majalahsora.com, Kota Bandung – Peringati 67 Tahun Konferensi Asia Afrika, DPD Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Kota Bandung menggelar Deklarasi Kebangsaan Solidaritas dari Bandung bagi Dunia, Kamis, (21/4/2022), di Gedung New Majestic jalan Braga No.1 Bandung.
Deklarasi Kebangsaan yang bertepatan dengan Hari Kartini, DPD PSI Kota Bandung juga mengambil tema tentang Perempuan, Toleran, dan Kepemudaan.
Ketua Komite Solidaritas Pelindung Perempuan dan Anak (KSPPA) PSI Karen Pooroe atau biasa dikenal Karen Idol seusai melakukan orasi kebangsaan mengatakan, dirinya dalam orasi menyampaikan bagaimana perempuan kerap menjadi korban secara fisik, kekerasan verbal, bahkan kekerasan seksual.
“Ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi di seluruh dunia, padahal perempuan adalah penentu arah kemana generasi akan berjalan,” kata Karen Pooroe, “Pemberdayaan perempuan adalah hal yang sangat penting,” ujarnya.
“Perempuan adalah orang yang betul-betul harus dihargai, kesetaraan gender sudah menjadi isu global yang kita perlukan, karena perempuan selalu didiskriminasikan,” imbuhya.
Lebih lanjut Karen Pooroe mengungkapkan, perjuangan KSPPA PSI tidak hanya seremonial belaka, namun diikuti oleh aksi nyata, “KSPPA selama ini terjun langsung mendampingi para korban pemerkosaan yang ada di Jawa Barat,” ujarnya.
“Maka Deklarasi Kebangsaan menjadi momen yang penting bagi kami untuk menyuarakan apa yang sudah KSPPA lakukan, terlebih oleh KSPPA Kota Bandung,” kata Karen Pooroe
Menanggapi disahkannya UU Tindak Pidana Kekerasan Seksual (TPKS), Karen Pooroe menyambut positif namun dengan berbagai catatan.
“Kami bersyukur UU TPKS telah disahkan, walaupun UU tersebut sudah tereduksi sangat banyak sekali dari RUU sebelumnya,” ungkap Karen Pooroe.
“Dari 152 pasal hanya 50 pasal yang kemarin dirapatkan, lalu tereduksi lagi, jadi memang keberpihakan terhadap korban masih agak abu abu dan belum ada kepastian hukum yang betul-betul mengikat,” imbuhnya.
Menurutnya hukum di Indonesia belum tajam, kekerasan terhadap perempuan dan anak seperti puncak gunung es. Di antaranya korban banyak yang tidak mau melapor, karena banyak pertimbangan, karena dari hulu sampai hilir segala sesuatunya sulit, maka itulah yang pihaknya dorong, dan KSPPA mendorong kepada para korban untuk berani berbicara.
“Kami akan dampingi mereka dari proses pelaporan sampai pendampingan psikologis hingga pemberdayaan perempuan,” kata Karen Pooroe.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua DPD PSI Kota Bandung Yoel Yosaphat menjelaskan, kegiatan Deklarasi Kebangsaan yang digelar DPD PSI Kota Bandung dilaksanakan dalam rangka memperingati Konperensi Asia Afrika, dan Hari Kartini, juga untuk mengajak anak-anak muda melek politik.
“Kami ingin masyarakat Kota Bandung, Jawa Barat dan Indonesia tahu bahwa hari yang spesial ini, semua orang bisa mendapatkan makna,” kata Yoel Yosaphat.
“Ada tiga makna yang kita sampaikan, pertama, makna kita memperjuangkan kesetaraan perempuan, kedua, makna kita memperjuangkan semangat toleransi di Kota Bandung, Jawa Barat dan Indonesia, serta dunia, karena KAA ini dari Bandung untuk dunia, ketiga, semangat untuk anak-anak muda yang mungkin kurang peduli dengan politik dan kami undang untuk masuk ke dalam politik praktis supaya mereka ikut andil dalam perubahan mulai dari Kota Bandung, mungkin nanti provinsi dan nasional, yang penting mereka mau terjun,” imbuhnya.
Ia berharap, kegiatan ini menjadi gaung, bahwa PSI tidak tinggal diam, PSI ada di Kota Bandung, punya semangat dan impian untuk membuat Kota Bandung menjadi lebih baik.
“Oleh karena itu, kita butuh sosok yang progresif, transparan dan semangat muda,” pungkasnya.
Beberapa tokoh PSI yang tampil membacakan Orasi Kebangsaan di antaranya, Ketua Komite Solidaritas Pelindung Perempuan dan Anak (KSPPA) PSI Karen Pooroe, Ketua DPD PSI Kota Bandung Yoel Yosaphat, Sekretaris DPD PSI Kota Bandung Gina Mardiana, Wakil Sekretaris DPD PSI Kota Bandung Alexander J Ricky, Bendahara DPD PSI Kota Bandung Lidia Merciana Suhandi, Anggota Legislatif DPD PSI Kota Bandung Christian Julianto, Anggota Legislatif DPD PSI Kota Bandung Erick Darmajaya, dan Perwakilan Jurnalis Harri Safiari. [SR]***