majalahsora.com, Kota Bandung – Puluhan Kepala SMK Kelas Khusus Yamaha, binaan PT. Yamaha Indonesia Motor Manufacturing (YIMM) dari berbagai daerah hadir di SMK ICB Cinta Teknika Kota Bandung untuk mengikuti kegiatan sosialisasi SMK Performance Evaluation (SPE), yang diselenggarakan selama dua hari, yaitu pada Selasa dan Rabu, tanggal 7 Januari hingga 8 Januari 2025.
Koordinator Service DDS II Jawa Barat (Jabar), Juan Widyaya, menjelaskan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk mengawali tahun 2025, di antaranya membahas instrumen SMK Performance Evaluation (SPE) yang harus dipenuhi oleh SMK Kelas Khusus Yamaha. Selain itu, terdapat penjelasan mengenai pembaharuan MoU serta pengingat mengenai dasar-dasar binaan yang telah dilakukan oleh Yamaha.
“Poin-poin yang dibahas dalam SPE cukup banyak. Seperti yang tadi kami sampaikan, hal-hal penting mencakup ketersediaan ruang praktik, infrastruktur praktik, motor untuk praktik, serta guru-guru yang kompeten dan memiliki dedikasi.”
Kepala SMK ICB Cinta Teknika Kota Bandung, Sugiyo, S.Sos., M.M., (depan kanan)
“Banyak elemen yang harus diperhatikan. Tujuannya adalah untuk meningkatkan mutu yang diharapkan oleh industri,” kata Juan di sela-sela kegiatan, di SMK ICB Cinta Teknika Kota Bandung, Jalan Atlas Tengah No 2, Kelurahan Babakan Surabaya, Kecamatan Kiaracondong, pada Selasa (7/1/2025).
Berbicara mengenai MoU, Juan mengatakan bahwa hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya konflik kepentingan di lapangan. “Di Jawa Barat belum pernah terjadi kejadian seperti itu, tapi kami ingin melihat ke depan, agar tidak ada hal-hal yang tidak diinginkan,” tambahnya.
Dengan adanya SMK Performance Evaluation, program ini dapat melahirkan Kelas Khusus Yamaha (KKY) dengan status SMK grade A yang benar-benar telah memenuhi semua instrumen yang ada. Dikuatkan oleh MoU yang mengatur berbagai hal, termasuk legal untuk menjaga mutu.
Koordinator Service DDS II Jawa Barat (Jabar), PT. YIMM, Juan Widyaya
“Jadi, jangan ada SMK dengan grade A yang ternyata mutunya grade B bahkan C. Intinya adalah untuk menjaga mutu, sehingga output yang dihasilkan pun baik. Tidak ada oknum, baik dari Yamaha maupun SMK yang melakukan kongkalikong. Supaya mutu outputnya baik, integritas label harus terjaga dan hasil output siswa juga harus grade A. Jika grade B ya berarti grade B,” jelas Juan.
“Kalau grade C masih dalam tahap penyesuaian awal, terbatas baik dari segi ruang praktik maupun tenaga pengajar, tetapi kami akan membantu dan mengembangkan secara bertahap,” ungkapnya.
Juan berharap, dengan kegiatan ini, semua pihak dapat memiliki satu pemahaman terkait konsep yang sama, termasuk dasar-dasar yang sama, tidak terkecuali legalitasnya.
Pematerian terkait sosialisasi SMK Performance Evaluation
Setelah kegiatan di Bandung, kegiatan serupa juga akan dilaksanakan di SMK Muhammadiyah Lemahabang, Kabupaten Cirebon, pada hari Kamis, tanggal 10 Januari 2025.
SMK ICB Cinta Teknika Kota Bandung Kelas Khusus Yamaha “Grade A”
Kepala SMK ICB Cinta Teknika, Sugiyo, pun merasa bangga bahwa sekolah yang dipimpinnya menjadi lokasi sosialisasi SMK Performance Evaluation bagi SMK Kelas Khusus Yamaha dari berbagai daerah, termasuk Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Cianjur, Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Garut, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Subang, dan Kabupaten Karawang.
Saat ditanya tentang manfaat Kelas Khusus Yamaha di sekolah yang dipimpinnya, Sugiyo menjelaskan bahwa manfaatnya sangat banyak, salah satunya adalah dalam proses perekrutan lulusan KKY SMK ICB Cinta Teknika yang sangat dibutuhkan oleh pihak Yamaha.
SMK dari berbagai daerah hadir pada kegiatan sosialisasi SMK Performance Evaluation
“KKY di SMK ICB Cinta Teknika ada sejak tahun 2022. Manfaatnya sangat terasa. Bahkan, pada tahun ini ketika siswa kami menjalani PKL (praktek kerja lapangan) pada bulan Desember 2024, 50 persen siswa kelas KKY sudah berstatus magang dan menjadi calon karyawan di dealer Yamaha, dengan hanya separuhnya yang masih belajar. Mereka tidak perlu melamar karena sudah direkrut sebelum lulus,” ungkap Sugiyo.
Terkait kegiatan sosialisasi SPE dari Yamaha, sugiyo pun berharap agar diadakan evaluasi setiap enam bulan sekali.
Sekolah pun terus dipacu agar terus meningkatkan mutu, apalagi ada reward, berupa donasi, sepeda motor, mesin, dan lainnya yang bergantung pada gradenya. [SR]***