majalahsora.com, Kota Bandung – SMAN 8 Kota Bandung yang dipimpin oleh Suryana, menjadi salah satu tempat vaksinasi masal, untuk mempercepat tercapainya target kekebalan kelompok warga Jawa Barat (Jabar).
Diselenggarakan selama tiga hari, Sabtu, Minggu dan Senin, tanggal 7-9 Agustus 2021.
Sasaran vaksinasi tersebut terdiri dari berbagai kelompok masyarakat, mulai dari para alumni, siswa, hingga masyarakat sekitar, dengan target dalam sehari ada 1.500 orang tervaksinasi.
Atalia Praratya Ridwan Kamil, Wakil Ketua Divisi Khusus Percepatan Vaksinasi Jabar, meninjau langsung vaksinasi yang diselenggarakan di sekolah yang berada di Jalan Solontongan, Minggu (8/8/2021).
Sebelumnya hal serupa diadakan di SMAN 3 Kota Bandung, Jalan Belitung No 8, Sabtu (7/8/2021).
Malah vaksinasi khusus pelajar di Jabar di launching di SMAN 5 Kota Bandung dan SMPN 2 Kota Bandung, Kamis (15/7/2021), diikuti oleh sekitar 2000 pelajar.
Diketahui kegiatan vaksinasi di SMAN 8 merupakan kolaborasi berbagai pihak, mulai dari pemerintah daerah, pemerintah pusat, hingga organisasi kemasyarakatan.
Adapun stakeholders yang terlibat dalam vaksinasi masal itu, terdiri dari Kementerian Keuangan, BPJS Kesehatan, Grab Indonesia hingga Jabar Bergerak.
“Kolaborasi inilah yang penting karena pemerintah saja tidak cukup untuk melakukan kegiatan vaksin ini sendirian. Saya apresiasi SMAN 8 Bandung, Kementerian Keuangan, BPJS, Grab termasuk dari Jabar Bergerak,” kata Atalia, usai meninjau vaksinasi di SMAN 8 Kota Bandung.
“Di sini berarti ada lingkup alumni, kemudian juga ada lingkup anak-anak sekolahnya, kemudian juga masyarakat sekitar,” imbuhnya.
Pemprov Jabar sendiri menargetkan sampai akhir bulan Desember 2021, ada 37 juta warga Jabar yang sudah divaksin.
Salah satu strategi yang dilakukan adalah memanfaatkan sekolah dan pondok pesantren sebagai sentra vaksinasi.
Penyelenggara vaksin juga bisa berkolaborasi antara pemerintah dengan swasta.
Pada kesempatan itu Atalia juga mengapresiasi kedatangan siswa untuk divaksin. Seperti diketahui vaksinasi anak usia 12-18 tahun, sudah diperbolehkan dan dijalankan di Indonesia. Ia berharap semakin banyak orangtua yang mengajak anaknya untuk divaksin di sekolah- sekolah. Begitu pun sebaliknya, anak mengajak orang tua divaksin di sekolah.
“Target kita saat membuka (vaksinasi) untuk anak sekolah sesungguhnya agar mereka menginspirasi dan mengajak anggota keluarganya terutama orang tua agar mau divaksin,” ungkap Atalia.
Tantangan terbesar dalam sosialisasi dan edukasi masyarakat adalah misinformasi, disinformasi, serta hoaks terpihal vaksin yang disebarkan pihak tidak bertanggung jawab.
“PR kita masih ada penolakan, masih ada ketidakpercaayaan,” kata Atalia.
Jabar sendiri memiliki pekerjaan berat karena harus memvaksin 70-80 persen dari 50 juta jiwa pendududk atau sekitar 37 juta jiwa. Saat ini jumlah warga divaksin masih di bawah 10 juta atau sekitar 16 persen. Jabar memiliki waktu lima bulan lagi untuk capai target. Dukungan dari berbagai pihak akan sangat berarti.
Selain kolaborasi, Pemprov Jabar terus berusaha mengamankan stok vaksin. Sebab secara jumlah penduduk terbesar di Indonesia, Jabar berbeda dengan daerah lain.
“Saat ini kami mendorong lobi-lobi dengan pusat agar bagaimana vaksin untuk di Jabar bisa disegerakan. Karena tentu saja jumlah penduduk Jawa Barat yang mungkin berbeda dengan wilayah-wilayah lain,” kata Atalia. [SR]***