Dr. Hj. Yeni Gantini, M.Pd., Kepala SMAN 3 Kota Bandung, saat membuka acara Prometheus, Sabtu 12 Mei 2018
majalahsora.com, Kota Bandung – SMAN 3 Kota Bandung sekolah berbasis riset. Hal itu dibuktikan dengan penyelenggaraan pameran dan kompetisi hasil riset, yang diselenggarakan setiap tahun di kampusnya.
Penyelenggaraan kali ini diberi tema Prometheus, yaitu pameran dan kompetisi riset untuk siswa, merupakan yang ketujuh kalinya. Digelar hari Sabtu, 12 Mei 2018. Memamerkan 102 hasil riset, yang telah berhasil melewati berbagai tahap penilaian. Dari informasi yang didapat, satu riset hasil dari satu kelompok (terdiri dari empat siswa).
Dr. Yeni, saat diwawancarai awak media
Pada kesempatan itu, macam-macam hasil penelitian dipamerkan di 51 stan yang ada, seperti mengenai cara mengurangi radiasi cahaya, membuat hand body, pembuatan deodorant berbahan dasar daun jambu batu, solar cell, dan lainnya. Nantinya akan dipilih pemenangnya.
Yeni Gantini, Kepala Sekolah SMAN 3, menuturkan digelarnya acara tersebut merupakan aplikasi dari visi sekolah, yaitu menjadi sekolah berbasis riset, terdepan dalam penguasaan karakter, berwawasan lingkungan, unggul dalam Imtaq dan Iptek .
Hj. Een, Kasubag Tata Usaha SMAN 3 Kota Bandung (kanan)
“Kegiatan ini merupakan pengejawantahan dari visi kami, SMAN 3 menjadi sekolah berbasis riset. Alhamdulillah dilaksanakan setiap tahun. Kegiatannya melibatkan semua komponen di sekolah kami. Hampir seluruh guru terlibat. Siswa kelas XI diwajibkan melakukan riset atau penelitian,” kata Yeni
Ia menuturkan selama siswanya menimba ilmu di SMAN 3 Kota Bandung, minimal mereka melakukan satu penelitian.
Sapto, S.Pd., Wakasek Humas SMAN 3 Kota Bandung (kiri)
“Saya selaku kepala sekolah, sangat mendorong, dan memotivasi siswa-siswi kami untuk mempertahankan tradisi yang positif ini,” tuturnya.
Berdasarkan data yang ada , beberapa siswa SMAN 3 Bandung yang aktif dalam kegiatan penelitian, berhasil menjuarai berbagai event lomba karya ilmiah, baik tingkat kota, propinsi, nasional bahkan internasional.
“Alhamdulillah dengan adanya kegiatan ini, banyak siswa kami yang telah meraih berbagai penghargaan dan piala, bahkan sampai tingkat internasional,” tambah Yeni.
“Siswa-siswi kami pada dasarnya harus memahami kegiatan riset itu diadakan untuk apa. Saya tadi sampaikan saat pidato pembukaan, bahwa riset atau penelitian merupakan sebuah proses pengumpulan informasi yang bertujuan memodifikasi, mengembangkan, serta meningkatkan pengetahuan. Hasilnya bisa divalidasi oleh para ahli. Kami mengundang ahli dari LIPI, mereka pun sangat mengapresiasi hasil risetnya, ” sambungnya.
Berkaitan dengan penelitian, Yeni mengatakan hal tersebut tidak terlepas dari pendanaan yang lumayan memakan biaya.
“Penelitian itu berbiaya tinggi, kalau tidak ada biaya susah juga untuk melakukan penelitian. Namun begitu alhamdulillah, kolaborasi yang dilakukan oleh sekolah, CSR perusahaan, orang tua, alumni dan lainnya ternyata bisa membangun semangat siswa kami untuk terus melakukan penelitian,” sambungnya.
Masih ada kolerasinya dengan riset, dirinya menjelaskan bahwa hasil penelitian di bidang lingkungan, akan digunakan sabagai portopolio, untuk memenuhi salah satu syarat meraih penghargaan Adiwiyata Mandiri.
Encep, M.Pd., Guru Basa Sunda SMAN 3 Bandung saat menjadi mc (kiri)
“Hasil penelitian di bidang lingkungan akan dijadikan bekal, yang memiliki poin cukup bagus untuk raihan Adiwiyata Mandiri SMAN 3 Bandung,” jelasnya.
Sementara itu Widia dan rekannya, peserta pameran tahun ini, memamerkan hasil risetnya dengan tema biokimia, yaitu membuat deodorant berbahan dasar daun jambu batu. Menurutnya dari pengumpulan ide sampai membuat produk membutuhkan waktu selama empat bulan.
“Sebelumnya kami kumpulkan dulu informasi mengenai manfaat daun jambu batu, yang bisa dijadikan bahan dasar deodorant, karena manfaatnya bisa menghilangkan bau badan serta mengecilkan pori-pori kulit. Selanjutnya kami kaji lebih lanjut, dengan referensi dari buku teks dan berbagai jurnal. Lalu kami coba sendiri hasilnya,” terang Widia, yang merupakan perwakilan siswa SMAN 3 Kota Bandung, yang akan mengikuti lomba sains tingkat nasional, Juli 2018.
Tambah Widia, dirinya dan tim telah melakukan serangkaian ujicoba. Seperti membuat eksperimen, yaitu membuat cawan-cawan bakteri. “Setelah melakukan berbagai konsentrasi jumlah daun jambu, paling efektif dengan konsentrasi daun jambu sebanyak tujuh lembar, yang bisa membunuh lebih banyak koloni bakteri,” terangnya.
Ia menjelaskan bahwa cara pembutan deodorant tersebut sangat mudah, dengan campuran minyak zaitun, tepung maizena, soda kue, lalu ditambah ekstrak daun jambu dan minyak atsiri sebagai pewanginya.
Ada 51 stan yang ikut kegiatan pameran dan kompetisi riset tahun 2018
Pada kesempatan yang sama Lentera Ilma, ketua pelaksananya, menuturkan untuk menentukan juara kompetisi riset, ada beberapa penilaian yang harus dilaluinya, yaitu hasil riset, cara penelitian, dan dekorasi stan.
Dinilai oleh guru pembimbing RBL. Untuk pemenang riset favorit ditentukan oleh pengunjung pameran. “Nanti setiap pengunjung dikasih stiker untuk ditempel di stan yang menurut mereka terbaik,” kata Ilma. [SR]***