majalahsora.com, Kabupaten Bandung – Universitas Bale Bandung (UNIBBA), kampus ternama di Kabupaten Bandung, resmi menjalin kerja sama dengan Forum Koordinasi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (FKP-DAS).
Hal ini, dalam rangka mewujudkan pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) yang berkualifikasi, ramah lingkungan, serta berkelanjutan untuk mendukung kesejahteraan masyarakat. Kolaborasi ini bertujuan mengoptimalkan fungsi alam, hutan, tanah, dan air melalui sistem pengelolaan DAS yang terintegrasi.
Kegiatan diawali dengan sosialisasi FKP-DAS, kemudian dilanjutkan pemaparan Memet Ahmad Surahman dari Yayasan Giri Raharja serta Dr. Ir. Sapto Prajogo, Wakil Ketua FKP-DAS Jabar. Diakhiri penandatanganan nota kesepahaman (MoU) pada Rabu (21/5/2025), bertempat di Gedung Fakultas Pertanian UNIBBA, Jalan R.A.A. Wiranatakusumah No. 7, Baleendah, Kabupaten Bandung.
(Pendaftaran Mahasiswa Baru Universitas Bale Bandung, Kampus Berkualitas di Bandung dengan Biaya Pendidikan Terjangkau klik di http://pmb.unibba.ac.id/index.php/pendaftaran_pmb)
Wakil Dekan I FKIP UNIBBA, Asep Yanyan Setiawan, M.Pd., (kiri) didaulat menjadi moderator kegiatan
Ketua FKP-DAS Kabupaten Bandung, Agus Suherman, S.Pd., dalam pemaparannya menjelaskan perihal pembentukan ForumDAS/FKP-DAS, fungsi dan perannya, serta tugas pokok dan dasar legalitasnya.
Ia menyampaikan bahwa FKP-DAS berperan aktif membantu pemerintah dalam merumuskan perencanaan nasional dan daerah terkait pengelolaan DAS, serta dalam upaya mitigasi bencana alam seperti tanah longsor, banjir, dan kekeringan, melalui edukasi masyarakat.
Agus menegaskan bahwa tugas pokok FKP-DAS meliputi pengkajian kebijakan dan program terkait DAS, serta identifikasi permasalahan yang timbul dari pengelolaan DAS dan bencana alam. Forum ini juga memberikan rekomendasi kepada gubernur, bupati, dan wali kota mengenai pemanfaatan wilayah DAS, sumber daya air, pengendalian sumber daya alam, serta pelaksanaan rehabilitasi dan konservasi DAS.
Eyang Memet, tokoh lingkungan Jabar, saat memaparkan materi “Ketahanan Pangan Berbasis Konservasi”
Secara hukum, FKP-DAS dibentuk berdasarkan SK Gubernur Nomor: 614/KEP.568-REK/2024 tanggal 08 Oktober 2024 tentang Forum Koordinasi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Tahun 2024–2029. Agus mengajak seluruh elemen masyarakat—pemerintah, muspika, tokoh masyarakat, ulama, LSM, hingga pelaku industri—untuk bersama-sama melakukan langkah nyata dalam pengelolaan DAS.
Pemilihan UNIBBA sebagai mitra strategis didasari pada keterlibatan langsung Rektor UNIBBA, Dr. Ir. H. M. Ibrahim Danuwikarsa, sebagai Wakil Ketua FKP-DAS Kabupaten Bandung. Agus mengapresiasi dukungan UNIBBA yang menyediakan tempat dan waktu pertemuan demi kelangsungan kerja sama tersebut.
Lebih lanjut, Agus menyebutkan bahwa keterlibatan kampus sangat krusial, mengingat FKP-DAS bekerja lintas sektor sesuai SK Menteri Kehutanan Nomor: S.330/V-DAS/2007, yang juga mencakup peran aktif perguruan tinggi. MoU ini dirancang untuk mendorong aksi nyata dalam pemberdayaan masyarakat, kegiatan kuliah kerja nyata (KKN), praktik kerja lapangan (PKL), dan kegiatan serupa di berbagai desa yang akan ditentukan.
