majalahsora.com, Kota Bandung – Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung memiliki banyak program prioritas untuk menjadi kampus seni ternama di Indonesia. Diawali dengan mengadakan kegiatan Rapat Kerja Musyawarah Perencanaan Pendidikan ISBI Bandung tahun 2024, dengan tema “Create of Creatifity Based on Cultural Engineering” atau Penciptaan Kreativitas Berbasis Rekayasa Budaya, sekaligus evaluasi capaian program tahun 2022.
Dilaksanakan selama tiga hari dua malam, di Hotel Grand Tjokro, Kota Bandung, pada hari Jumat sampai dengan Minggu, tanggal 24-26 Februari 2023. Diikuti oleh seluruh unsur pimpinan ISBI Bandung.
Dalam kesempatan itu Rektor ISBI Bandung Dr. Retno Dwimarwati, S.Sen., M.Hum., manjelaskan beberapa program prioritas di tahun 2023, di antaranya mencari lahan untuk perluasan kampus.
“Itu salah satu syarat menjadi kampus Badan Layanan Umum (BLU) harus memiliki lahan minimal seluas 30 hektar, jadi itu harus diupayakan di tahun ini,” kata Retno, Jumat (24/2/2023) di lokasi kegiatan.
Menjadi prioritas utama juga, pihaknya sedang berupaya menyelesaikan sertifikat tanah kampus ISBI Bandung yang ada di Cikamuning, Kabupaten Bandung Barat, seluas 8,7 hektar.
“Sudah lima tahun dari 2018 sampai 2023 ini belum bersertifikat. Kami berusaha di tahun ini harus selesai. Karena keinginan di tahun-tahun berikutnya, DED (Detail Engineering Design), masterplan harus disiapkan. Kalau kita punya tanah tapi tidak bersertifikat siapapun yang akan membantu pasti sulit. Makanya hal itu dulu yang harus selesai,” ungkap Retno.
Wakil Rektor I Bidang Akademik dan Kemahasiswaan, Indra Ridwan, S.Sos., M.Sn., M.A., Ph.D., (kedua dari kanan), Wakil Rektor II Bidang Umum dan Keuangan, Dr. Enok Wartika, S.Sos., M.Sn., (ketiga dari kiri) dan Wakil Rektor III Bidang Perencanaan, Sistem IT dan Kerjasama, Dr. Supriatna, S.Sn., M.Sn., (ketiga dari kanan) bersama Dekan yang baru dilantik
Lalu peningkatan akreditasi menjadi kampus yang memiliki akreditasi internasional yakni IKU 8. Menurutnya ada tiga program studi yang diajukan untuk meraih akreditasi internasional.
“Kalaupun satu lolos itu kan sudah luar biasa jadi semua Prodi yang sekarang ini sudah sangat baik itu diupayakan untuk unggul. Tapi unggulnya kita tidak masuk ke BAN PT untuk nilai A, tapi kita mencari ke internasional kalau diakui secara internasional jadi lebih baik,” kata Retno.
Kemudian melakukan kegiatan MBKM yang orientasinya tidak hanya di Jawa Barat tetapi akan melebarkan sayapnya ke wilayah timur yakni Papua.
“Kita sudah kerjasama dengan Paguyuban Pasundan di Papua dan kita akan melakukannya di bulan Maret ini, untuk mengirim mahasiswa dan pembimbing ke Papua, mengembangkan, mengkonservasi ataupun merevitalisasi bentuk-bentuk kesenian Sunda yang ada di sana,” kata Retno.
“Kemudian kita juga akan berkolaborasi dengan ISBI Papua. Misalkan di sini (Jabar) ada kendang di sana ada tifa, kemudian kita bisa membuat musik baru atau apapun. Papua sudah siap dan kita juga. Ketika melihat kita datang ke sana, mereka jadi bersemangat, karena ISBI Papua juga berat sekali, apalagi mahasiswanya juga hanya sekitar 200 orang hanya sedikit sekali,” imbuhnya.
Hal itu pun kata Retno merupakan kontribusi ISBI Bandung kepada ISBI Papua, menjadi sebuah triger untuk meningkatkan daya tarik ISBI Papua dalam menggaet mahasiswa yang lebih banyak. Di samping Papua, Flores dan Maluku juga sudah siap menerima ISBI Bandung dalam program yang sama. Apalagi untuk mengembangkan potensi pariwisata daerah yakni Desa Budaya.
