majalahsora.com, Kota Bandung – Kampus OTC Bali YPKP kembali menggelar Making Bed Competition yang kedua pada tahun 2025, tepatnya pada Kamis, 15 Mei 2025. Setelah sukses mengadakan perlombaan serupa pada tahun 2024, kompetisi merapikan tempat tidur ini direncanakan menjadi agenda tahunan yang konsisten dilaksanakan oleh lembaga pendidikan tersebut.
Perlombaan berlangsung di Kampus OTC Bali YPKP yang berlokasi di Jalan Surapati No. 189, Kota Bandung. Tercatat sebanyak 37 peserta hadir dan berkompetisi, mewakili 11 SMK dari berbagai wilayah, seperti Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat serta Kabupaten Subang.
Mayoritas peserta berasal dari SMK jurusan perhotelan. Masing-masing sekolah mengirimkan dua hingga lima siswa untuk berpartisipasi.
Ketua Yayasan YPKP, Dr. H. R. Ricky Agusiady, SE., MM., Ak., saat memberikan sambutan
Namun, kompetisi ini terbuka bagi siapa saja yang memiliki keterampilan di bidang making bed. Penilaian dilakukan secara individu oleh dua tim juri profesional. Kegiatan dimulai dari pukul 07.00 hingga 15.00 WIB.
Hadiah bagi para pemenang berupa piala dan sejumlah uang, disesuaikan dengan kategori juara yang diraih.
Direktur OTC Bali YPKP, R. Rita Avianty, S.E., M.Ak., Ak., CHRM., CET., yang akrab disapa Evi, menyampaikan bahwa kompetisi ini akan dikembangkan menjadi ajang bergengsi tahunan dengan sistem piala bergilir.
Direktur OTC Bali YPKP, R. Rita Avianty, S.E., M.Ak., Ak., CHRM., CET., memiliki komitmen tinggi dalam mencetak SDM hospitality unggul
“Ini merupakan lomba kedua setelah tahun 2024 kemarin. Dilaksanakan masih di kampus OTC Bali YPKP. Ini bukan sekadar lomba seremonial, tapi ada pesan khusus di dalamnya. Yaitu tentang menumbuhkan budaya kerja profesional. Nantinya akan memperebutkan piala bergilir,” kata Evi, kepada perwakilan Forum Wartawan Pendidikan Jabar.
Selain membentuk budaya kerja yang profesional, lomba ini juga bertujuan membekali peserta dengan keterampilan teknis berstandar internasional, sekaligus menanamkan semangat kompetisi sehat di kalangan generasi muda, khususnya siswa SMK yang kelak menjadi tulang punggung industri hospitality.
Menurut Evi, dalam dunia hospitality, perhatian terhadap detail menjadi prioritas. Hal-hal kecil seperti senyuman tulus, sapaan hangat, hingga kerapian kamar yang disiapkan dengan cepat dan sempurna menjadi standar pelayanan kelas dunia.
Rektor USB YPKP, Dr. Didin Saepudin S.E., M.Si., (kedua dari kiri) hadir pada acara pembukaan
Dengan pendekatan pembelajaran berstandar internasional yang diterapkan di OTC Bali YPKP, nilai-nilai tersebut menjadi fondasi utama dalam membentuk SDM unggul di bidang perhotelan.
Dari segi teknis, perlombaan diawali dengan sesi persiapan peserta yang juga menjadi bagian dari penilaian juri. Ketika waktu lomba dimulai, para peserta langsung mempraktikkan keahlian merapikan tempat tidur, mulai dari duvet, pillow hingga selimut, semuanya dilakukan sesuai standar yang telah ditentukan.
Kompetisi ini berlangsung dalam beberapa ronde, setiap ronde terdiri dari dua peserta. Setelah waktu berakhir, juri menilai satu per satu hasil kerja peserta berdasarkan poin-poin standar yang telah ditetapkan.
Sesi pengenalan mahasiswa OTC Bali YPKP, yang magang dan bekerja di mancanegara
Aspek yang dinilai mencakup ketelitian, efisiensi waktu, kebersihan, estetika, dan kerja keras. Namun, menurut Evi, lebih dari sekadar hasil, semangat untuk memberikan yang terbaik menjadi nilai yang sangat diapresiasi.
“Perbedaan dengan tahun sebelumnya banyak. Terutama komitmen kita. Kita mengadakan lomba ini bukan untuk mereka menjadi juara, tapi membiasakan mereka melakukan hal yang terbaik. Karena juara itu untuk hal yang terbaik,” tambahnya.
Lebih lanjut, Evi menekankan bahwa kegiatan ini sejalan dengan program Asta Cita Presiden Prabowo yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui pendidikan dan keterampilan, serta membangun karakter bangsa yang kuat, bermartabat, dan siap menghadapi dunia kerja, guna mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Para peserta, saat menampilkan keahlian terbaiknya dalam kompetisi Making Bed Competition OTC YPKP Bandung tahun 2025
Melalui kompetisi ini, Evi aktif mewujudkan cita-cita nasional tersebut, tak hanya dengan mengajar secara praktik, namun juga membentuk karakter, membiasakan kerja keras, dan menanamkan jiwa juara.
Ia pun berpesan kepada para pelajar yang belum melanjutkan ke jenjang universitas agar membekali diri dengan keahlian.
“Keahlian membuat seseorang bernilai. Sertifikat akademik yang telah dimiliki, sebaiknya dilanjutkan ke sekolah yang dapat memberikan pengalaman bekerja.”
Juri profesional menjadikan kompetisi Making Bed Competition OTC YPKP Bandung, sebagai ajang bergengsi bidang hospitality
“Untuk para peserta yang berlomba, tunjukkan kemampuan kalian secara optimal. Ingat, menang itu penting. Namun menjadi pribadi yang disiplin, sportif, dan terus belajar itu jauh lebih penting. Karena pemenang sejati bukan hanya mendapatkan piala. Tapi juga akan dipraktikkan di dunia industri nanti,” imbuhnya.
Dalam kesempatan yang sama, Nida Aulia Nur Afifah, peserta dari SMK Pariwisata Pabuaran, Subang, jurusan Perhotelan departemen Housekeeping, turut membagikan pengalamannya.
“Saya ditunjuk dari Kepala Sekolah sebagai perwakilan. Senang karena nambah pengalaman. Alhamdulillah tidak tegang, namun tetap menantang. Saya kira duvetnya bakal halus, bukan bahan parasut. Tapi ternyata salah. Jadi saya belajar lagi tentang bahan duvet yang ditampilkan tadi,” ujar Nida.
Nida Aulia Nur Afifah, peserta dari SMK Pariwisata Pabuaran, Subang dan Fardiansyah Abdul Fikri dari SMK Yapari Aktripa Kota Bandung
Ini merupakan pengalaman pertama Nida dalam mengikuti lomba making bed. Siswi kelas XI ini berharap dapat kembali mengikuti lomba serupa dengan persiapan lebih matang agar meraih juara.
Sementara itu, Fardiansyah Abdul Fikri atau Abdul, siswa kelas XII dari SMK Yapari Aktripa Kota Bandung, mengungkapkan bahwa ia mengetahui ajang ini dari Kaprodi Perhotelan di sekolahnya.
“Saya di sini juga ditunjuk oleh sekolah sebagai perwakilan. Cukup enjoy karena sebelumnya pernah mengikuti lomba sejenis, dan ini kedua kalinya. Tantangannya yaitu saya kira duvetnya lebih besar, tapi ternyata pas ukurannya. Alhamdulillah hasilnya tidak terlalu buruk, memuaskan,” kata Abdul. [SR]***