majalahsora.com, Kota Bandung – Ada kekhawatiran jumlah penutur bahasa daerah di setiap daerah yang ada di Nusantara, dari tahun ke tahun terus menurun.
Meskipun begitu upaya untuk meningkatkannya terus dilakukan dengan berbagai cara. Seperti yang dilakukan di SMPN 16 Kota Bandung, agar bahasa Sunda tetap digunakan dan terus berkembang.
Bertepatan dengan peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional, SMPN 16 menggelar kegiatan Mieling Poe Basa Indung sa-Dunya, yang jatuh setiap tanggal 21 Februari.
Plt Kepala SMPN 16 Kota Bandung, Dra. Nita Hidawati, M.M.Pd., ingin mengembalikan ikonik kesundaan di SMPN 16
Peringatannya dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 22 Februari 2024, di sekolah yang berada di Jalan PHH. Mustoppa No 53. Mengusung tema “Hayu Micatur ku Basa Indung Nyarita ku Basa Sunda”.
Dalam kegiatan ini terlihat para siswa antusias menampilkan berbagai kesenian, seperti tari, pencak silat, solo kendang, gending karesmen dan lainnya.
Keceriaan pun makin bertambah, kala Plt Kepala SMPN 16 Kota Bandung, Dra. Nita Hidawati, M.M.Pd., beserta jajarannya nyawer uang, permen, coklat kepada penampil dan siswa yang menjadi penonton. Nita juga turut serta menari.
Plt Kepala SMPN 16 Kota Bandung, bersama Wakil Kepala Sekolah, Guru dan Tenaga Kependidikan
Nita mengatakan bahwa sekolah itu harus dibranding, dan SMPN 16 Kota Bandung memiliki ciri khas atau ikonik sebagai sekolah yang unggul dalam kesundaan.
“SMPN 16 Kota Bandung gaduh keunggulan kanggo ngaronjatkeun basa Sunda. Ayeuna sakola nu berbasis basa Sunda teh sesah. Salah sawiosna dina momen ieu (Mieling Poe Basa Indung) dan potensinya ada di SMPN 16,” kata Nita dalam basa Sunda, Kamis (22/2/2024).
Dirinya juga sangat bangga dengan kegiatan ini termasuk terhadap berbagai tampilan apik dari siswa SMPN 16 Kota Bandung.
Guru Bahasa Sunda SMPN 16 Kota Bandung, Dra. Yani, terharu kegiatan gebyar kesundaan kembali bisa terlaksana, melalui kegiatan Poe Mieling Basa Indung sa-Dunya
“Ieu luar biasa, salami abdi mingpin di sababaraha sakola, di dieu mah, sigana komplit, ” kata Nita yang menjadi Plt SMPN 16 Kota Bandung, sejak Desember 2023 dan pernah menjadi Kepala SMPN 6, 21 dan 49, kini Kepala SMPN 27 Kota Bandung.
Apalagi kata Nita, kegiatan ini disiapkan hanya dalam dua hari.
Sebagai kepala sekolah dia berharap penggunaan basa Sunda menjadi perhatian yang utama, untuk diimplementasikan dalam komunikasi sehari-hari, khususnya di tanah Sunda.
Kepala SMPN 16 Kota Bandung berfoto dengan para guru
“Seueur oge nu tos nganggo basa Sunda, tapi masih kirang mernah. Kedah aya reformasi kumaha carana supados murangkalih, generasi ngora langkung reueus nganggo basa Sunda nu leres,” pungkasnya.
Yani Guru Basa Sunda, mengatakan bahwa Milling Poe Basa Indung sa-Dunya di SMPN 16 Kota Bandung baru diadakan lagi, setelah sekian tahun fakum.
“Alhamdulillah, ngahaturkeun nuhun ka Ibu Pupuhu (Bu Nita Hidawati) nu hebat, nembe aya deui kagiatan ieu, saparantos Kepala Sekolah kapungkur Pa Jajang Hermawan (sekarang Kasie Kurikulum SD Disdik Kota Bandung), dipasihan kesempatan ngareuah-reuah Mieling Poe Basa Indung sa-Dunya deui,” kata Yani.
