Rektor Telkom University Prof. Ir. H. Moch. Ashari, Ph.D. (batik hitam) menyerahkan plakat kepada Prof. Ahmad Ramli, Dirjen Pos & Penyelenggara Informatika (PPI) Kemkominfo RI sebagai narasumber seminar. Disaksikan Dr. Ari M. Barmawi, Ph.D, Cryptography Tel-U (jilbab), Ardi Sutedja, , dari Indonesia Cyber Security Forum (jaket hitam) dan Edi Widjara, SVC Financial Planning & Analysis PT. Telkom
majalahsora.com, Kab. Bandung – Dalam rangka HUT Telkom University (Tel-U) yang kelima, Tel-U adakan kegiatan ICS2C (Internet Cyber Security Seminar & Competition) yang diadakan di kampusnya di Bojongsoang, Kabupaten Bandung, 2-3 Maret 2018.
Mochammad Ashari, Rektor Telkom University menjelaskan bahwa pada acara tersebut diselenggarakan dua kegiatan, seminar dan pengumuman hasil kompetisi hacker.
“Untuk peserta kompetisinya sendiri berjumlah 138 peserta, dari pulau Jawa hingga Sumatera. Berlomba secara online, setelah itu disaring menjadi 15 besar dan dipilih 5 besar,” kata Prof. Ir. H. Moch. Ashari, Ph.D. di depan para pewarta, Sabtu, (3/3/2018).
Sambung Ashari, negara kita memerlukan para hacker yang nantinya bisa dilibatkan dalam pembuatan security point (sistem keamanan) di dunia maya.
“Banyak aset negara yang membutuhkan para hacker, seperti perbankan dan lainnya. Tentu hacker di sini adalah orang-orang yang memiliki potensi besar dalam hal positif untuk mengembangkan security point, yang tidak memiliki batas negara,” terangnya.
Pesertanya sendiri ada yang dari SMK, perguruan tinggi dan umum. 50 persennya dari mahasiswa.
Berkaitan dengan kompetisi tersebut, Edi Widjara, SVC Financial Planning & Analysis PT. Telkom, menuturkan bahwa security sistem bisa jadi menjadi solusi keamanan. Karena Telkom selaku operator memiliki pelanggan yang memerlukan hal itu. Seperti corporate customer, di antaranya perbankan, enterprise bisnis (4000 pelanggan), dan lainnya.
“Mereka memerlukan keamanan data, jadi dengan kegiatan kompetisi ini, kita jadi tahu, anak bangsa yang memiliki prestasi di seluruh Indonesia, yang nantinya ada peluang dan lainnya. Ini jadi portopolio. Kami pun akan berdayakan. Dan menjadi peluang bisnis karena sistemnya bisa kita jual dan terus berkembang,” katanya.
Masih menurut Edi, ada energi positif yang perlu dibangun, jangan sampai kemampuan hacker yang hebat tidak dibina, baik oleh negara, operator, serta institusi pendidikan. “Jangan sampai mereka jadi tidak memiliki arah,” harapnya.
“Makanya hari ini ada seminar dan lomba, agar para hacker tidak liar. Bagi Telkom ini peluang besar. Karena bisnis berkelanjutan, Telkom pun akan merekrutnya sesuai dengan program kami. Per tahun kami memerlukan 200 orang, untuk merefresh yang pensiun,” tutur Edi.
Senada dengan Edi, Ardi Sutedja, dari Indonesia Cyber Security Forum, menjelaskan hacker itu harus dibina dan dilatih agar derajatnya naik dan memiliki pekerjaan yang layak. Di Indonesia sendiri memerlukan 10.000 hacker, untuk menjaga aset vital negara di dunia maya.
“Bakat dan kemampuan mereka harus dimanfaatkan secara optimal untuk kepentingan negara. Makanya harus siapkan lapangan kerja dan aplikasinya,” imbuh Ardi Sutedja. [SR]***