majalahsora.com, Kota Bandung – Sepasang pelajar SMKN 15 Kota Bandung ‘dinikahkan’ secara adat Bali. Mempelai wanitanya berparas cantik, begitu juga dengan mempelai prianya terlihat gagah. Mereka dirias dan mengenakan pakaian khas “Pulau Dewata”.
Ornamen dan suasana tempat pernikahannya pun kental dengan budaya Bali. Dilaksanakan di Aula sekolah yang berada di Jalan Gatot Subroto No 4, Kota Bandung, Senin (6/3/2023). Hal ini ternyata hanya simulasi belaka, meskipun begitu mereka sangat menghayati perannya masing-masing.
Hampir semua peran dalam simulasi pernikahan ini dimainkan oleh siswa kelas XII, selain pengantin, orangtua kedua mempelai, penghulu, pembawa acara, pagar bagus, pagar ayu, fotografer, kue pengantin, make up, penari kecak, penari pendet, catering, wedding organizer, membuat kartu undangan, membuat pelaminan dan lainnya dilakukan oleh mereka. Sebagai projek ujian Penilaian Akhir Tahun (PAT).
(Pendaftaran mahasiswa baru Universitas Bale Bandung tahun akademik 2023-2024, Kampus Berkualitas klik di pmb.unibba.ac.id)
Saat pelaksanaan ijab kabul
Sedangkan para tamu undangannya merupakan orangtua dari siswa kelas XII, datang dari pagi hari untuk menyaksikan acara ijab kabul sekaligus menikmati hidangan parasmanan yang ada.
Meskipun hanya simulasi, suasananya terasa sangat syahdu, bahagia, bercampur haru layaknya pernikahan sesungguhnya, terutama saat pelaksanaan ijab kabul. Begitu juga ketika tampilan tari kecak dan pendet disaksikan dengan penuh takjub.
Ambar Pangaribowo Sakti, M.Pd, Wakasek Kurikulum, menjelaskan bahwa kegiatan simulasi pernikahan adat Bali ini sebagai PAT bagi siswa kelas XII, implementasi dari kurikulum merdeka.
Acara seserahan
“Ujian akhir yang sekarang disebut PAT. Dilaksanakan dalam bentuk projek. Dalam simulasi pernikahan. Kita mengkolaborasikan tiga jurusan yang terlibat di dalamnya. Yaitu jurusan Perhotelan, Multimedia dan Tata Boga atau Kuliner,” kata Ambar.
Lanjutnya simulasi penikahan ini melibatkan sebanyak 76 orang siswa, dinilai oleh guru SMKN 15 yang berasal dari seluruh guru mata pelajaran yang berperan sebagai tamu VIP.
“Seperti pelajaran agama, yang dinilai pada saat dilangsungkan pernikahannya (akad nikah),” kata Ambar.
Kepala SMKN 15 Kota Bandung, Dra. Lilis Yuyun, M.M.Pd., bangga dengan kreativitas siswanya
Masih dikatakan Ambar, orangtua siswa yang hadir bukan hanya sekedar datang untuk melihat simulasi pernikahan. Namun para orangtua bisa melihat kompetensi atau kemampuan anaknya di depan umum.
“Terkadang siswa itu ada yang di rumahnya pendiam atau tidak mengkesplor diri. Setiap penilaian dalam hal ini harus melibatkan orangtua. Ketika tiba-tiba diberi ruang atau diberi panggung di sekolah, siswa lebih terlihat. Sehingga orangtua bisa mengapresiasi karya-karya anaknya,” kata Ambar.
Lebih lanjut, Ambar memaparkan bahwa setiap kompetensi keahlian atau jurusan memunculkan keahlian dari kompetensinya.
Dr. Siti Sadiah Yuningsih, M.M.Pd., Analis Ahli Muda Cadisdik VII, takjub dengan kegiatan simulasi pernikahan adat Bali
Seperti pada jurusan perhotelan pada penataan kamar tidur pengantin, ‘prepare room for guest’ dengan nuansa Bali serta dekorasi ruangan. Jurusan Tata Boga dengan menyajikan hidangan makanan khas bali dan souvenir pernikahan.
Sedangkan jurusan Multimedia dalam poto prewedding, pengolahan audio, video hingga ‘lighting’ atau pencahayaan pada saat acara berlangsung.
