majalahsora.com, Kota Bandung – Awak media majalahsora melakukan peliputan ke sekolah penerima bantuan Program Rawan Melanjutkan Pendidikan (RMP) bagi siswa dari keluarga ekonomi tidak mampu, yang digulirkan Pemerintah Kota Bandung.
Peliputan ini dilakukan oleh awak media majalahsora.com sebagai salah satu bentuk kontrol sosial, agar program tahunan tersebut tepat sasaran dan benar-benar dirasakan manfaatnya.
Program ini diharapkan memberi dampak positif, baik secara personal bagi siswa penerima maupun bagi sekolah dalam peningkatan sarana, prasarana, serta kualitas pendidikan.
Salah satu sekolah yang menerima bantuan program ini adalah SMP Kartika XIX-2 Kota Bandung. Pada tahun 2025, sedikitnya ada 97 siswa penerima RMP tahun ajaran 2024/2025 yang mendapat kucuran bantuan.
Kepala SMP Kartika XIX-2 Kota Bandung, Ani Maryani, M.Pd., menjelaskan bahwa alokasi dana personal untuk siswa berupa uang tunai sebesar Rp 600 ribu. Dana tersebut sudah diberikan kepada siswa yang berhak untuk dipergunakan memenuhi kebutuhan sekolah.
Kepala Tata Usaha SMP Kartika XIX-2 Bandung, Abdul Hadi
“Sebenarnya jumlah siswa RMP kami untuk tahun depan menurun. Ini artinya ada kemajuan, karena siswa-siswi yang masuk kategori di bawah angka kemiskinan semakin berkurang,” kata Ani, baru-baru ini.
Sementara itu, alokasi dana operasional untuk mengganti SPP dan DSP.
Saat ditanya mengenai manfaat bantuan, Ani menegaskan program ini sangat membantu.
“Manfaatnya sangat besar, terutama untuk memperbaiki sarana prasarana yang tadinya kurang bagus menjadi lebih baik, yang belum terwujud akhirnya bisa terealisasi.”
“Bahkan untuk pengecatan bangunan pun kami alokasikan dari program RMP ini,” jelasnya.
Di bawah kepemimpinan Ani Maryani, SMP Kartika XIX-2 Bandung, terus meningkatkan kedisiplinan siswa, melalui Lima Nilai Kartika
Ani juga mengapresiasi pencairan dana RMP tahun ini yang lebih cepat dibanding sebelumnya.
“Biasanya cair di akhir tahun, tapi tahun ini pada bulan Agustus sudah bisa diterima. Kami berharap tahun depan nilai bantuan bertambah dan pelaksanaannya tetap lancar. Insya Allah kami siap berkoordinasi dan bekerja sama dengan Disdik Kota Bandung,” ujarnya.
Program Unggulan dan Kepercayaan Masyarakat
Selain bantuan RMP, SMP Kartika XIX-2 juga terus meningkatkan mutu sekolah melalui program unggulan. Ani menyebut, pada awal tahun ajaran ini sekolah yang berada di bawah Yayasan Kartika Jaya memperkuat aspek kedisiplinan.
“Mulai semester ini, siswa laki-laki harus berpotongan rambut cepak seperti TNI. Ini menjadi ciri khas SMP Kartika XIX-2: siswa disiplin, tertib, datang tepat waktu, sehingga jumlah keterlambatan semakin berkurang,” tutur Ani.
Dalam pelaksanaannya, sekolah bekerja sama dengan Provost untuk menegakkan kedisiplinan dan pembinaan karakter.
Program MBG di SMP Kartika XIX-2 Bandung, sudah berjalan tiga bulan
“Bersama SMA (Kartika XIX-2) kami dibantu Provost, turut memberi arahan dan pembinaan. Hasilnya sudah mulai terlihat. Kami ingin menjunjung tinggi disiplin dengan menanamkan lima nilai Kartika,” lanjutnya.
Adapun lima nilai Kartika adalah Berbudi Luhur, Disiplin, Cinta Tanah Air, Cerdas, dan Terampil. Nilai-nilai tersebut telah disosialisasikan di berbagai sudut sekolah, termasuk di tangga, agar siswa selalu mengingat dan mengimplementasikannya hingga lulus kelak.
Sebagai teladan, para guru laki-laki juga berpotongan rambut pendek, sama seperti siswa.
Ani menambahkan, jumlah siswa baru kelas VII pada tahun ajaran 2025/2026 mengalami peningkatan signifikan, yakni 98 orang. Secara keseluruhan, total siswa SMP Kartika XIX-2 kini mencapai 256 orang.
Program Makan Bergizi Gratis (MBG)
Dalam kesempatan yang sama, Ani juga menjelaskan mengenai Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang telah berjalan selama tiga bulan. Program ini dilaksanakan melalui kerja sama dengan dapur Daarut Tauhid (DT).
Perbaikan sarana prasarana SMP Kartika XIX-2 Bandung
“Alhamdulillah, program ini diterima baik oleh siswa, meskipun terkadang ada menu yang kurang cocok. Agar tidak mubazir, jumlah makanan disesuaikan dengan jumlah siswa yang hadir. Kalau ada siswa yang kenyang dan tidak makan di sekolah, mereka diminta membawa misting agar bisa dibawa pulang, atau diberikan kepada warga sekolah lain yang mau,” jelas Ani.
Ia juga mengapresiasi para guru yang dengan penuh kesadaran membantu membagikan makanan meski tanpa Surat Keputusan (SK).
“Padahal tugas ini menyita waktu mengajar dan istirahat beliau-beliau, tetapi guru tetap melakukannya dengan ikhlas,” katanya.
Sejauh ini, menu MBG cukup bervariasi, mulai dari nasi, mie, roti sebagai karbohidrat utama, dilengkapi lauk, buah, serta susu yang hampir setiap hari diberikan. Terkait kualitas, Ani memastikan tidak pernah ada makanan basi.
“Pernah ada buah yang rasanya berubah atau kurang segar, tetapi sudah langsung dilaporkan agar tidak terulang lagi. Untuk susunya anak-anak kami suka yang susu murni, ketimbang yang berasa, seperti strawberi dan coklat. Untuk rasa coklat kandungan gulanya, agak tinggi,” pungkasnya. [SR]***