Rektor ISBI Bandung Dr. Retno Dwimarwati, S.Sen., M.Hum., sedang menyampaikan paparannya
“Tadi ISBI Bandung juga menyampaikan kepada Ketua Komisi X DPR RI Pak Syaiful Huda, bahwa ISBI Bandung siap menjadi daya Desa Budaya. Orang-orang yang akan mengembangkan budaya desanya. Sebelumnya sudah terpetakan menjadi potensi luar biasa untuk dikembangkan. Makanya tadi kalau DPR RI Komisi X mau menggaet kita, saya kira kita siap mengembangkan pemajuan kebudayaan untuk di seluruh wilayah Indonesia,” kata Retno.
Retno juga menyinggung masalah ISBI Bandung yang akan menjadi kampus Badan Layanan Umum (BLU), oleh sebab itu terus berbenah secara organisasi. Susunan Organisasi Tata Kerja (SOTK) menjadi acuan hukum bagaimana menyiapkan organisasi tata kerja ISBI Bandung. Menurutnya dalam OTK ISBI Bandung sudah sampai review dengan Biro Organisasi dan Tata Laksana (Ortala) kemudian dilakukan harmonisasi dengan Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN RB).
“Kalau organisasinya sudah siap kita tinggal berjalan sesuai dengan OTK yang kita punya. Kalau tidak ada nanti akan agak sulit untuk pengembangannya,” kata Retno.
ISBI Bandung juga kata Retno akan melakukan dan menyiapkan penambahan Program Studi (Prodi) baru, yang berorientasi pada seni. Namun ke depan di tahun 2024 pihaknya tidak menutup kemungkinan membuka prodi yang bersifat umum, seperti manajemen seni, pendidikan seni akan disiapkan.
Masih dikatakan Retno, karena fokus rencana strategi (Rencana Strategi) ISBI Bandung yakni berbasis “Create of Creatifity Based on Cultural Engineering” dia menyakinkan bahwa ISBI Bandung hadir di hampir seluruh Jawa Barat dan sudah terintegrasi.
“Mungkin nanti dari LP2M akan membuat kantong-kantong budaya yang disiapkan, misalkan bagian selatan Jawa Barat, kita ada berapa titik apakah dari Pangandaran, Tasik, Garut, Cianjur, Sukabumi itu sudah ada teman-teman yang standby di sana. Kemudian untuk wilayahnya juga dibagi menjadi wilayah kaleran, pakidulan, kemudian Bekasi itu berbeda, kemudian Cirebon,” kata Retno.
Serius dalam memperhatikan setiap paparan
Retno pun berharap unsur pimpinan bisa bersinergi untuk mewujudkan semua itu. Retno memiliki prinsip kerja ensambel dan kolaboratif, karena menurutnya tidak mungkin satu unit bisa lebih dari unit lainnya. Semuanya kata Retno memiliki peran penting dan harus mengembangkan ISBI Bandung secara bersama-sama.
“Kolaboratifnya kita tidak bisa hidup sendiri, ISBI membutuhkan semua stakeholder. Oleh sebab itu harus berkolaborasi untuk itu semua,” kata Retno.
Berkaitan dengan program ISBI Bandung, Wakil Rektor I Bidang Akademik dan Kemahasiswaan, Indra Ridwan, S.Sos., M.Sn., M.A., Ph.D., akan mendukung program yang dicanangkan oleh Retno.
“Dalam konteks akademis kami akan mendukung hal itu. Seperti IKU 8 akan kita maksimalkan. Semua dibagi habis, kegiatan IKU 8 itu ke fakultas dan prodi. Sehingga semua bisa berjalan dengan baik dan terpenuhi,” kata Indra.
“Kemudian program MBKM, itu kan program menteri kita akan maksimalkan. Tetapi kita punya yang spesifik karena kita sekolah seni. Maka kita sekolah seni lebih leluasa untuk menjalankan program MBKM ini. Dan saya sangat setuju tadi kata Bu Rektor ISBI Bandung akan mengembangkan ke wilayah timur, mengapa karena selama ini jarang ada perhatian,” imbuhnya.
Lanjut Indra ISBI Bandung akan mencoba berkolaborasi yakni merangkul masyarakat di sana, namun tetap nanjeurkeun kesenian Sunda.
