majalahsora.com, Kota Bandung – Tampilan Sisingaan SMPN 31 Kota Bandung menjadi pembuka sekaligus memeriahkan kegiatan Festival Bandung Ulin, Launching Penca dan Angklung sebagai muatan lokal wajib bagi SD di Kota Bandung.
Termasuk memeriahkan acara pemecahan Original Rekor Indonesia (ORI) untuk kaulinan barudak lembur seperti Cingciripit, Surser dan Perepet jengkol yang diikuti lebih dari 8.000 peserta secara langsung.
Dilaksanakan di SOR Arcamanik, Kota Bandung, Kamis (3/11/2022).
Kepala Dinas Pendidikan Kota Bandung, Drs. H. Hikmat Ginanjar, M.Si., (kedua dari kiri) saat menerima rekor ORI
Dalam kegiatan ini dihadiri oleh Ketua DPRD Kota Bandung, Tedy Rusmawan, Kepala Dinas Pendidikan Kota Bandung, Hikmat Ginanjar, dan pejabat lainnya.
Kepala SMPN 31 Kota Bandung pun merasa bangga atas penampilan siswanya di acara tersebut.
Di acara ini kata Tatin ada sekirar 167 siswa yang turut serta, itu belum termasuk pelatih dan pembimbing.
Kepala SMPN 31 Kota Bandung, Dra. Tatin Lesmanawati
“Saat tampilan Sisingaan khas Kabupaten Subang, ada juga tampilan silat, tari rakyat, permainan tradisional secara kolosal, dikolaborasikan,” kata Tatin.
“Alhamdulillah, Sisingaan SMPN 31 Kota Bandung sudah sering diundang dalam berbagai acara, seperti di Festival Bandung Ulin. Sebelumnya pernah menyambut tamu dari 10 negara di UNPAD, waktu di UNPAD ditambah dengan rampak kendang. Memeriahkan acara Lustrum di UPI Prodi Bahasa Sunda, dan lainnya, itu semua kegiatannya di tahun 2022. Namun saat pandemi selama dua tahun tidak tampil,” imbuhnya.
Tatin pun mengungkapkan bahwa SMPN 31 Kota Bandung ditunjuk langsung oleh Disdik Kota Bandung menjadi Sekolah Zonasi Mutu Budaya Sunda dan memiliki tugas sebagai ruang pendidikan yang berperan dalam membumikan eksistensi keberadaan budaya Sunda.
Egrang salah satu kaulinan barudak khas tanah Sunda
“SMPN 31 sudah ditunjuk menjadi Sekolah Zonasi Mutu Budaya, memiliki peran untuk memelihara budaya Sunda termasuk meningkatkan karakter siswa. Karena dalam budaya Sunda banyak nilai-nilai pendidikan karakter,” kata Tatin.
Masih kata Tatin bahwa Sisingaan bukan merupakan ekskul di SMPN 31 Kota Bandung, mereka dilatih oleh alumni SMPN 31 Kota Bandung dan PPL dari SMKN 10 Kota Bandung.
Saat disinggung sudah berapa lama keberadaan Sisingaan di SMPN 31, kata Tatin, ada sebelum dirinya menjadi Kepala SMPN 31. Namun di bawah kepemimpinan Tatin, makin dikembangkan lagi.
Yaya Sunarya, S.Pd., Guru SMPN 31 Kota Bandung pembimbing Sisingaan
Ke depan Tatin berharap dengan upaya SMPN 31 selama ini, para siswa memiliki kecintaan, kebanggaan dalam memelihara budaya Sunda dan menanamkan pendidikan karakter melalui kesenian Sisingaan.
Adapun karakter yang dibangun dalam kesenian Sisingaan, menuturut Tatin yakni menanamkan karakter gotong royong, kerjasama dan saling menghargai.
Sekaitan dengan SMPN 31 Kota Bandung sebagai Sekolah Zonasi Mutu Budaya, Kadisdik Kota Bandung, mengatakan upaya melestarikan sekaligus memperkenalkan keberadaan budaya bangsa merupakan tugas yang diemban oleh satuan pendidikan dan ini sesuai dengan program Bandung Masagi.
Diliput banyak media
Lanjutnya dengan upaya yang serius dalam rangka memperkenalkan seni budaya bangsa maka para pelajar sebagai generasi penerus tidak akan menanggalkan luhurnya budaya milik bangsanya di atas kecepatan perubahan zaman (thingking Globally, Act Locally).
Kegiatan Festival Bandung Ulin Dan Pemecahan Rekor ORI
Dilansir dari laman Pemerintah Kota Bandung capaian pemecahan rekor kaulinan barudak lembur seperti Cingciripit, Surser dan Perepet jengkol yang diikuti lebih dari 8.000 secara langsung, menjadi rekor bagi Disdik Kota Bandung sebagai kreator yang menyelenggarakan kaulinan barudak lembur (permainan tradisional) dengan peserta terbanyak rekor ORI.
Sisingaan SMPN 31 Kota Bandung dan tari rakyat kolosal
Kepala Disdik Kota Bandung Hikmat Ginanjar menjelaskan, bahwa kegiatan ini merupakan upaya mengimplementasikan pendidikan karakter cinta budaya atau Bandung Masagi. Juga sejalan dengan salah satu visi Kota Bandung dalam menghadirkan kota yang unggul.
“Semua berperan memberikan edukasi kepada masyarakat bahwa budaya Sunda itu bagus. Ada pesan-pesan luar biasa di dalamnya,” kata Hikmat.
Lanjutnya, kaulinan budak lembur memiliki nilai filosofi yang mendalam dan baik untuk diajarkan pada anak-anak. Dalam permainan ini, anak-anak belajar untuk berkolaborasi, saling menghargai, juga kreativitas.
“Mudah-mudahan ini akan menambah wawasan, sehingga anak-anak jadi lebih sayang sama budaya dan bangsanya,” ucapnya. [SR]***