Arif Abdul Rochman, S.Pd., Guru Bahasa Sunda memeriahkan suasana
Lanjut Yani meskipun dengan persiapan yang singkat, bersyukur bisa berjalan secara lancar. Hal ini pun berkat kerja keras siswa SMPN 16 Kota Bandung yang hebat.
Intinya kata Yani, ini untuk memotivasi siswa, bukan hanya dalam belajar bahasa Sunda saja, melainkan bisa dikemas secara menarik.
Apalagi SMPN 16 Kota Bandung, memiliki visi mengembangkan kesundaan. Malah pada tahun 2012 pernah dinobatkan sebagai sekolah Peduli Budaya Sunda, oleh Walikota Bandung, Dada Rosada waktu itu.
Penampilan tari massal dan kaulinan barudak
Oleh karena itu SMPN 16 Kota Bandung secara “ajeg”, masih memegang teguh untuk mengembangkan bahasa dan budaya Sunda. Di samping itu siswanya semakin berprestasi dalam bidang kesundaan, baik itu dari sisi bahasa, tradisi, budaya, aksara, kesenian serta beladiri Sunda.
Masih berkenaan dengan kegiatan Mieling Poe Basa Indung sa-Dunya ini, selain tampilan-tampilan juga diisi dengan berbagai lomba, seperti lomba membuat poster digital dengan tema himbauan siswa agar tidak malu menggunakan basa Sunda.
Lalu, untuk kelas IX ada lomba membuat poster mengenai kaulinan barudak, dengan deskripsi menggunakan bahasa Indonesia dan Inggris. Tujuannya selain bangga dengan bahasa Sunda dan Indonesia, juga harus mengerti bahasa asing, untuk pergaulan global masa kini.
Lomba membuat poster digital, mengenai penggunaan bahasa Sunda di kalangan pelajar
Sedangkan untuk kelas VIII ada lomba aksara Sunda seperti kaligrafi, dengan menuliskan visi misi SMPN 16.
Di samping itu dikenalkan juga mengenai olahan makanan khas Sunda, melalui lomba menghias pipiti yang di dalamnya ada nasi timbel kumplit. Sedangkan untuk minumannya ada bandrek dan lainnya.
Tidak kalah menarik dalam kegiatan ini ada penampilan gending karesmen dari siswa yang dikemas secara apik.
Lomba menulis aksara Sunda
“Mugia SMPN 16 Kota Bandung, langkung nanjeur ku visi misi budaya Sundana. Mudahan-mudahan tiasa nyeungitan Kota Bandung, sanes ditatar Sunda wae tapi dugi ka mancanagara.”
“Kumargi aya siswa SMPN 16 Kota Bandung nu ka tingkat nasional dina acara FTBI tahun 2022. Abdi hoyong tiap taun aya siswa juara di Jabar maju ka tingkat nasional,” pungkasnya.
Awak media majalahsora.com pun berhasil mewawancarai Vika kelas VII-D, meminta pendapatnya mengenai sepenting apa generasi muda sekarang terhadap perkembangan dan kemajuan bahasa Sunda? Menurutnya bahasa Sunda penting digunakan oleh generasi saat ini, khususnya dalam pergaulan sehari-hari.
Tampilan pencak silat yang sering menjadi juara
“Intina mah ulah isin nganggo bahasa Sunda,” kata Vika yang pernah menjadi juara ke-3 Nembang Pupuh, Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) tingkat Jabar dan Banten, tahun 2023.
Sedangkan menurut Hamdan kelas IX-G, bahwa bahasa Sunda, sudah seharusnya digunakan atau dipelihara oleh generasi muda, pasalnya siapa lagi yang akan menjaganya.
“Abdi sadidinten nyarios ku bahasa Sunda, boh di bumi atanapi di sakola ngobrol sareng rerencangan.”
“Pokona urang kedah sadar. Sapopoe nyarios nganggo basa Sunda teh penting pisan. Lamun teu ku urang ku saha deui sangkan bahasa Sunda tetep aya teu eleh ku basa deungeun,” kata Hamdan, yang pernah menjadi juara harapan 3 Tembang Pagerageungan, se-Jabar dan Banten. [SR]***