majalahsora.com, Kabupaten Cianjur – SMAN 2 Kabupaten Cianjur, berusaha memenuhi berbagai persyaratan agar bisa menggelar pembelajaran tatap muka langsung antara siswa dan gurunya di sekolah.
Di antaranya menyiapkan sarana prasarana pendukung pembelajaran tatap muka di saat pandemi. Seperti menyediakan wastafel sebanyak mungkin terutama di depan ruang kelas, menyediakan sabun cuci tangan, termo gun, penyemprotan ruangan kelas, dan lainya.
Haruman kepala SMAN 2 Cianjur menjelaskan, pihaknya juga telah membuat tim Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 internal. Tujuannya untuk mengontrol, mengkondisikan serta berkordinasi secara berkesinambungan dengan tim Satgas Penanganan COVID-19 Kabupaten Cianjur.
Soma, M.Pd., Wakasek Humas
Di samping itu 86 guru termasuk tenaga kependidikan SMANDA Cianjur telah dites swap dan dinyatakan sehat.
“Alhamdulillah, guru dan tenaga kependidikan di SMAN 2 Cianjur kini sehat semua,” kata Haruman, di ruang kerjanya Jalan Pangeran Hidayatullah No. 121, Limbangansari, Kamis (15/10/2020).
Kesiapan sekolah yang dipimpin oleh Haruman, untuk menggelar belajar tatap muka pun sudah hampir 100% memenuhi syarat. Kini sedang mengajukan permohonan ke Satgas Penanganan COVID-19 Kabupaten Cianjur. Suratnya telah dikirim, Selasa (13/10/2020).
Dra. Rina Hanariah, Ketua Tim Satgas COVID-19 SMAN 2 Cianjur
“Kita sedang menunggu hasil verifikasi kalau sudah terverifikasi ya kita siap. Semua persyaratan sudah ditempuh. Mudah-mudahan pembelajaran tatap muka sudah bisa dijalankan,” kata Haruman.
Lebih lanjut ia mengatakan selama ini SMANDA Cianjur mengikuti aturan yang berlaku. Di mana pembelajaran daring/online sudah dilaksanakan secara optimal. Namun ia tidak memungkiri bahwa dalam pelaksanaannya ada beberapa kendala, baik itu masalah teknologi maupun kejenuhan dari para siswa.
Tetapi hal tersebut pun sudah dicarikan solusinya oleh tim kurikulum SMAN 2 Cianjur, agar siswanya tidak jenuh, dengan membuat variasi pembelajaran yang sudah berjalan selama tiga bulan (untuk ajaran baru tahun 2020-2021).
Rd. Rakhmat Kurniadi, S.Pd., Wakasek Kesiswaan
Hal itu belum termasuk pembelajaran online tahun ajaran 2019-2020, dari bulan Maret. Termasuk Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) yang dihelat secara online.
Sementara itu Rani Hanariah, Ketua Satgas Penanganan COVID-19 SMAN 2 Cianjur menambahkan bahwa apa yang dilakukan sekolahnya sudah sesuai dengan SKB empat menteri.
Di samping itu ada beberapa monitoring dan evaluasi dari dinas terkait. Karena untuk membuka pembelajaran tatap muka, kata Rina harus ada SK surat tugas serta kesiapan-kesiapan sarana prasarana. Termasuk surat pernyataan yang ditandatangani oleh kepala sekolah di atas materai.
“Di sana ada juga kesiapan guru kami, mereka sudah di tes swap semuanya, alhamdulilah hasilnya negatif. Kami juga sudah menyebarkan angket secara online menggunakan google form mengenai kesediaan orangtua mengijinkan putra-putrinya ke sekolah. Hasilnya 80% setuju, sedangkan 20% ada yang khawatir,” katanya.
“Kalau 80% setuju maka pembelajaran tatap muka bisa dilaksanakan,” imbuh Rina.
Pihaknya juga memberikan angket resiko pembelajaran di sekolah saat pandemi, sesuai panduan dari Dinas Pendidikan.
“Kami juga sudah mengedarkan angket tersebut ke siswa dan tenaga tendik dan hampir tidak ada yang beresiko tinggi. Kalau nilainya 10 masuk indikator resiko tinggi. Hal itu di antaranya, apabila mereka pernah ke mall, sering bepergian memakai angkutan umum,” terang Rina.
Sedangkan untuk yang beresiko tinggi tidak dulu ke sekolah.
Kemungkinan lainnya ada gejala pilek, batuk. Nilainya juga cukup besar, yaitu lima.
“Intinya siswa yang ke sekolah harus benar-benar sehat. Nggak boleh pilek, pusing, batuk dan panas. Kalau tidak maaf sekalipun orangtuanya mengijinkan tidak boleh datang ke sekolah,” paparnya.
Tercatat di SMAN 2 Cianjur ada 34 rombongan belajar (rombel). Jumlah siswanya ada sekitar 1164 orang, untuk jenjang kelas X (11 rombel) dengan jumlah 390 siswa, kelas XI (11 rombel) dengan 384 siswa, serta kelas XII (12 rombel) 390 siswa dari jurusan IPA dan IPS.
Adapun jumlah ruang kelas yang ada sesuai dengan jumlah rombel yaitu 34 kelas.
Kalau pun diijinkan untuk menggelar pembelajaran tatap muka, Rina mengungkapkan nantinya hanya 1/3 siswa dari semua jenjang yang diperkenankan masuk sekolah.
“Untuk absen 1-12 akan belajar tatap muka di sekolah. Mereka masuk selama satu minggu. Minggu berikutnya untuk absen 13-24, begitu seterusnya untuk absen 25-36. Setelah itu selama dua minggu mereka belajar di rumah. Bisa diibaratkan isolasi mandiri,” kata Rina.
Nantinya mereka akan belajar dari pukul 08.00-12.00. Setiap hari maksimal empat pelajaran. Saat masuk, para siswa akan diberi masker, face shield, wajib mencuci tangan, serta di cek suhu tubuhnya.
Untuk mengantisipasi pulang perginya para siswa, akan terus berkordinasi dengan para wali kelas. Di samping itu akan berkordinasi dengan aparat terkait dan pihak kewilayahan setempat.
“Untuk pengamanan akan berkoordinasi dengan Satpol PP. Saya yakin untuk kesiapan ada beberapa hal yang akan diselesaikan. Akan meminta bantuan satpol PP untuk penjagaan saat pulang sekolah, agar mereka tidak berkerumun” kata Rina.
Sementara itu untuk kesehatan pihaknya telah melakukan kerjasama dengan Puskesmas Nagrak. [SR]***