majalahsora.com, Kabupaten Bandung Barat – Kegiatan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) di SMAN 2 Padalarang, Kabupaten Bandung Barat menjadi hal biasa. Karena dari tahun tahun 2014 telah merintis menyelenggarakan sekolah terbuka atau biasa disebut SMATER.
Guru di SMAN 2 Padalarang juga sudah terbiasa melaksanakan kegiatan belajar mengajar (KBM) PJJ, secara efektif dan terukur bagi siswa SMATER.
Agar diketahui siswa SMATER di SMAN 2 Padalarang umumnya anak putus sekolah karena faktor ekonomi, namun mereka memiliki keterampilan khusus, seperti menjahit.
Pada bulan April 2020, mereka membantu pemerintah dengan membuat 1600-an baju hazmat, alat pelindung diri (APD) bagi tenaga medis yang menangani pasien COVID-19, di Wisma Atlet Jakarta.
Adapun prestasi yang diraih SMATER SMAN 2 Padalarang, yaitu menjadi salah satu penyelenggara sekolah terbuka terbaik, di tingkat nasional.
Menilik hal itu Kepala SMAN 2 Padalarang, Toto Suharya mengatakan, ia dan jajarannya akan terus mengembangkan sistem pembelajaran yang ada.
Di antaranya melaksanakan Program of International Student Assessment (PISA), Sukses TNI-Polri, Program Assesmen Kompetensi Minimal (AKM), dan Adiwiyata.
(Universitas Widyatama, kampus berkualitas di Kota Bandung. Info penerimaan mahasiswa baru klik pmb.widyatama.ac.id)
Agar diketahui SMAN 2 Padalarang yang berada di Jalan G.A. Manulang, Jayamekar, Padalarang, memiliki siswa sebanyak 1.900 orang, 1.256 siswa reguler dan 644 siswa sekolah terbuka.
SMAN 2 Padalarang sendiri telah melaksanakan KBM PJJ bagi siswa reguler ketika wabah COVID-19 melanda tanah air dari satu tahun ke belakang. Karena sudah terbiasa melakukan PJJ, maka selama ini hanya melakukan adaptasi terhadap KBM yang sudah ada. Dibantu dengan berbagai aplikasi sebagai penunjangnya, seperti aplikasi Eduku.
“Selama pembelajaran di masa pandemi kami hanya beradaptasi saja,” kata Toto yang pernah terpilih menjadi guru dan kepala sekolah berprestasi di Jawa Barat, Selasa (3/3/2021).
Toto menambahkan, tidak hanya PJJ yang menjadi perhatian SMAN 2 Padalarang saat ini. Ada beberapa program yang diharapkan bisa berjalan dengan baik, seperti PISA dan AKM dengan berbasis riset karya tulis ilmiah (KTI).
Hal tersebut dilakukan untuk pengembangan kapasitas diri para siswanya. Diharapkan ke depan menghasilkan penemuan atau pemikiran positif yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar.
Di samping itu pihaknya juga memiliki perhatian yang tinggi untuk meningkatkan kualitas pendidikan di wilayah KBB. Menjadikan PISA sebagai standar internasional dan pemetaan pendidikan di KBB. Tujuannya agar siswanya siap menghadapi kemajuan zaman. Termasuk fokus terhadap kualitas dan mutu siswa di wilayah KBB.
“Kami ingin bergerak dengan lingkup internasional,” kata mantan Kepala SMAN 1 Cipeundeuy, yang aktif dalam beberapa organisasi dan tercatat sebagai ketua Yayasan Pendidikan Solusi Bangun Indonesia, Pengurus PGRI serta Sekretaris AKSI (Asosiasi Kepala Sekolah Indonesia).
Masih kata Toto, secara geografis di KBB tidak sedikit anak usia sekolah yang memiliki kendala ekonomi sehingga rawan putus sekolah.
Oleh sebab itu SMAN 2 Padalarang ditunjuk sebagai salah satu penyelenggara sekolah terbuka di KBB. Setelah lulus para siswa SMATER akan memiliki ijazah yang sama dengan siswa reguler. Sehingga ada kebijakan learning management system yang berbeda dengan sekolah lain.
Di SMAN 2 Padalarang juga telah memberikan bantuan fasilitas “device” kepada siswa yang memiliki keterbatasan ekonomi.
“Digenjotnya pendidikan dengan tanggung jawab bersama sangat diperlukan, seperti pendidikan primer nggak boleh berubah, terutama minat baca,” katanya.
“Harus ada inovasi dalam pendidikan, karena bukan pekerjaan instan dalam mendidik,” pungkas Toto yang aktif dalam menulis. Beberapa buku yang menjadi karya monumentalnya telah diterbitkan seperti Sukses dengan Logika Tuhan, Sekolah Beyond Imagination dan lainnya. [SR]***