majalahsora.com, Kabupaten Tasikmalaya – Pada hari kedua kunjungan kerja Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Wamendikdasmen) Atip Latipulhayat bersama jajaran tinggi Kemendikdasmen mendengarkan keluh kesah guru-guru Indonesia di dua sekolah Tasikmalaya, yakni SMA Plus Muallimin Persis Rajapolah dan SMP-SMA Nasrul Haq Sukasari.
Kunjungan ini tidak hanya menjadi ajang serap aspirasi, tetapi juga menggugah harapan baru bagi masa depan kesejahteraan tenaga pengajar dan kualitas pendidikan nasional.
Dalam dialog yang penuh antusiasme dan harapan, Wamen Atip dengan seksama menyimak berbagai aspirasi dan keluhan dari para guru yang berdedikasi mengajar di sekolah swasta dan negeri. Salah satu isu utama yang diangkat adalah ketimpangan kesejahteraan antara guru swasta dan negeri.
“Kami para guru di sekolah swasta sangat membutuhkan dukungan lebih dari pemerintah agar dapat bersaing dan mendukung visi Indonesia Maju,” ungkap seorang guru dengan penuh semangat.
Menanggapi hal ini, Wamen Atip berjanji akan segera menyusun skema dukungan untuk meningkatkan kesejahteraan guru swasta.
“Kami sudah mendiskusikan hal ini dalam rapat, dan Insya Allah, akan ada langkah nyata untuk memperbaiki kesejahteraan para guru di sekolah swasta,” jawabnya.
Tidak hanya itu, ia menekankan bahwa kolaborasi antara sekolah swasta dan negeri kini menjadi paradigma utama Kemendikdasmen, sehingga keduanya dapat saling bersinergi, bukan berkompetisi.
Selain itu, keluhan tentang keterbatasan perangkat Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) juga diangkat.
“Anak-anak berbakat kami terkendala berkompetisi karena minimnya fasilitas TIK,” ujar Taufik, seorang pengajar Matematika.
Wamen Atip dan Direktur SMP, Imran, berkomitmen menindaklanjuti kebutuhan TIK ini sebagai bagian dari upaya pengembangan potensi siswa di era digital.
Para guru pun mengangkat masalah keterbatasan akses ke perpustakaan, yang berdampak pada gerakan literasi sekolah.
Wamen Atip menyatakan tekadnya membantu meningkatkan akses pustaka untuk sekolah, menegaskan bahwa “Good writer must be a good reader,” demi menumbuhkan budaya literasi sejak dini.
Penerapan Artificial Intelligence (AI) di pendidikan juga menjadi perhatian dalam dialog ini, dengan kekhawatiran bahwa AI bisa menurunkan daya pikir siswa.
Sementara itu Imran Direktur SMP, mengusulkan bahwa pelatihan tentang AI bisa menjadi jalan mengubah tantangan ini menjadi alat bantu yang memacu kreativitas siswa.
Bahkan, ia menyebutkan kemungkinan kolaborasi dengan Microsoft untuk mengadakan pelatihan AI skala besar.
Mengakhiri kunjungan yang sangat produktif, Wamen Atip mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada para guru yang selama ini berdedikasi untuk kemajuan pendidikan.
“Semoga pertemuan ini menjadi awal dari perubahan besar untuk kesejahteraan guru dan peningkatan kualitas pendidikan nasional,” tutupnya dengan optimisme. [SR]***