majalahsora.com, Kabupaten Baleendah – Dua tahun ke belakang, kegiatan pesantren kilat Ramadhan di sekolah, masih dilakukan dalam jaringan (daring) atau online, karena kondisi pandemi.
Kini setelah dua tahun berlalu, pesantren Ramadhan bisa diadakan sacara tatap muka langsung atau luar jaringan (luring). Namun tidak sedikit sekolah yang menggabungkan keduanya.
Di Jabar khususnya di SMA SMK MA, kegiatan tersebut dikenal dengan nama SmartTren Ramadhan.
Dra. Nani Sumarni, M.M.Pd., Wakasek Kesiswaan
Salah satu sekolah di Jabar yang melaksanakan SmartTren yakni SMKN 7 Baleendah.
Heris Herdiana, S. Pd., Kepala SMKN 7 Baleendah, mengemukakan bahwa tujuan dari kegiatan SmartTren agar para siswa dapat lebih khusyu mendalami agama Islam dan menjalankan ibadah puasanya.
Heris pun menjelaskan bahwa SmartTren di sekolah yang dipimpinnya akan dilaksanakan selama dua minggu. Dimulai dari tanggal 11 April 2022 hingga 21 April 2022. Dibagi menjadi dua sesi yaitu kelas X dan kelas XI.
Peningkatan akhlaq dan etos kerja
“SmartTren tahun ini berbeda dengan tahun sebelumnya yang diadakan full secara daring. Alhamdulillah tahun ini kegiatannya diadakan secara luring dan daring. Pematerinya pun ada yang berasal dari tokoh agama di daerah kami,” kata Heris, di ruang kerjanya, Jalan Siliwangi KM.15, Manggahang, Baleendah, Selasa (12/4/2022).
Adapun materi yang disampaikan sesuai dengan petunjuk teknis (Juknis) dari Dinas Pendidikan (Disdik) Jawa Barat (Jabar), serta kekhasan pesantren Ramadhan SMKN 7 Baleendah.
Materi khasnya, kata Heris disesuaikan dengan Sekolah Menengah Kejuruan yaitu menerapkan siswa agar memiliki keterampilan. Terlebih ditekankan dalam profil pekerja yang baik sesuai dengan akidah. Nanti konkritnya ketika bekerja, harus diimbangi dengan disiplin waktu, jujur serta sholeh/sholehah.
Bekal ilmu agama di bulan Ramadhan
“Harapannya adalah ada peningkatan dalam pemahaman budi pekerti siswa dan menjadi pribadi-pribadi yang berakhlakul karimah. Semoga bisa menjadi kegiatan yang bermakna dan membuat siswa lebih sholeh/sholehah. Selain itu kami berharap agar siswa dan sekolah bisa lebih maju lagi guna meningkatkan pelayanan mutu untuk anak didik kami,” tambah Heris.
Sementara itu Dra. Nani Sumarni, M.M.Pd., Wakasek Kesiswaan mengatakan bahwa kegiatan SmartTren SMKN 7 Baleendah, mengusung tema “Membentuk Siswa SMKN 7 Menjadi Beriman dan Bertakwa Diimbangi Kecerdasan Sikap, Pengetahuan dan Keterampilan”.
Kegiatan tersebut kata Nani diikuti oleh siswa kelas X sebanyak 464 orang dan kelas XI sebanyak 494 orang.
Peserta putri
“Untuk kelas XII tidak diikutsertakan dikarenakan akan menjalani ujian sekolah,” kata Nani.
Saat ditanya kegiatan SmartTren Ramadhan 1443 H materinya seperti apa, ia mengungkapkan bahwa setiap hari sharing tentang bagaimana hafalan Al-Qur’an, tentang bagaimana hidup yang baik di mata Tuhan, memotivasi siswa agar selalu memegang kaidah Islam.
Sedangkan untuk urutan kegiatannya, berupa tilawah Al-Qur’an, pembiasaan sholat dhuha mandiri di Mesjid sekolah, setoran hafalan surat & doa bersama, muroja’ah dan operasi bersih di kelas masing-masing.
Alisa Azahra Apriani
Awak media majalahsora.com juga mewawancarai dua peserta, yakni Alisa Azahra Apriani, siswa kelas XI RPL III, ia mengemukakan bahwa ikut kegiatan SmartTren, yakni agar bisa mengisi aktifitas di waktu luang, daripada di rumah kebanyakan tidur.
lanjut Alisa, dalam kegiatan SmartTren Ramadhan ini, banyak amalan-amalan ibadah dan prilaku baik yang harus dijalankan selama Ramadhan.
Oleh sebab itu kata Alisa, dengan apa yang dilakukan dirinya dan peserta SmartTren, budi pekertinya bisa lebih dijaga dan sopan santunnya lebih baik lagi.
Abdul Malik dari kelas XI TAP II
Siswa lainya, Abdul Malik dari kelas XI TAP II, mengatakan bahwa kegiatan yang ia ikuti ini, mengobati pesantren Ramadhan di masa-masa pandemi, ketika itu kegiatannya terus di rumah, secara daring.
“Harapannya semoga kegiatan ini dapat terus berkembang,” ujar Iqbal.
Di samping siswa muslim, siswa non muslim pun tidak luput dari kegiatan sejenis.
Ada sekitar 13 siswa non muslim. Di saat Ramadhan, mereka diberi pelayanan juga, kebetulan sejumlah siswa itu semuanya beragama Kristen. Mereka diberi jurnal yang harus diisi dengan aktivitas positif, dibimbing oleh guru agamanya.
Namun mereka juga tetap boleh datang ke sekolah dan mengikuti kegiatan penumbuhan budi pekerti sesuai dengan keyakinannya. [SR]***