majalahsora.com, Kabupaten Bandung – Kurang lebih empat bulan sudah Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) di tahun ajaran baru 2020-2021, di langsungkan SMKN 7 Kabupaten Bandung, disaat pandemi.
Di antaranya memanfaatkan internet atau dalam jaringan (daring).
Agus Muslihin, Kepala SMKN 7 Baleendah memaparkan dengan situasi serta kondisi pembelajaran saat ini, siswanya belum bisa optimal terlayani 100 persen.
Pihaknya berupaya membuat model pembelajaran PJJ yang ideal.
Sebelumnya mereka pun memvalidasi siswa yang tidak mempunyai hp atau kesulitan jaringan, sinyal. Karena jaringan internet di setiap daerah, kualitasnya tidak sama baiknya.
Oleh sebab itu secara khusus melalui walikelasnya, melakukan home visit ke rumah siswa yang tidak terlacak kehadirannya secara online.
Hj. Ratna Dewi, Kasubag Tata Usaha SMKN 7 Baleendah Kabupaten Bandung
Ia menambahkan home visit dilakukan oleh para walikelasnya masing-masing, sebagai guru yang paling dekat, juga orangtua kedua.
“Para walikelas merupakan ujung tombak untuk melakukan home visit. Menelusuri bagaimana latar belakang tentang kegiatan pembelajaran di rumah siswa kami selama ini,” kata Agus, di kantornya, Jalan Siliwangi KM.15, Desa Manggahang, Kecamatan Baleendah, baru-baru ini.
“Kalau saat pembelajaran daring sinyal putus-putus menimbulkan kesulitan tersendiri bagi siswa kami. Oleh karena itu ke depan, terutama untuk sekolah teknik seperti SMKN 7, diharapkan ada tatap muka langsung untuk materi pembelajaran yang bersifat teknis dan memerlukan skill. Mungkin dalam seminggu ada beberapa kali pertemuan,” imbuhnya.
Di samping itu tidak semua guru memberikan tugas pada saat bersamaan kepada para siswa SMKN 7 Baleendah.
“Intinya para guru memberikan tugas yang sudah mewakili beberapa Kompetensi Inti Kompetensi Dasar (KIKD) bahkan mewakili beberapa mata pelajaran. Jadi dalam satu tugas bisa mewakili kompetensi yang mencakup beberapa pelajaran,” kata Agus.
Siswa SMKN 7 terwadahi di lima jurusan yang ada, yaitu Desain Permodelan Informasi Bangunan (DPIB), Rekayasa Perangkat Lunak (RPL), Teknologi Audio Video (TAV), Teknik Kendaraan Ringan (TKR) dan Teknik Bisnis Sepeda Motor (TBSM).
Dra. Nani Sumarni, M.M.Pd., Wakasek Kesiswaan SMKN 7 Baleendah Kabupaten Bandung
Sedangkan untuk jumlah rombongan belajar (rombel) ada 42 kelas, pertingkat 14 rombel (sekitar 1512 siswa). Di saat kondisi normal, mereka belajar di 32 ruangan dan 5 bengkel yang ada.
Lebih lanjut menurut Agus, pembelajaran PJJ di saat pandemi COVID-19, tidak seoptimal tatap muka.
Karena pada saat tatap muka, para siswa secara spontan bisa menanyakan langsung kepada gurunya apabila ada materi pelajaran yang tidak dimengerti.
“Meskipun begitu, dalam pandemi ini alhamdulillah, siswa-siswi, guru, tenaga kependidikan dan karyawan SMKN 7 dalam keadaan sehat walafiat. Semoga untuk seluruh masyarakat juga diberi kesehatan,” pungkas Agus.
Sementara itu Nani Sumarni, Wakil Kepala Sekolah (Wakasek) bidang Kesiswaan menambahkan, selain tidak membebani siswanya dengan berbagai tugas pihaknya juga membuat modul.
Di setiap tingkat ada sekitar 20 pelajaran yang dibuatkan modulnya.
