majalahsora.com, Kabupaten Bandung – Kurang lebih satu bulan, tahun ajaran baru 2020-2021 telah dilangsungkan di setiap satuan pendidikan yang ada.
Namun karena kondisi pandemi dan belum memungkinkan untuk diadakan kegiatan belajar tatap muka langsung, memaksa hampir seluruh sekolah yang ada di Jawa Barat khususnya melakukan proses belajar mengajar secara online/dalam jaringan.
Dilakukan di rumahnya masing-masing, baik siswa maupun gurunya, yang disebut belajar di rumah (BDR). Tetapi ada juga guru yang malaksanakan tugas/piket ke sekolah dengan mengikuti protokol kesehatan.
Tidak terkecuali di SMAN 1 Baleendah Kabupaten Bandung, yang juga melangsungkan BDR.
Endah Purwanti M. M. Pd., Wakasek Kurikulum yang mewakili Drs. H. Dayat Sudayat, M. M. Pd, Kepala SMAN 1 Baleendah mengatakan, bahwa semua siswanya termasuk gurunya bisa mengikuti BDR.
Agar keberlangsungan pembelajaran BDR lancar, beberapa waktu ke belakang para guru SMAN 1 Baleendah telah mengikuti kegiatan in house training (IHT), menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dalam masa pandemi.
Ia pun menjelaskan sebelum tahun ajaran baru ini, pada semester genap tahun ajaran 2019-2020 pun, proses belajar daring telah dilakukan. Tetapi saat itu masih darurat, tidak seperti sekarang yang disiapkan jauh lebih baik.
“Alhamdulillah sampai saat ini berjalan lancar. Siswa kami bisa mengikuti BDR secara daring,” terang Endah Rabu (12/8/2020) kepada majalahsora.com.
Di SMAN 1 Baleendah yang berada di Jl. R.A.A Wiranata Kusumah No.30, Baleendah sendiri, ada sekitar 1.282 siswa dengan jumlah rombongan belajar (rombel) sebanyak 36 rombel. Mereka terbagi ke dalam jurusan IPA (8 kelas), IPS (3 kelas) dan Bahasa (1 kelas) per-jenjang-nya. Sedangkan jumlah gurunya ada sekitar 76 orang pengajar.
Menurut pengakuan Endah hampir 100% siswa SMAN 1 Baleendah telah memiliki telepon pintar/laptop sebagai alat wajib untuk bisa mengikuti pembelajaran daring BDR.
Saat ditanya apakah ada siswanya yang tidak memiliki perangkat keras untuk pembelajaran BDR secara online, ia pun tidak menampik bahwa sampai berita ini naik ke ruang redaksi ada tiga siswa yang tidak memiliki telepon pintar/laptop.
“Alhamdulillah, oleh sekolah mereka dikasih pinjam tab, sehingga mereka pun bisa mengikuti BDR. Kebetulan SMAN 1 Baleendah mendapat bantuan tab sebanyak 500 unit dari pemerintah. Tab ini pun bisa dipinjam oleh guru apabila memerlukannya,” terangnya.
Endah mengatakan ketiga siswa itu dikasih pinjam karena telepon pintarnya rusak, di samping itu ada yang harus menunggu orangtuanya pulang kerja untuk meminjam telepon pintarnya agar bisa belajar daring.
Pihak SMAN 1 Baleendah pun menurut Endah memberikan kuota internet untuk para siswa dan gurunya. Masing-masing diberi kuota sebesar Rp 75 ribu per bulan.
“Oleh Pak Menteri (Nadiem Makarim) alokasi kuotanya bisa diambil dari dana BOS,” kata Endah.
Lebih lanjut ia mengatakan bahwa apliaksi yang dipakai untuk proses belajar mengajar BDR di SMAN 1 Baleendah umumnya menggunakan google classroom.
Alasannya karena aplikasi google classroom memiliki fasilitas pembelajaran yang kumplit. Di antaranya bisa tatap muka secara video conference/google meet, via tugas, chatting dan lainnya.
“Layanan fasilitas di google classroom, pembelajaran layaknya seperti tatap muka. Dan itu bisa dilakukan di aplikasi google classroom,” kata Endah.
Namun apabila terlalu sering menggunakan video converence/google meet kuotanya akan cepat habis. Kecuali bagi mereka yang sudah memiliki WiFi di rumahnya, tidak menjadi masalah.
Di samping itu pihak sekolah juga memberikan pilihan lain untuk pembelajaran BDR. Para guru bisa memanfaatkan wa grup, email dan lainnya.
Dalam satu hari pembelajaran dilakukan selama empat jam, dari pukul 07.00 sampai dengan pukul 12.00. Satu pelajaran dihitung 30 menit, yang biasanya dalam keadaan normal 1 jam pelajaran 45 menit.
Dalam situasi belajar BDR ini kompetensi dasar (KD) nya juga dipangkas, mengingat keterbatasan di tengah pandemi. Hanya materi esensial/pokok saja yang diberikan kepada para siswa. Namun menurut Endah materi esensial itu harus dioptimalkan.
“Tentu saja banyak sekali kendalanya. Walaupun demikian kami berupaya semaksimal mungkin untuk mensukseskan belajar di rumah. Sesuai arahan dan kebijakan Pak Menteri, kurikulumnya disederhanakan,” kata Endah.
“Target kurikulum sekarang sudah dikurangi. Jadi yang sekarang ini siswa-siswi kami diarahkan kepada pembelajaran lebih kepada keterampilan tidak kepada 100% kognitif,” pungkasnya. [SR]***