majalahsora.com, Kota Bandung – Festival Tunas Bahasa Ibu antar SMP se-Kota Bandung tahun 2022, sukses diadakan oleh Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Bahasa Sunda SMP Kota Bandung, Kamis (13/10/2022).
Begitu juga dengan SMPN 33 Kota Bandung yang menjadi tuan rumah, berada di Jalan Babakan Tarogong.
Dalam Festival Tunas Bahasa Ibu ini, mempertandingkan tujuh mata lomba, seperti pupuh, maca sajak, dongeng, biantara, borangan (ngabodor sorangan), aksara Sunda dan nulis carita pondok (carpon).

Dedi Kusnadi, S.Pd., M.M.Pd., Kasie Kelembagaan PPSMP Dinas Pendidikan Kota Bandung (kiri)
Pesertanya pun membludak, ada 716 siswa dari 110 SMP negeri swasta di Kota Bandung.
“Alhamdulillah, antusias peserta luar biasa, ini karena gratis. Dibiayai oleh Dinas Pendidikan Kota Bandung,” kata Ferry sebagai salah satu penasehat kegiatan, di sela-sela acara.
Di tahun-tahun sebelumnya ajang tersebut dinamai Pasanggiri Basa Sunda. Tahun ini kali kedua berubah namanya menjadi Festival Tunas Bahasa Ibu.

Dra. Tatin Lesmanawati, M.M.Pd., Kepala SMPN 31 Kota Bandung (kiri)
“Namanya jadi robah karena sekarang ada di bawah Kementerian Ristekdikti, melalui Badan Bahasa yang dikepalai oleh Prof Amin lalu kepanjangan tangannya yakni Balai Bahasa Jawa Barat,” kata Ferry di tempat acara.
“Jadi ini nyambung. Kalau tingkat kota kabupaten tanggungjawab Dinas Pendidikan daerah masing-masing, tapi kalau tingkat propinsi menjadi tanggungjawab Balai Bahasa Jawa Barat,” imbuhnya.
Masih dikatakan Ferry ada 13 provinsi yang mengadakan event serupa.
“Nanti ditingkat nasional ditampilkan kembali, diroadshowkan oleh Badan Bahasa,” jelas Ferry yang merupakan Guru bahasa Sunda SMPN 11 Kota Bandung.

Ferry Timorochmadi, S.Pd., dengan Desi Triyani, M.Pd., Ketua Pelaksana Festival Tunas Bahasa Ibu
“Poinnya juga tinggi apabila sertifikat juara dipakai untuk PPDB masuk ke jenjang SMA atau SMK negeri melalui jalur prestasi,’ kata Ferry.
Sementara itu Desi Triyani Ketua Pelaksana Kegiatan menambahkan bahwa kegiatan Festival Tunas Bahasa Ibu tahun 2022 ini menjadi suatu kebanggaan, karena diikuti banyak peserta.
“Alhamdulillah ternyata masyarakat memiliki rasa kepedulian yang tinggi terhadap bahasa Sunda,” kata Desi, Guru SMPN 39 Kota Bandung merangkap Ketua MGMP Bahasa Sunda SMP Kota Bandung.

Peserta mata lomba Pupuh Festival Tunas Bahasa Ibu antar SMP se-Kota Bandung
“Adapun harapan dari kegiatan ini akan muncul calon-calon juara yang unggul yang bisa menggaungkan Bahasa Sunda. Para juara tingkat Kota Bandung juga bisa mewakili ke tingkat nasional, jadi juara di tingkat provinsi,” imbuhnya.
Saat ditanya mengenai penjurian, pihaknya mengedepankan objektivitas yang tinggi, karena semua materi lomba dibuat oleh masing-masing juri.
“Jurinya memang kompeten dan memang juri untuk tingkat provinsi juga. Dalam setiap mata lomba ada dua juri, dari praktisi dan akademisi,” kata Desi.

Peserta Festival Tunas Bahasa Ibu begitu antusias
Ruchijat Sutresna Kepala SMPN 33 Kota Bandung, merasa bangga sekolah yang dipimpinnya bisa mendapatkan kepercayaan menjadi tuan rumah kegiatan Festival Tunas Bahasa Ibu tahun 2022.
“Bagi kami ini kebanggaan yang tiada tara. Apalagi untuk memelihara dan memajukan budaya dan bahasa Sunda. Kalau bukan sama kita oleh siapa lagi,” kata Apep, sapaan akrabnya.
“Dengan kegiatan ini mudah-mudahan nilai-nilai budaya dan bahasa Sunda bisa terealisasi dan terjaga keberlangsungannya. Tidak hilang digilas oleh waktu,” imbuhnya.

Salah satu peserta ngadongeng
Lanjut Apep suksesnya Festival Tunas Bahasa Ibu tahun 2022, tidak terlepas dari dukungan Disdik Kota Bandung, kepala sekolah, guru dan orangtua siswa.
Sementara itu Dani Nurahman, Kepala Bidang Pembinaan SMP Disdik Kota Bandung memberikan apresiasi yang setinggi-tingginya atas kesuksesan penyelenggaraan Festival Tunas Bahasa Ibu tingkat SMP se-Kota Bandung.
Hal itu kata Danur dilihat dari antusias peserta yang membludak.

Para panitia foto bersama dengan Kabid PPSMP Disdik Kota Bandung dan Kepala SMPN 33 Kota Bandung
“Alhamdulillah banyak pesertanya. Namun perlu diketahui ini bukan ajang yang dilaksanakan untuk pertama kali tetapi sudah berkali kali dilaksanakan setiap tahun,” kata Danur, biasa disapa.
Masih kata Danur, diajang ini banyak hal yang bisa digali, pertama bagi peserta yang baru ikut serta untuk mengenalkan budaya dan bahasa daerah (Sunda), sedangkan bagi yang sudah biasa bisa meningkatkan kemampuan dan pengetahuannya lebih dalam lagi.
“Ini juga tidak hanya lomba saja tetapi ada nilai lebih, yakni anak-anak kita lebih mengenal budaya dan bahasa Sunda, jangan sampai mereka lupa budaya dan bahasa daerahnya,” kata Danur.
Danur pun berharap setiap tahun jumlah pesertanya semakin meningkat begitu juga dengan kualitas penyelenggaraannya.
“Kalau bisa tahun depan semua sekolah (SMP negeri swasta) bisa ikut serta dalam ajang ini,” pungkas Danur. [SR]***





