majalahsora.com, Kota Cimahi – Gubernur Jawa Barat Kang Dedi Mulyadi (KDM) meluncurkan Gerakan Rereongan Sapoe Sarebu atau Poe Ibu, sebuah inisiatif gotong royong berbasis kearifan lokal Sunda yang mengusung semangat silih asah, silih asih, silih asuh. Gerakan ini mengajak aparatur sipil negara (ASN), pelajar, dan masyarakat Jawa Barat menyisihkan Rp1.000 per hari sebagai wujud solidaritas sosial untuk membantu sesama yang membutuhkan.
Langkah ini tertuang dalam Surat Edaran (SE) Nomor 149/PMD.03.04/KESRA tentang Gerakan Rereongan Sapoe Sarebu (Poe Ibu) yang ditandatangani secara elektronik oleh Gubernur Dedi Mulyadi pada 1 Oktober 2025. SE tersebut ditujukan kepada bupati/wali kota se-Jawa Barat, kepala perangkat daerah, serta Kantor Wilayah Kementerian Agama Jawa Barat. Tujuannya memperkuat rasa kesetiakawanan sosial dan mendukung pemenuhan hak dasar masyarakat di bidang pendidikan serta kesehatan.
Gerakan Poe Ibu langsung mendapat sambutan positif di berbagai kalangan. Salah satunya datang dari SMKN 1 Kota Cimahi, yang sudah menjalankan program tersebut selama lebih dari sepekan. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan, Erwin, menjelaskan kepada majalahsora.com di ruang kerjanya, Jalan Mahar Martanegara No. 64, Cimahi Selatan, Selasa (21/10/2025), bahwa pihak sekolah segera bergerak setelah menerima informasi resmi dari Dinas Pendidikan Jawa Barat melalui kepala sekolah.
“Awalnya siswa masih bertanya-tanya, untuk apa program Poe Ibu ini. Setelah dijelaskan bahwa tujuannya murni kegiatan sosial dan sifatnya sukarela, mereka mulai antusias. Ada yang memberi tiap hari, ada juga yang tidak, karena tidak diwajibkan,” ujar Erwin.
Dalam pelaksanaannya, pengurus OSIS turut dilibatkan, khususnya bendahara. Uang Poe Ibu dikumpulkan oleh ketua kelas (KM) masing-masing, lalu diserahkan ke bendahara OSIS untuk direkap. Dana tersebut nantinya disimpan di rekening BJB Pancawaluya atas nama pengurus.
“Kemungkinan minggu ketiga kami buka rekening atas nama siswa. Dana Poe Ibu ini dikelola penuh oleh siswa, bukan pihak sekolah. Sudah ada tujuh pengurus dengan SK Poe Ibu yang ditandatangani sekolah,” katanya.
Wakil Kepala Sekolah bidang Kesiswaan, Erwin, M.Pd., dikatakannya Kepala SMKN 1 Kota Bandung, Agus Priatmono, S.Pd., M.Si., mengintruksikan gerakan Poe Ibu sesuai SE yang ada
Erwin menegaskan, penggunaan dana Poe Ibu akan bersifat transparan dan terbuka. Setiap minggu, laporan keuangan dibagikan ke grup kelas, angkatan, dan orang tua. Dana sosial tersebut akan dialokasikan untuk membantu warga SMKN 1 yang mengalami musibah seperti kematian, kecelakaan, sakit, atau bencana alam.
“Kalau ada warga sekitar yang membutuhkan bantuan, dan dana kami cukup, tentu akan kami bantu. Prinsipnya, dari kita untuk kita,” tambahnya.
Hingga kini, uang Poe Ibu yang terkumpul di SMKN 1 Cimahi telah mencapai Rp 1,3 jutaan, Erwin menilai, program ini tidak mengganggu kegiatan rutin seperti infak atau uang kas kelas.
“Poe Ibu justru menumbuhkan empati dan tanggung jawab sosial di kalangan siswa. Ini gerakan kecil, tapi punya dampak besar,” tuturnya.
Suara Siswa: Dukungan dari Hati
Tidak hanya guru dan pihak sekolah, para siswa pun mendukung penuh Gerakan Poe Ibu. Irgi Syahputra, siswa kelas X IOP (Instrumentasi dan Otomatisasi Proses) B, mengaku rutin menyisihkan uang jajannya untuk ikut berpartisipasi.
“Menurut saya bagus, karena bisa membuat siswa menyisihkan uangnya untuk kegiatan sosial. Saya pribadi setiap hari menyisihkan Rp1.000, bahkan kadang lebih karena jarang jajan. Jadi uangnya bisa ditabung sedikit demi sedikit,” ujarnya.
Tidak ada paksaan kepada siswa SMKN 1 Kota Cimahi, untuk menyisihkan uang jajan Rp 1000 per hari pada program Poe Ibu
Irgi menilai, program ini juga mengajarkan siswa mengatur keuangan sejak dini.
“Program ini ngajarin kita cara ngatur uang, gimana caranya menyisihkan dari uang jajan. Biasanya dikumpulkan per orang pakai wadah, dan teman-teman di kelas juga kebanyakan nggak keberatan, malah ridho ikut nyumbang,” tambahnya.
Senada, Zidan Maulana, siswa kelas X IOP (Instrumentasi dan Otomatisasi Proses) B, menilai Gerakan Poe Ibu membawa dampak positif bagi kesadaran siswa.
“Menurut saya program ini bagus, karena dari sini kita belajar bagaimana cara bersedekah, menyisihkan uang, dan mengatur pengeluaran. Saya biasanya bawa bekal Rp15.000, kadang sisa Rp 5.000 disisihkan untuk Poe Ibu,” tuturnya.
Zidan juga mengakui ada beberapa kendala di lapangan, namun tidak mengurangi semangat siswa.
“Kadang ada teman yang uangnya sudah habis buat jajan atau memang bawa sedikit, tapi tetap berusaha ikut. Harapannya, program seribu sehari ini bisa terus berjalan dan memberi manfaat luas, bahkan kalau bisa membantu perekonomian masyarakat sekitar,” ungkapnya. [SR]***







