majalahsora.com, Kabupaten Bandung – SMKN 1 Soreang, Kabupaten Bandung dalam tahun ajaran baru 2022/2023 berupaya membentuk karakter siswanya.
Terlebih hampir dua tahun pembelajaran dilaksanakan dalam jaringan (daring) karena pandemi.
Hal itu menyebabkan adanya “loss learning” atau pembelajaran yang hilang, tidak seperti pembelajaran tatap muka langsung di sekolah, ada sentuhan dari guru langsung ke siswa.
Kini kondisi semakin membaik, dan banyak sekolah antusias menyambut pembelajaran tatap muka langsung.
(Pendaftaran Mahasiswa Baru Universitas Bale Bandung, klik http://pmb.unibba.ac.id/index.php/pendaftaran_pmb)
Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum, Hj. Sri Amperawati, S.Pd
Sehubungan dengan pembelajaran tatap muka langsung Wakil Kepala Sekolah (Wakasek) Bidang Kurikulum SMKN 1 Soreang, Kabupaten Bandung, Sri Amperawati menjelaskan bahwa pihaknya terus menerapkan pembentukan karakter siswa.
“Karena hampir dua tahun anak-anak kami belajar di rumah, sehingga agak berbeda sifatnya jadi kami harus menekankan karakternya,” kata Sri, di SMKN 1 Soreang, Jalan Nyalindung No 1, Senin (15/8/2022).
Setiap hari, sebelum masuk kelas, seluruh siswa mengikuti pembinaan karakter di lapangan. Tiap hari guru mata pelajaran yang ada bergantian memberikan materinya.
“Misalnya hari Senin dari guru Agama, hari Selasa guru Bahasa Indonesia dan seterusnya,” kata Sri.
Suasana pembelajaran di SMKN 1 Soreang
Lanjut Sri, SMKN 1 Soreang, di tahun ajaran 2022/2023 menggunakan dua kurikulum. Bagi kelas X memakai kurikulum merdeka, sedangkan kelas XI dan XII menggunakan kurikulum 2013 revisi.
Di samping pembiasaan karakter yang biasa dilakukan di lapangan sekolah, siswa baru kelas X juga dalam penguatan pendidikan karakter ada kegiatan intrakurikuler dan menerapkan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5).
“Dalam satu minggu ada delapan jam pelajaran, dilaksanakan dua hari, hari Kamis siang empat jam pelajaran dan Jum’at pagi empat jam pelajaran,” kata Sri.
Adapun temanya mengenai kearifan lokal, bangunlah jiwa raganya dan kebekerjaan.
Pembelajaran di bengkel atau ruang praktek Teknik Kendaraan Ringan
Saat ditanya mengenai kesiapan para guru di SMKN 1 Soreang dalam Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM), menurutnya para guru SMKN 1 Soreang diusahakan sudah siap.
Dari pengakuan Sri, selama ini para guru SMKN 1 Soreang mendapatkan materi Kurikulum Merdeka dari workshop yang mereka ikuti dan bersifat daring, mengenai kurikulum merdeka dan bagaimana pelaksanaannya.
“Ke depannya kami ingin ada pelatihan bagi guru untuk Implementasi Kurikulum Merdeka,” kata Sri.
“Karena istilahnya berbeda, dulu (kurikulum 2013) ada Kompetensi Dasar (KD) Kompetensi Inti (KI), sekarang istilahnya capaian pembelajaran (CP). Dulu ada silabus sekarang disebutnya alur tujuan pembelajaran,” imbuhnya.
SMKN 1 Soreang, memerlukan delapan ruang kelas baru
Sri juga menjelaskan bagi siswa kelas X, mata pelajarannya ada kelompok umum terdiri dari Pendidikan Agama, bahasa Indonesia, PKN dan olahraga. Sedangkan untuk dasar-dasar kejuruan ada mata pelajaran bahasa Inggris, matematika, IPAS dan informatika.
Sedangkan untuk mata pelajaran produktif di masing-masing jurusan baru diajarkan dasar-dasar program keahlian saja.
“Ada mata pelajaran khusus dasar-dasar kejuruan sebanyak 12 jam pelajaran,” kata Sri.
Diketahui di SMKN 1 Soreang, memiliki enam jurusan yakni Kuliner, Perhotelan, Teknik Kendaraan Ringan, Teknik Komputer Jaringan, Teknik Elektronika Industri dan Pengelasan. Masing-masing tingkat ada 14 rombongan belajar (rombel).
Kurukulum merdeka belajar di kelas X
Sri juga mengungkap bahwa di SMKN 1 Soreang masih kekurangan ruang kelas bejalar, sehingga pembelajarannya dilaksanakan dua sesi, masuk pagi dan siang hari.
Sumbangan Komite Sekolah
Sementara itu Tatang kepala SMKN 1 Soreang, menjelaskan bahwa di sekolah yang dipimpinnya, masih kekurangan ruangan kelas, sebanyak delapan ruang kelas baru (RKB).
Oleh sebab itu kata Tatang apabila sudah diperbolehkan ada sumbangan orangtua siswa, pihaknya akan mengadakan rapat dengan orangtua siswa dan komite sekolah.
“Rapat setelah Pergubnya turun, biar ada payung hukumnya, baru kami siap melaksanakan rapat dengan orangtua siswa yang secara ekonomi mampu. Insya Allah awal September ini kami akan rapat,” kata Tatang.
Kegiatan pembelajaran olahraga kelas X, masih belum memakai pakaian olahraga SMKN 1 Soreang, karena harus rapat orangtua siswa
Tatang pun tidak memungkiri bahwa sumbangan orangtua siswa masih sangat diperlukan, karena selama ini dana pendidikan dari Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dari pemerintah pusat sebesar Rp 1,6 juta pertahun persiswa serta Biaya Operasional Pendidikan Daerah (BOPD) dari pemerintah provinsi sebesar Rp 150 ribu persiswa perbulan, belum bisa mencukupi untuk pendidikan berkualitas.
Menurutnya dana BOPD umumnya dibelanjakan untuk membayar gaji guru NCR dan honor.
“Sedangkan untuk SMK ada praktek dan beli bahan praktek. Pertahun persiswa, idealnya sekitar Rp 7 jutaan,” kata Tatang.
“Selama dua tahun karena pandemi untuk pembelian alat bahan sangat minim dan berpengaruh pada kualitas pendidikan. Apalagi kalau alat bahan terbatas maka latihan siswa banyak keterbatasan,” kata Tatang.
Sumbangan orangtua siswa masih sangat diperlukan oleh banyak sekolah bukan hanya SMKN 1 Soreang
Lanjutnya dalam Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) bagi siswa kelas X mencoba menawarkan pembangunan dua ruang kelas baru.
“Itu untuk mengurangi beban pemerintah juga,” kata Tatang.
Di samping itu akan ada kegiatan camping pendidikan dasar (CPD) untuk pembentukan karakter, termasuk dana untuk asuransi siswa.
“Karena siswa SMK wajib memiliki asuransi untuk PKL kalau nggak ada asuransi, biasanya perusahaan tidak mau menerima siswa PKL,” pungkasnya.
Saat berita ini naik ke ruang redaksi, Pergub mengenai Komite Sekolah, sudah ditandatangani oleh Gubernur Jabar Ridwan Kamil. [SR]***