Modul untuk siswa SMKN 7 Baleendah Kabupaten Bandung
Nani menjelaskan bahwa modul tersebut untuk membantu mereka yang tidak bisa melangsungkan pembelajaran secara daring.
“Setelah ditelusuri awalnya ada sekitar 30 persen siswa SMKN 7 Baleendah yang tidak bisa mengikuti pembelajaran daring. Siswa kami terkendala oleh hp android, karena harus meminjam yang orangtua atau saudaranya. Berikutnya sinyal yang tidak sama kualitasnya di setiap daerah. Sedangkan yang tidak memiliki hp android sama sekali, kami belikan,” kata Nani.
Lebih lanjut ia menambahkan selama ini siswa yang terkendala itu, setiap minggunya membawa modul ke sekolah.
“Intinya kendala yang ada sudah kami siasati untuk memecahkan masalah. Modul itu bisa diambil oleh orangtuanya atau siswa kami, di sekolah,” kata Nani.
Modul tersebut dibuat untuk satu semester sampai bulan Desember 2020. Di dalam modul berisi mengenai, program pembelajaran selama satu semester, tujuan pembelajaran, lembar kerja siswa, termasuk materi pembelajaran, dan apa yang harus dilakukan oleh siswa selama belajar dari rumah (BDR).
Sedangkan untuk memantau modul yang diambil, para siswa diharuskan mengisi buku yang ada. Setelah melaksanakan pembelajaran melalui modul mereka laporan ke gurunya masing-masing.
“Setelah lembar kerjanya selesai dikerjakan oleh siswa kami, setiap minggunya diberikan ke walikelas atau petugas tenaga kependidikan di sekolah. Ada juga yang tiga hari sudah beres,” kata Nani.
“Pokoknya siswa dibuat enjoy. Jangan sampai siswa jadi tidak berkarakter gara-gara banyak tugas, termasuk tenggat waktu terlalu cepat. Oleh sebab itu tidak semua guru harus memberi tugas. Khusus pelajaran PKN digabung dengan pelajaran PAI, yang dicari tentang karakter. Ada juga bahasa Indonesia, Sunda dan Inggris digabung, misalkan membuat puisi tentang cinta tanah air dalam versi tiga bahasa. Begitu juga dengan pelajaran lainnya,” imbuhnya.
Sedangkan untuk pembelajaran daring di SMKN 7, selama ini menggunakan google class room ataupun WA chat.
Di samping itu juga menggunakan youtube. Namun untuk YouTube atau pun video confrence dibatasi, karena hal itu kata Nani sangat menyedot kuota internet siswa.
“Orangtua siswa di SMKN 7 Baleendah kebanyakan golongan ekonomi menengah ke bawah. Kasian kalau tersedot kuotanya. Bagi yang tidak mampu pihak sekolah juga memberikan bantuan kuota internet kepada siswa KETM untuk semua tingkat kurang lebih ada 200 orang. Mereka diberi kuota internet sebesar Rp 50 ribu, kerjasama dengan bendahara BOS,” kata Nani
Pihaknya pun terus melakukan evaluasi dan memberikan laporan mengenai pembelajaran daring, sehingga terlihat persentase absen para siswa. Diserahkan kepada guru masing-masing.
Untuk kelancaran pembelajaran daring pemerintah juga memberikan bantuan kuota internet bagi para siswa, sehingga bisa mengurangi beban orangtua dalam memenuhi kuota internet anaknya yang sedang belajar.
Senada dengan Agus, dirinya pun berharap agar pembelajaran pelajaran produktif dalam waktu dekat bisa dilakukan secara tatap muka langsung, dengan menerapkan protokol kesehatan yang berlaku.
“Kalau secara global, saat ini kendala SMK ada di masalah pembelajaran produktif, harus mengubah kebiasaan. Termasuk program PKL untuk kelas XI di bulan Januari akan dilakukan nanti di saat mereka duduk di kelas XII,” kata Nani. [SR]***