Peringatan Isra Mi’raj bagi umat Islam merupakan salah satu momen istimewa, karena adanya perintah shalat lima waktu dari Alloh SWT, yang disampaikan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, melalui perantara Malaikat Jibril.
Termasuk tawar-menawar Rasullullah SAW dengan Allah SWT terkait shalat 50 waktu menjadi lima waktu.
Isra Miraj merupakan bukti Rasulullah SAW merupakan sosok yang tidak ingin ibadah memberatkan umatnya. Saat ini, tugas umat Islam memahami lebih dalam makna shalat.
Peristiwa perjalanan Rasulullah dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha, lalu ke Shidratil Muntaha ini diperingati setiap tanggal 27 Rajab.
Hal itu menggambarkan pentingnya kewajiban umat Islam mendirikan shalat lima waktu yang menjadi tiang agama.
Rasulullah SAW, memperumpamakan shalat dengan perumpamaan yang sangat indah, sebuah kebutuhan dan kegembiraan hati orang-orang yang beriman, karena dengannya Allah menghapuskan dosa hamba-Nya.
Oleh karena itu, pantas jika shalat yang dilakukan dengan baik bisa mencegah pelakunya dari perbuatan keji dan mungkar.
Shalat juga membuahkan ketakwaan, karena mendorong pelakunya untuk senantiasa ingat kepada Allah dari waktu ke waktu, di tengah-tengah kesibukannya dengan dunia dan di tengah-tengah kelalaiannya serta kegersangan hati manusia, Allah Ta’ala berfirman,
وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِي
“Dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku”. (QS Thaha:14).
Shalat juga melatih menjadi pribadi disiplin, pada aturan seperti, menghargai waktu.
”Sesungguhnya shalat bagi orang-orang Mukmin adalah kewajiban yang waktunya ditentukan (terjadwal).” (QS An-Nisaa’: 103). Penentuan waktu shalat ini jelas menunjukkan ajaran kedisiplinan yang berperan penting dalam kesuksesan seseorang.
Kita bisa melihat dan membaca kisah kesuksesan orang karena aktivitas yang mereka lakukan setiap harinya terjadwal dengan baik.
Orang yang jarang membuat jadwal kegiatan cenderung melalaikan suatu kegiatan yang seharusnya dikerjakan pada waktu itu.
Ternyata konsep shalat sejak jauh hari telah mengenalkan konsep penjadwalan sebelum kemunculan konsep-konsep manajeman dan self development modern.
Kita juga bisa mengambil pelajaran disiplin dari tata cara shalat. Mulai dari bersuci sampai pelaksanaan shalat, dan bahkan setelah shalat.
Konsep tertib dalam aktivitas shalat mengajarkan kedisiplinan dan keteraturan. Seseorang tidak dibenarkan mendahulukan suatu rukun shalat yang seharusnya diakhirkan. Kalau dia tetap melakukannya, jelas shalatnya tidak sah secara syariah.
Tahapan-tahapan yang dilalui secara berurutan dalam shalat akan membentuk karakter seseorang untuk bertindak cermat dan tidak terburu-buru dalam menentukan dan melakukan sesuatu dalam kehidupannya.
Rasulullah SAW menekankan kepada kita agar melakukan shalat berjamaah di masjid.
“Barangsiapa yang ingin ketika berjumpa dengan Allah esok dalam keadaan sebagai seorang Muslim, maka hendaknya dia menjaga shalat lima waktu di tempat dikumandangkan adzan (yaitu di masjid). Karena Allah telah mensyariatkan kepada Nabi kalian jalan-jalan petunjuk. Dan shalat lima waktu di masjid adalah salah satu di antara jalan-jalan petunjuk. Seandainya kalian shalat di rumah-rumah kalian sebagaimana orang yang tidak ikut shalat berjamaah ini, ia shalat di rumahnya, maka sungguh kalian telah meninggalkan sunnah Nabi kalian. Dan jika kalian meninggalkan sunnah Nabi kalian, maka sungguh kalian akan tersesat. Dan sungguh aku melihat dahulu kami para sahabat, tidak ada yang meninggalkan shalat berjamaah di masjid kecuali orang munafik yang jelas kemunafikannya. Dan sungguh dahulu ada sahabat yang dibopong ke masjid dan ditopang di antara dua lelaki agar bisa berdiri untuk shalat di shaf”. (HR. Muslim no.654). [Dari berbagai sumber]***