Peserta kegiatan antusias mengikuti kegiatan, terdiri dari tokoh masyarakat, TNI, dosen, mahasiswa, pegiat lingkungan dan lainnya
FKP-DAS pun merencanakan kerja sama serupa dengan kampus lain, seperti Telkom University.
Dalam kesempatan tersebut, Ketua Yayasan Panata Giri Raharja, Memet Ahmad Surahman, yang juga Dewan Pakar ForumDAS, memaparkan materi tentang “Ketahanan Pangan Berbasis Konservasi”. Ia menyoroti pentingnya transformasi semangat konservasi, yang selama ini cenderung dimarginalkan.
Eyang Memet, sapaan akrabnya, menilai UNIBBA sangat responsif terhadap isu lingkungan dan konservasi, yang dinilainya sebagai bentuk kesepahaman dan penjiwaan terhadap pelestarian hutan.
Dr. Ir. Sapto Prajogo, Wakil Ketua FKP-DAS Jabar, saat menyampaikan materi “Tranformasi Manajemen Layanan Persampahan”
Ia berharap kegiatan ini dapat menjadi ajang kaderisasi mahasiswa, sehingga kelak muncul generasi pelestari lingkungan yang tangguh. Rencana ke depan adalah turun langsung ke lapangan untuk mengidentifikasi potensi kolaborasi konservasi.
Menurutnya, persoalan ketahanan pangan tak bisa lepas dari konservasi. Ia menyoroti praktik alih fungsi lahan yang seringkali mengabaikan aspek ekologis. Ia pun mengusulkan pola tanaman tumpang sari sebagai solusi, menggabungkan tanaman hutan dan komoditas pertanian.
Konsep ini telah diterapkan di Desa Cibodas, Mekarsari, Pasirjambu, Kabupaten Bandung, pada lahan seluas tiga hektar.
Saat penandatanganan MoU UNIBBA dan FKP-DAS, disaksikan oleh Wakil Rektor II Bidang Administrasi Umum, Keuangan, dan Kepegawaian, Muhammad Iqbal, S.E., M.M., (kiri)
“Sudah tertanam sekitar 200 jenis tanaman khas Jawa Barat yang langka, seperti katapang, bisoro, secang, sancang, ringging, kopo, junti, ganitri, wastra dan banyak lagi,” ujar Eyang Memet.
Ia menegaskan bahwa kolaborasi dengan UNIBBA akan terus diperluas, baik di wilayah hulu, tengah (manajemen), hingga hilir (pemasaran).
Rektor UNIBBA, Dr. Ir. H. M. Ibrahim Danuwikarsa, M.S., menyatakan kampus yang dipimpinnya siap menindaklanjuti MoU ini dengan implementasi langsung di lapangan, sesuai program dari Kemdiktisaintek yakni Kampus Berdampak.
Berfoto bersama usai kegiatan
“Kami memiliki dosen dan mahasiswa yang siap terlibat, terutama dalam kegiatan yang relevan dengan kurikulum, seperti KKN dan PKL,” ujar Ibrahim.
Lebih dari itu, kerja sama ini juga sejalan dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi: pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Tahap awal implementasi dimulai dengan pemetaan wilayah, lalu dilanjutkan penelitian dan kegiatan pengabdian yang terstruktur lintas fakultas dan prodi.
“Fakultas Pertanian dan Prodi Geografi bisa menjadi leader, tapi prodi lain pun dapat berperan. Prodi Sistem Informasi dapat mendukung sisi teknologi dan pemasaran online, sedangkan Fakultas Ekonomi dapat berperan dalam marketing dan administrasi. Begitu juga dengan Prodi dan fakultas lainnya,” tutup Ibrahim. [SR]***