Semua unit harus ensamble dan kolaboratif
“Kesenian Sunda tidak hanya bergerak di Jawa Barat saja, tetapi di berbagai wilayah. Bahkan pengembangannya tidak hanya di wilayah timur tetapi juga bisa ke luar negeri. Yang kita tahu bahwa Paguyuban Pasundan di seluruh dunia memiliki sekitar 133 cabang. Untuk kegiatannya bisa KKN tematik kemudian magang, studi independent dan mengajar. Itu bisa diimplementasikan di komunitas itu. Karena mereka memiliki komunitas dalam bidang pendidikan, seperti sekolahan, kursus-kursusnya sangat relevan dengan apa yang kita punya dalam konteks MBKM,” kata Indra.
Oleh sebab itu kata Indra seluruh unsur yang ada di ISBI Bandung harus menyamakan persepsi dan harus memiliki pemahaman yang mendalam serta orientasi dalam menjalankan setiap program yang ada termasuk dalam hal capaian prestasi.
Sedangkan Wakil Rektor II Bidang Umum dan Keuangan, Dr. Enok Wartika, S.Sos., M.Sn., mengatakan concernnya akan melakukan penataan SOTK.
“Ke depannya penataan oganisasi dan penambahan unit-unit akademik akan bekerja secara ensambel dan kolaboratif, seperti kata Bu Rektor. Saat ini kita masih menggunakan SOTK yang lama, namun ke depan ini sedang terus diperbaiki,” kata Enok.
Prioritas lainnya, ISBI Bandung meningkat menjadi kampus BLU, memiliki tantangan yang cukup besar. Di antaranya harus memiliki lahan seluas 30 hektar. Di samping itu peningkatan SDM dan mahasiswa. Kemajuan suatu kampus pus tidak terlepas dari segi pendanaan yang sehat.
Dikatakan Enok, selama ini pendanaan ISBI Bandung masih mengandalkan dari Uang Kuliah Tunggal (UKT) mahasiswanya. Oleh sebab itu ISBI Bandung pun akan memaksimalkan potensi yang ada, karena memiliki karya seni dari mahasiswa dan dosen yang bisa dijual, termasuk menyewakan studio hasil kerjasama, hibah dan lainnya.
Usai kegiatan berfoto bersama
“Diharapkan nanti kalau sudah ada BLU, ada peraturannya. Misalkan Dosen A mendapatkan pekerjaan tertentu, (ada sisi bisnisnya) bagaimana aturannya, prosentasenya dengan lembaga bagaimana. Dari dosen, tendik, mahasiswa sekalipun berkontribusi bagi pendanaan ISBI. Nantinya akan dipakai untuk kebaikan ISBI juga, program-program meningkat mungkin pembangunan bisa bertambah. Diharapkan tidak hanya mengandalkan dari pemerintah saja,” kata Enok.
Sedangkan Wakil Rektor III Bidang Perencanaan, Sistem IT dan Kerjasama, Dr. Supriatna, S.Sn., M.Sn., akan mengoptimalkan kegiatan-kegiatan yang berada dalam naungan Warek III, berjalan selaras sesuai dengan apa yang disampaikan oleh pimpinan, yakni harus satu haluan.
Di antaranya di bidang perencanaan dan sistem IT, kegiatan yang dilakukan oleh unit kerja maupun fakultas sudah berujung pada visi Rektorat.
“Ke depan masing-masing unit dalam sistem IT tidak lagi memiliki operator sendiri, namun satu pintu. Nanti yang mengisi yang membutuhkan ada operator di IT. Termasuk bidang kerjasama, setiap ada usulan ditampung di bidang kerjasama, kemudian oleh pihak rektorat dievaluasi, kembali lagi ke bidang kerjasama lalu diluruskan,” kata Supriatna.
Intinya semua program yang ada harus didukung, sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya (tupoksi). Ia pun menegaskan ke depan agar tidak ada kegiatan yang tumpang tindih.
“Kita ini masih termasuk kampus dengan student body dan area yang kecil, fakultasnya baru ada tiga dan prodinya sepuluh. Jadi kalau ada kegiatan tidak terpisah sendiri-sendiri, tetapi satu koridor satu periode waktu. Ini contoh di bidang perencanaan, misalkan puncaknya dies natalis nanti satu bulan penuh di bulan yang sama,” kata Supriatna.
“Diisi dengan festival-festival, pameran yang didukung oleh fakultas, dari Fakultas Seni Peran Pertunjukan apa, Fakultas Seni Rupa apa dan Desain, Fakultas Budaya dan Media apa. Tidak terpencar di bulan berbeda. Jadi kalau kegiatan yang sifatnya senada (satu tema), dilaksanakan di satu bulan, biar gebyarnya dan kekhasan ISBI nya lebih terasa. Baik yang bersifat promosi, apresiasi, maupun hiburan,” kata Supriatna. [SR]***