majalahsora.com, Kota Bandung – Penyanyi papan atas Indonesia Rizky Febian meramaikan Festival Seni Sastra Budaya (Fesbud) Marvanata SMAN 3 Kota Bandung.
Ribuan penonton hanyut dalam setiap alunan lagu hits yang dibawakan oleh Rizky Febian, seperti Berpisah Itu Mudah, Menari, Kesempurnaan Cinta, dan lainnya.
Rizky Febian sukses menghibur penonton Fesbud SMAN 3
Ia pun sesekali menyapa penonton dengan bahasa Sunda, menandakan bahwa dirinya tidak lupa akan asal muasalnya dari Bandung, tanah kelahirannya.
Fesbud yang digelar untuk kali keenam itu, tahun ini digelar di lapang Pussenif Jalan Supratman Kota Bandung, Sabtu (7/9/2019).
Doni Pembina OSIS SMAN 3 Kota Bandung
Rangkaian acaranya dilangsungkan dari pagi hari sampai mendekati larut malam.
Atalia Kamil Istri Gubernur Jabar, Dewi Sartika, Kadisdik Jabar, Endang Susilastuti, Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah VII, Dian Peniasiani, Pengawas Pembina SMA, Yeni Gantini, Kepala SMAN 3, Een, Kepala Tata Usaha SMAN 3, dan tamu undangan lainnya turut hadir saat pembukaan.
Arya
Arya Ketua Pelaksana Fesbud menjelaskan, bahwa kegiatan Fesbud merupakan ajang untuk menggangkat dan memelihara budaya bangsa, khususnya Sunda.
Mengusung tema Marvanata yaitu dunia yang penuh keanggunan yang menyatukan budi dan jiwa.
Kadisdik Jabar Dewi Sartika (kebaya hijau) didampingi Yeni Gantini, Kepala SMAN 3 Kota Bandung (kanan)
“Marvanata diambil dari isi wawacan Sulanjana yang menceritakan tentang Dewi Sri, Dewi kesuburan. Saat mengalami suatu konflik yang menyebabkan Dewi Sri harus dikuburkan di dunia ini, tanah dan tanaman tumbuh subur termasuk padi serta menciptakan dunia yang anggun,” paparnya, Sabtu (7/9/2019) di sela-sela kegiatan.
Lebih lanjut kata Arya yang kini duduk di bangku kelas XII IPA 5, saat ini eksistensi budaya tradisional di kalangan generasi milenial sudah mulai terkikis.
Encep Ridwan (kanan) Guru Basa Sunda SMAN 3 Kota Bandung, Yeni Gantini Kepala SMAN 3, berbincang dengan Atalia Prayatya, Istri Gubernur Jabar Ridwan Kamil
“Makanya harapan kami di sini ingin kembali menonjolkan seni tradisi, khususnya budaya Jawa Barat, melalaui tema wawacan Sulanjana,” imbuhnya.
Pagi harinya ada sekitar 400 siswa dari kelas X-XI, yang melakukan pawai berjalan kaki dari sekolahnya menuju Pussenif.
Khanha dalang muda siswa SMAN 3
Mereka memakai pakaian tradisional dengan tema wawacan Sulanjana, yang menceritakan jalan cerita Dewi Sri.
Pada tampilan tradisional ada tari Merak, Paduan Angklung SMAN 3, Karinding SMAN 16, wayang golek, dan lainnya.
Di samping itu ada stand yang menampilkan mengenai budaya Sunda.
Sedangkan untuk tampilan seni modern menampilkan band Pamungkas, Rasukma, Nidji, Rizki Febian dan sebagainya.
Ia pun berharap dengan menyatukan unsur modern dan tradisional pada gelaran Fesbud kepada kalangan muda milenial, bisa menunjukan jati dirinya.
Tanpa harus mengurangi sisi modern dan tradisional, sehingga dapat menjadi kesatuan yang anggun tidak lupa akan akar budayanya sendiri.
Band Nidji dengan vokalis barunya di Marvanata SMAN 3
Sementara itu Doni Pembina OSIS SMAN 3 memaparkan bahwa ajang Fesbud merupakan salah satu program unggulan SMAN 3.
Menurutnya SMAN 3 terkenal dengan akademiknya terutama bidang eksak.
Namun tidak demikian adanya karena sekolah yang kini dipimpin Yeni Gantini tetap memberikan peluang untuk mengembangkan seni, sastra, budaya di SMAN 3, salah satunya melalui Fesbud.
Mas Bro (tengah) salah satu suksesor kegiatan Fesbud Marvanata 2019
“Bagaimana sastra kesenian tradisional dikenalkan kepada mereka (siswanya). Kami tidak hanya mendatangkan bintang tamu.
Bintang tamu sebagai pemancing,” katanya.
Karena tujuan utamanya mengenalkan dan mengembangkan kebudayaan lokal kepada pelajar SMAN 3 khususnya dan khalayak umum.
“Kami (SMAN 3) punya motto Knowledge is Power but Character is More, yang artinya ilmu memang penting tapi paling penting adalah karakter yaitu budaya. Di mana budaya kita adalah kebhinekaan, khususnya Sunda di tanah Jawa Barat,” kata Doni.
Ribuan penonton yang hadir
Lebih lanjut kata Doni, dari tahun ke tahun pihaknya selalu mengawal dan membantu penyelenggaraan Fesbud agar berada pada jalur yang benar.
“Banyaknya jumlah penonton bukan menjadi tolak ukur utama. Justru yang menjadi keberhasilan apabila bisa mengenalkan budaya kepada khalayak sebagai cerminan mempertahankan kebudayaan Indonesia,” imbuhnya.
Didukung oleh para Guru SMAN 3
Kata Doni Kebhineka Tunggal Ikaan NKRI menjadikan bangsa Indonesia utuh, menghargai satu sama lain tentang kebudayaan seluruh Indonesia.
“Apabila menghargai budaya insya Alloh NKRI akan utuh. Pawai menunjukan karismatik Kebhineka Tunggal Ikaan, kemudian mengerucut ketika masuk ke sini (lokasi Fesbud) mengenalkan budaya Sunda,” jelasnya.
Angklung
Dari pantauan majalahsora.com, acaranya terbilang sukses, karena sekitar 6000 an penonton hadir memadati tempat acara.
Khanha siswa berprestasi SMAN 3, yang juga dalang muda Putu Giriharja didaulat menjadi penutup rangkaian seni tradisi.
Panitia siswa
Ia berhasil mengocok perut para penonton, dengan banyolan Sunda si Cepot, Dawala dan tokoh wayang lainnya.
Tata panggung dan stand dibuat secara menarik, begitu juga tata cahaya panggungnya ditambah kemeriahan kembang apinya. [SR]***