kecil, tapi jika dilakukan bersama secara konsisten, menjadi kekuatan kolektif yang luar biasa,” ujarnya.
Ernawati menilai, gerakan ini merupakan bentuk nyata pendidikan karakter berbasis gotong royong bagi siswa, guru, dan orang tua.
“Program ini harus melebur dalam setiap pribadi, menjadikan lima pilar Panca Waluya bukan sekadar slogan, tetapi perilaku nyata warga Jawa Barat yang istimewa,” katanya.
Dengan semangat kebersamaan dan pengelolaan transparan, SMAN 2 Lembang menunjukkan bahwa donasi kecil bisa berdampak besar. Gerakan Sapoe Sarebu tidak hanya membantu siswa yang membutuhkan, tetapi juga menumbuhkan budaya keikhlasan, solidaritas, dan identitas sosial warga sekolah. [SR]***










