majalahsora.com, Kota Bekasi – Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 2 Kota Bekasi makin meningkatkan mutu pendidikannya, guna menunjang lulusan yang siap bekerja dan berkarya sesuai standar kebutuhan dunia industri saat ini.
Sekolah yang terletak tak jauh dari TPST Bantargebang, di Kelurahan Ciketing Udik, Kecamatan Bantar Gebang, Kota Bekasi. Memiliki enam kompetensi bidang keahlian di antaranya, Rekayasa Perangkat Lunak (RPL), Teknik Komputer dan Jaringan, Teknik Elektronika Industri, Teknik dan Bisnis Sepeda Motor, Akuntansi dan Keuangan Lembaga serta Teknik Energi Terbarukan.
Sekolah yang berdiri sejak tahun 2004 lalu, kini makin berkembang dan bertransformasi sehingga menjadi sekolah yang mendapatkan predikat sebagai Sekolah Pusat Keunggulan Pemadanan (PKP) pada Tahun 2022.
Wakil Kepala Sekolah Sapras merangkap Manajemen Mutu, Alimudin MT
Salah satu tujuan utama sekolah menengah kejuruan adalah mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) atau lulusan yang memiliki ilmu pengetahuan dan keahlian yang berkompeten. Baik untuk siswa yang ingin langsung bekerja, ataupun melanjutkan, dan berwirausaha, disingkat BMW (Bekerja, Melanjutkan dan Wirausaha).
Hal itu disampaikan Kepala SMKN 2 Kota Bekasi, B. Agus Wimbadi M.Pd melalui Wakil Kepala Sekolah Sapras dan Manajemen Mutu, Alimudin MT., saat ditemui di SMKN 2 Kota Bekasi, Jalan Lapangan Bola, Butun, Kota Bekasi, Rabu (15/3/2023).
Untuk mencapai tujuan tersebut, lanjut Alimudin, banyak program-program yang ditempuh. Semua aspek sumber daya ditingkatkan. Mulai dari peningkatan sarana dan prasarana hingga sumber daya manusia pengajar atau guru dan tenaga pendidik.
Wakasek Hubin Hj. Nur Laela Tusiyamah, SE., M.Pd
“Jangan sampai kita gembar gemborkan ke siswa nya PKL, sementara guru-gurunya tidak mengenal industri juga, jadi guru nya dimagangkan,” ujar Alimudin.
“Kita standarisasi sesuai kebutuhan industri. Tidak hanya siswa nya, tapi guru nya juga,” imbuhnya.
Selain meningkatkan kompetensi SDM, hal terpenting lain yang dilakukan yakni menanamkan budaya industri sejak di lingkungan sekolah.
Kelas industri Panasonic
“Pokoknya budaya industri harus ditanamkan kepada siswa sejak di sekolah. Supaya output (penyerapan) tenaga kerja sesuai kebutuhan industri,” ungkap Alimudin.
Untuk meningkatkan mutu pendidikan keahlian di bidangnya, SMKN 2 Kota Bekasi juga telah menerapkan pengajaran melalui guru tamu dari Industri.
Sehingga harapannya, siswa-siswi alumni atau lulusan SMKN 2 Kota Bekasi itu bisa memikat dunia industri. Karena kita sudah dekat dengan industri, baik dari PKL nya, juga melalui guru tamu industri, tutur Alimudin.
Salah satu dukungan dari PT Schneider perusahaan Prancis, menyediakan alat trainer
Dijelaskan Alimudin, setiap semester dari setiap kelas mendapatkan pengajaran dari guru tamu atau tenaga pengajar dari industri sebanyak 50 jam pelajaran.
“Jadi kita masukan ke dalam kurikulum 50 jam dalam satu semester,” katanya.
Selain agar siswa tidak bosan, guru yang didatangkan dari industri mampu memberikan materi sesuai standar-standar industri, budaya kerja, serta segi kompetensi yang khusus dengan industri, tambah Alimudin.
Kegiatan di SMKN 2 Kota Bekasi
Ditambahkan Alimudin, untuk memenuhi standar industri, kurikulum di SMKN 2 Kota Bekasi melibatkan dari pihak industri.
“Kurikulum juga disinkronisasi dengan industri, artinya industri dilibatkan,” katanya.