Meskipun begitu ada juga kendala yang dihadapi, seperti perbedaan masing-masing siswa. “Jangankan kita berbicara berbeda jurusan, dalam satu jurusan saja sudah banyak perbedaan karakter. Maka tantangannya untuk menyamakan persepsi, kita fasililtasi dengan memberi mereka ruang dengan berpendapat secara demokrasi dengan tujuan memunculkan kreatifitasnya, untuk mencapai tujuan bersama,” kata Ambar.
Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum Ambar Pangaribowo Sakti, M.Pd
Selain untuk memenuhi persyaratan PAT, pelaksanaan simulasi ini juga dapat memberikan kesan dan kenangan, bahwa projek kolaborasi mereka berbeda dari yang lain.
Ambar berharap ke depannya bisa lebih baik. Berbagai bentuk kekurangan dapat diminimalisir dan projeknya lebih gebyar dari sebelumnya sesuai dengan tema adat yang dimunculkan.
Kepala SMKN 15 Kota Bandung, Dra. Lilis Yuyun, M.M.Pd., pun bangga atas kreatifitas siswa-siswanya dan bersyukur atas dukungan penuh dari para orangtua siswa dalam projek simulasi pernikahan yang telah dilaksanakan.
Tampilan tari kecak
“Mudah-mudahan tahun depan bisa menjadi empat kompetensi keahlian dalam pengkolaborasian ini (PAT). Alhamdulillah acara ini juga berjalan lancar. Terima kasih kepada pihak yang telah menghadiri acara ini. Ada Bu Hj Yuyun, Analis Ahli Muda dari KCD VII, Bu Iva dari Jabar Masagi dan DUDIKA seperti dari Hotel Horison untuk jurusan perhotelan,” kata Lilis menjelaskan.
Dengan adanya kurikulum merdeka dan projek ini, Lilis merasa siswa lebih diberi keleluasaan untuk mengekspresikan diri dalam berinovasi.
Potensi siswa juga lebih tergali. Harapan Lilis pun ke depannya terus ada inovasi baru dari siswa-siswanya.
Foto prewedding
Masih dalam kesempatan yang sama, Analis Ahli Muda dari Cadisdik VII Dr. Hj. Siti Sadiah Yuningsih, M.M.Pd., yang hadir langsung, memberikan tanggapannya.
Menurutnya pengkolaborasian tiga kompetensi keahlian dalam projek ini, merupakan bentuk kolaborasi ‘teaching and learning’.
Hal tersebut kata Yuyun, akrab disapa menjadikan pembelajaran di sekolah lebih efektif dan produktif. Penilaiannya pun terintegrasi.
Foto bersama
Sehingga menjadi kelebihan dari kegiatan projek simulasi pernikahan Adat Bali di SMKN 15 Bandung .
“Harapannya, pada saatnya nanti di masa mendatang, siswa dapat mewujudkan diri secara mandiri di tengah masyarakat ketika menjadi apapun mereka. Dari event wedding ini, mereka sudah punya bekal dalam mengelola sebuah event itu seperti apa. Event ini pun sangat nyata, kontekstual. Intinya collaborative teaching and learning dalam tiga kompetensi keahlian untuk mencapai efektifitas pembelajaran agar menjadi produktif,” Yuyun menjelaskan.
Muhammad Gilang Irgi, kelas XII Perhotelan 3, yang berperan sebagai mempelai pria, sangat senang dengan simulasi pernikahan Adat Bali ini.
Para guru pendukung kegiatan simulasi pernikahan
“Saya jadi tahu tentang praktek pernikahan adat Bali. Sehingga harapannya ke depan ketika melakukan pernikahan, saya bisa lebih lancar dalam pelaksanaannya karena sudah mengerti dan mengetahui apa saja yang ada dalam acaranya,” kata Gilang.
Rekan Gilang, Salva Septiany, kelas XII Tata Boga 1, sebagai pengantin wanita, juga memiiki kesan yang sama. Namun ia pun mengakui saat memerankannya juga mengalami rasa tegang.
“Harapannya bisa lebih tahu lagi, kalau nanti menikah ternyata rasanya begini dan lebih tahu juga adat-adat pernikahan lainnya selain Bali,” kata Salva. [SR]***