majalahsora.com, Kabupaten Bandung Barat – SMAN 1 Batujajar, Kabupaten Bandung Barat, di tahun ajaran baru 2023/2024 ini, terus berupaya meningkatkan rapor mutu pendidikannya.
Berkenaan dengan ini, Kepala SMAN 1 Batujajar, H. Syaepuddin, S.Pd., M.Pd., mengatakan ada tiga hal yang akan ditingkatkan, pertama dari segi standar kelulusan, kedua standar proses dan ketiga standar keuangan.
“Kami fokuskan di tahun ini, melangkah by data dan kondisi. Terutama fokus pada lulusan,” kata Syaepuddin, Kepala SMAN 1 Batujajar, baru-baru ini, di ruang kerjanya Jalan Raya Selacau, KBB.
“Hasil AKM (Asesmen Kopetensi Minimum), tahun lalu alhamdulilah SMAN 1 Batujajar peringkat kedua, di Kabupaten Bandung Barat. Sedangkan kopetensi literasinya di atas standar nasional. Output lulusan kami juga tahun ini, meningkat dua kali lipat dari tahun lalu, banyak diterima di perguruan tinggi negeri.”
Guru SMAN 1 Batujajar, sedang mengajar di dalam kelas
“Sebanyak 58 lulusan siswa kami diterima di perguruan tinggi favorit di seluruh Indonesia melalui jalur UTBK, seperti di UGM, UNS, ITS, UNPAD, UIN, UPI, IPB, UI, UNDIP. Ada satu orang yang diterima di Akmil dan empat orang diterima di Kepolisian,” imbuhnya.
Di samping itu sembilan orang diterima di PTN melalui jalur undangan. Ada juga lulusan SMAN 1 Batujajar yang menunggu hasil kelulusan dari Secaba TNI.
“Lulusan kami banyak yang diterima di TNI Polri,” kata Syaepuddin.
Saat disinggung mengenai program SMAN 1 Batujajar, di tahun ajaran baru 2023 ini, ia menjelaskan bahwa sekolah yang dipimpinnya telah mengimplementasikan kurikulum merdeka.
SMAN 1 Batujajar, tahun 2023 ini mengimplementasikan kurikulum merdeka
“Insya Allah dalam waktu dekat kami akan memilah-milah anak sesuai dengan karakternya. Tahun pertama menerapkan kurikulum merdeka. Di enam bulan pertama ada hal yang bisa kita lihat terbentuknya Profil Pelajar Pancasila,” kata Syaepuddin.
“Saya pun memiliki optimisme yang luar biasa, karena didukung oleh tenaga pengajar yang hebat, tim guru penggerak, tenaga guru yang masih muda, insya Allah mereka selalu update terhadap perkembangan,” imbuhnya.
Sedangkan dari sisi keuangan, Kepala SMAN 1 Batujajar mengatakan, selain dukungan dari pemerintah, sekolah pun masih memerlukan sokongan atau sumbangan dari orangtua siswa, melalui komite sekolah.
“Komite sekolah di SMAN 1 Batujajar, kebetulan sudah tiga tahun akan ada pergantian. Dan akan kordinasi di minggu ketiga bulan Agustus 2023. Saya ucapkan terimakasih kepada komite yang lama, telah membantu sekolah selama ini,” kata Syaepuddin.
Semangat siswa perempuan SMAN 1 Batujajar, antusias belajar menimba ilmu
“Insya Allah akan dibentuk komite baru sesuai dengan Permendikbud No 75, mengenai komite dan tupoksi komite jangan sampai tumpang tindih. Maaf-maaf salama ini tentang penerapan aturan komite sekolah masih bias. Ada komite sekolah yang seumur hidup. Harusnya mengacu ke Permendikbud No 75, di sana jelas maksimal hanya tiga tahun.”
“Insya Allah akan ada pembaharuan dan komite ke depan akan lebih baik. Tapi apabila ada tokoh yang sangat central dibutuhkan juga, bukan sebagai ketua komite sekolah, tapi sebagai pembina atau penasehat. Ketua komite sekolah harus orangtua siswa aktif,” imbuh Syaepuddin.
Dalam kesempatan ini, Syaepuddin pun mengutarakan harapannya, terutama berkaitan dengan pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) tahun 2023.
Kata Syaepuddin melihat kondisi yang ada di lapangan, persentase jalur zonasi dan prestasi rapor khususnya, harus ditinjau kembali.
SMAN 1 Batujajar, di Jalan Raya Selacau, KBB
“Proporsi jalur prestasi (rapor) untuk sekolah yang jarang penduduknya harus lebih besar, kalau bisa proposinya 80 persen, sedangkan jalur zonasinya 20 persen. Tapi kalau daerah pinggiran yang jarang sekolahnya dan padat penduduk, proporsi zonasinya bisa 80 persen, prestasi bisa 20 persen,” kata Syaepuddin.
Harapan berikutnya, ia meminta agar dana BOPD dan BOS pencairannya jangan terlalu lama.
“Bagaimana sekolah bisa menjalankan program dengan baik, apabila anggarannya telat. Apalagi sekolah tidak boleh ngutang. Dalam penganggaran negara sekolah tidak boleh ngutang,” kata Syaepuddin.
“Saya juga berharap masyarakat mengubah mindsetnya, bahwa pendidikan berkualitas itu bukan gratis, tetapi punya nilai dilihat dari segi input, output dan pembiayaan. Karena selama ini masyarakat berpikir SMA SMK gratis, sehingga tidak mau berkontribusi untuk membangun sekolah,” pungkas Syaepuddin. [SR]***