“Bagaimana kita mau memenuhi standar industri sementara kurikulumnya sendiri yang menjadi acuan atau pegangan dasar sekolah secara KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) tidak standar dengan industri. Kita harus selaraskan dengan industri,” ungkapnya.
Ruangan tempat, produksi T-shirt, mug, dan lainnya untuk mendukung program sekolah pencetak wirausaha
Sehingga, kata Alimudin, industri mengetahui jika sekolah (SMK) ini sudah update. Mulai dari sarana dan prasarana yang tersedia sesuai standar terbaru kebutuhan industri.
Menurutnya, pendekatan dengan industri merupakan salah satu cara agar sekolah bisa memaksimalkan sarana dan prasarana peralatan praktek belajar siswa.
Sehingga penanaman budaya industri kepada siswa dan sarana prasarana di sekolah harus bisa berkesinambungan, harapannya sesuai visi misi sekolah yakni, unggul, berkarakter dan berwawasan global.
Suasana ruang guru SMKN 2 Kota Bekasi
Untuk mencapai target kelulusan siswa sesuai dengan output atau BMW. SMKN 2 Kota Bekasi telah melakukan pemilahan sejak siswa duduk di bangku kelas X.
Dikatakan Alimudin, ini sesuai arahan pimpinan, setiap kegiatan harus pas atau pemberian materi kepada siswa yang tepat.
“Jadi kalau dari kelas sepuluh (X) kira-kira potensi setelah lulus ingin langsung bekerja, kita masukan ke dalam kategori Bekerja.”
Mesin pembuat briket biomassa dengan bahan dasar daur ulang sampah bantuan CSR dari PT PLN. Hasil produksinya dibeli oleh PLN
“Terus bagi siswa yang ingin melanjutkan sekolah setelah lulus, kita tetap siapkan. Karena toh dari SMK juga bisa ke perguruan tinggi negeri. Alhamdulillah alumni kita banyak juga yang masuk pergurun tinggi di UI, IPB, STAN, STTD, Unsika, Undip, Unsu hingga UGM juga ada,” kata Alimudin.
Namun ia menerangkan, dari rata-rata lulusan SMKN 2 Kota Bekasi sebanyak 500 siswa per tahun, sebagian besar atau 60 persen siswa memilih langsung bekerja.
“Hampir 60 persen lulusan memilih langsung bekerja. Satu angkatan rata-rata lulusan di angka 500 sampai 600 siswa,” jelasnya.
Alur proses daur ulang peuyeumisasi
Menurut hasil data studi dari kementerian Mendikbud Ristek Dikti yang diterima, penelusuran lulusan SMKN 2 Kota Bekasi yang memilih dan melakukan wirausaha sebanyak 5 persen berwirausaha. Sementara 61 persen Bekerja, 30 persen lebih Melanjutkan jenjang pendidikan, sisanya nol koma sekian persen data yang tidak tertelusuri.
Dukungan dan kepercayaan pihak industri kepada SMKN 2 Kota Bekasi bisa dibilang cukup baik, tak ayal membuat siswa yang memilih langsung bekerja mendominasi jumlah lulusan.
Hal ini, kata Alimudin, dukungan sarpras dan mata pelajaran khusus dari industri mempengaruhi peluang siswa SMKN 2 Kota Bekasi untuk bisa langsung bekerja.
SMKN 2 Kota Bekasi, salah satu sekolah top di Jabar
Kelas industri atau mata pelajaran khusus yang bekerjasama langsung dengan beberapa industri sudah diterapkan. Sejak dua tahun lalu, kelas industri yang ada di SMKN 2 Kota Bekasi mencapai 30 persen. Kelas X ada empat kelas, Kelas XI ada 3 kelas.
Selain itu, untuk meningkatkan mutu siswa dan guru, SMKN 2 Kota Bekasi telah melaksanakan uji kompetensi, mulai Uji Kompetensi PJBN, Uji Kompetensi dengan industri dan uji kompetensi bagi tim penguji. Serta uji LSP (Lembaga Sertifikasi Profesi) yang akan dilaksanakan pada bulan Mei mendatang.
Ada penambahan uji yang akan diajukan dari PT. PLN, yakni uji LSK (Lembaga Sertifikasi Kelistrikan). Jadi PT. PLN akan menguji siswa dan guru, sebanyak 100 siswa dan 10 guru yang harus memiliki sertifikasi dari LSK. [SR]***