majalahsora.com, Kabupaten Bandung Barat – Implementasi kurikulum merdeka tahun ajaran 2023/2024 di SMAN 1 Lembang Kabupaten Bandung Barat, memasuki pelaksanaan tahun ketiga.
Berkaitan dengan itu Wakil Kepala Sekolah bidang Kurikulum Dewijana Fitrijani, S.Pd., pun menjelaskannya kepada majalahsora.com, mengenai pelaksanaan kurikulum merdeka di SMAN 1 Lembang yang merupakan sekolah penggerak.
“Kami sudah memiliki kelas XII fase F,” kata Dewi biasa disapa, di SMAN 1 Lembang, Jalan Maribaya No 68, baru-baru ini.
“Kelas XII ini merupakan angkatan pertama yang menerapkan kurikulum merdeka di SMAN 1 Lembang,” imbuhnya.
Lanjutnya kelas XII ini tetap berada di mata pelajaran pilihan yang sudah mereka perdalam sejak kelas XI fase F.
Di kelas XII fase F, mereka berusaha menyiapkan diri untuk menempuh UTBK melalui pembelajaran tematik, integratif, kolaboratif menggunakan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) berbasis STEAM atau science/sains, technology/teknologi, engineering/kerekayasaan, art/seni, dan mathematics/matematika.
(Pendaftaran mahasiswa baru Universitas Bale Bandung tahun akademik 2023-2024, Kampus Berkualitas klik di pmb.unibba.ac.id)
Wakasek Humas Juaningsih, S.Pd., Wakasek Kesiswaan Nandang Nugraha, S.E., Wakasek Kurikulum Dewijana Fitrijani, S.Pd., dan Wakasek Sarpras Dayat Suhendi, S.Pd (kiri ke kanan)
“Tujuannya mengasah tentang empat kemampuan pembelajaran abad 21, yakni belajar kritis, kolaborasi, komunikasi dan kemampuan literasi,” kata Dewi.
“Kemampuan inilah kalau kita perhatikan dari soal-soal UTBK itu yang kami harapkan. Jadi anak-anak sudah mulai terbiasa menggunakan LKPD bebasis STEAM yang mengasah kekritisan mereka,” imbuhnya.
Sedangkan untuk siswa kelas X ada 12 kelas, dibagi menjadi beberapa kelompok karena di kelas X tidak ada mata pelajaran peminatan. Targetnya mengenal seluruh mata pelajaran.
“Dalam struktur kurikulum merdeka ada kolaborasinya. Anak kita biasakan supaya terbiasa kolaborasi. Jadi dalam satu kelas kita kelompokkan. Dalam satu kelompok ada enam orang terdiri dari berbagai kemampuan sesuai hasil psikotes awal,” Dewi menjelaskan.
SMAN 1 Lembang, yang dikepalai oleh Asep Kurniawan, S.Si., M.Pd., menyiapkan siswa yang teguh dalam beragama, kritis dan struggle
“Kemudian bagi gurunya pun kita kolaborasikan, ada lima kelompok kolaborasi yang besar, satu kelompok IPA terdiri dari biologi, fisika dan kimia. Kemudian kelompok IPS terdiri dari ekonomi, sosiologi, geografi dan sejarah,” kata Dewi.
“Kemudian kelompok tiga, ini memang tidak ada dalam kurikulum merdeka, tapi kita menggunakan tematik, integratif, kolaboratif yakni kita buat kelompok tiga itu INDOMATIK, Bahasa Indonesia, matematika dan informatika. Kemudian kelompok empat itu PPBI, yaitu PAI, PKN dan Bahasa Inggris. Dan yang terakhir SEMULA, Seni, muatan lokalnya Bahasa Sunda dan olahraga,” imbuhnya.
Masih dikatakan Dewi kenapa para gurunya dikolaborasikan, karena sudah ada dalam struktur kurikulum merdeka. Meskipun tidak harus seperti itu, namun ada tawaran boleh dikolaboratifkan ataupun diregulerkan.
Hal tesebut kata Dewi untuk menjawab kekritisan siswa SMAN 1 Lembang, termasuk mengurangi banyaknya jumlah tugas bagi siswa.
Penerapan moving class di SMAN 1 Lembang
“Di sini kita memilih materi esensial. Tidak semua materi wajib diberikan. Tetapi kita boleh memilih dulu dari yang esensial. Jadi pembelajarannya agak berbeda dengan kurikulum 2013,” kata Dewi.
Di kurikulum merdeka siswa juga tidak lagi dibebankan dengan kegiatan Penilaian Tengah Semester (PTS) dan Penilaian Akhir Semester (PAS). Pasalnya diganti dengan asesmen formatif serta asesmen sumatif di akhir.
Lanjutnya asesmen formatif, merupakan penilaian yang dilakukan oleh guru selama proses pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar sehari-hari.
Sedangkan asesmen sumatif menguji kembali beberapa tujuan pembelajaran (TP), dilaksanakan dalam proses pembelajaran sehari-hari.
Dalam pelaksanaan kurikulum merdeka pun biasanya diadakan kegiatan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5), sesuai dengan buku panduan kurikulum merdeka.
Masjid SMAN 1 Lembang sebagai tempat pembentukan karakter religius
“Untuk kelas X akan melakukan panen karya P5 sebanyak tiga kali, kelas XI fase F sebanyak tiga kali, dan kelas XII fase F sebanyak dua kali,” kata Dewi.
Ada beberapa tema yang dipilih untuk kelas X fase E, yakni gaya hidup berkelanjutan, berkebhinekaan global dan kewirausahaan.
Untuk kelas XI fase F, mengusung tema suara demokrasi, kewirausahaan, dan tentang rekayasa. Sedangkan untuk kelas XII fase F temanya mengenai kewirausahaan.
“Kenapa kami mengulang mengenai kewirausahaan di kelas XII fase F, karena yang dibutuhkan oleh lingkungan sekitar Lembang terkait dengan kewirausahaan karena Lembang merupakan daerah wisata,” kata Dewi.
Saat disinggung kendala dalam implementasi kurikulum merdeka selama ini? Dewi pun tidak memungkiri ada saja kendala yang dihadapi, seperti siswa kelas X memerlukan waktu untuk beradaptasi dengan model pembelajaran di SMAN 1 Lembang.
Suasana pembelajaran saat olahraga
“Sekitar dua tiga bulan adaptasinya. Kemudian ada beberapa guru yang masih ragu untuk penerapan kurikulum merdeka. Yang ketiga masih banyak pertanyaan dari kami bagaimana siswa nanti, masuk ke perguruan tinggi. Kalau seperti ini ke depannya bagaimana. Ini memerlukan bimbingan dari Kemendikbud ristek,” kata Dewi.
“Mungkin juga mereka (pemerintah) sedang menggodok itu. Insya Allah kita mendukung apapun program pemerintah yang baik,” imbuhnya.
Dewi berharap dengan kurikulum merdeka ini menghasilkan siswa yang memiliki karakter baik, seperti di Profil Pelajar Pancasila.
“Mereka memegang nilai agama dengan teguh, bisa berpikir kritis, bisa menggali potensi dirinya. Sehingga nanti di masyarakat bisa menempatkan diri, harus bagaimana, harus apa dan untuk apa, dalam berbagai kondisi, mereka pun bisa struggle,” kata Dewi.
Ia pun menjelaskan bahwa Kepala dan Guru SMAN 1 Lembang sangat mendukung program kurikulum ini. [SR]***