majalahsora.com, Kota Bandung – Secara umum pengelolaan dan mendaur ulang sampah di Indonesia masih belum terintegrasi dengan baik. Begitu juga dalam memilah antara sampah organik dan sampah an organik.
Namun begitu upaya menuju ke arah perbaikan terus dilakukan. Seperti yang dilakukan oleh Cabang Dinas Pendidikan (Cadisdik) Wilayah VII, Kota Bandung dan Kota Cimahi, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat (Jabar), melalui gerakan memungut sampah (GMS) secara masif yang dilakukan di sekolah. Program ini dicanangkan sejak dua bulan yang lalu.
Berkenaan dengan program tersebut, Kepala SMAN 1 Kota Bandung Tuti Kurniawati, S.Pd., M.Pd., pun mendukung apa yang digelorakan oleh Kepala Cadisdik VII Dr. AI Nurhasan, A.P., M.Si.
“Saya pikir itu merupakan program yang sangat bagus apalagi Bandung sempat dinyatakan darurat sampah. Meskipun sekarang itu sudah dicabut,” kata Tuti, di ruang kerjanya, Jalan Ir. H. Juanda No 93, pada hari Jum’at (27/10/2023).
Setiap Jum’at dilakukan Gerakan Memungut Sampah, dan bergantian setiap tingkatnya
Lanjutnya pengolahan sampah akan lebih baik apabila diolah sedemikian rupa, sehingga saat dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA), hanya residu yang tidak bisa diolah.
“Lebih apabila sampah yang bisa diberdayakan kembali, dari tempat sampah pertama atau dari masyarakat akan lebih bagus,” kata Tuti.
Bentuk dukungan program ini di SMAN 1 Kota Bandung harus lebih peduli terhadap lingkungan, para siswanya memilih dan memilah sampah serta mendaur ulang.
“Pak KCD begitu intens, menghimbau kepada setiap sekolah minimal pada hari Jum’at gerakan memungut sampah dilakukan. Beliau juga baik di medsos sangat serius menyebarluaskan program ini, baik ke dinas terkait maupun ke pemerintahan Wilayah KCD VII,” kata Tuti.
Gerakan Memungut Sampah (GMS) ditanamkan sedari dini untuk menjadi kebiasaan kelak
“Beliau menggandeng Kepala Dinas Pendidikan Kota Cimahi dan Kepala Dinas Pendidikan Kota Bandung untuk lebih peduli lagi. Meskipun SMA SMK dan SLB ada di bawah naungan provinsi namun dari kewilayahan ada di daerah Kota Cimahi dan Kota Bandung, bekerja sama untuk sama-sama konsen dan peduli dalam pengelolaan sampah,” kata Tuti.
Penerapan di SMAN 1 Kota Bandung dilaksanakan pada hari Jum’at, di samping itu melakukan sosialisasi kepada siswa membangun karakter tersebut, seperti dalam Penguatan Profil Pelajar Pancasila mengenai gaya hidup berkelanjutan.
Lalu mengenai gaya hidup berkelanjutan ini diserahkan kepada siswa, bagaimana menciptakan sekolah yang nyaman, terutama bersih dan tepat dalam penanganan serta pengelolaan sampah.
“Mereka menghimbau gerakan ini (gerakan memungut sampah) dan menyambut dengan baik. Setelah itu kalau datangnya dari kesadaran anak-anak akan berbeda dengan instruksi dari sekolah,” kata Tuti.
Belajar peduli terhadap lingkungan sekitar, siswa laki-laki SMAN 1 Kota Bandung, menyapu trotoar di sekitar sekolah
Pihaknya pun terus berupaya agar program ini tertanam dalam sanubarinya dan diimplementasikan sedemikian rupa, sehingga peduli terhadap lingkungannya.
“Ada juga kampaye mengurangi produksi sampah. Caranya dengan membawa wadah minum dan makan dari rumah, seperti tumbler. Sekalipun membawa misting kosong tidak apa-apa, ketika jajan di kantin mereka tidak membawa sampah dari kantin. Umpamanya membeli seblak membawa wadah dari rumah. Kalau pun mistingnya ada isinya ya lebih bagus,” kata Tuti.
Di dalam kelas pun sudah disediakan galon air isi ulang di kelasnya masing-masing, untuk mengisi tumbler wadah air yang mereka bawa dari rumah. Galonnya sendiri disediakan oleh mereka membeli dari uang kas.
“Mereka mengumpulkan uang kas, di setiap kelas ada bukan dari sekolah juga. Kalau perlu isi ulang bisa diisi di kelas,” kata Tuti.
Tidak takut kotor, siswa perempuan SMAN 1 Kota Bandung
Intinya kata Tuti gerakan atau program ini selalu diingatkan oleh Ai Nurhasan pada setiap hari Jum’at, setiap sekolah minimal melaksanakan Jum’at Bersih (Jumsih).
“Alhamdulillah di sekolah kami sudah menjadi habit atau kebiasaan. Setiap tingkat dan minggunya bergantian, misalnya Jum’at ini kelas XI yang siswa kelas X dan XII belajar. Jumsihnya dilakukan selama satu jam pelajaran,” kata Tuti.
“Tugasnya ada yang membersihkan lingkungan ada juga yang memilah sampah. Misalnya kelas ini bagian memilah sampah, kelas ini membersihkan sektor ini. Lalu sampah yang memiliki nilai jual ya dijual, uangnya dimasukkan ke dalam kas. Anak-anak beli air minum juga dari situ,” imbuhnya.
Kegiatan ini setiap minggunya dilaporkan oleh sekolah negeri dan swasta ke KCD VII, baik berupa foto maupun video. Lalu dibuat kompilasi di upload juga di chanel YouTube Ai Nurhasan.
“Saya yakin gerakan ini tidak hanya baru dilakukan beberapa bulan ini, tetapi sudah dilakukan sebelum-sebelumnya,” pungkas Tuti. [SR]***