majalahsor.com, Kota Bandung – Isu-isu strategis dibahas dalam kegiatan Audiensi dan Rapat Pimpinan (Rapim) Asosiasi Badan Penyelenggara Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (ABPPTSI) Jawa Barat (Jabar) di Gedung Pascasarjana Universitas Islam Nusantara (Uninus) Bandung, Rabu (8/3/2023).
Tujuannya untuk meningkatkan kualitas PTS di Jabar secara merata. Termasuk membahas permasalahan serta dinamika mengelola Perguruan Tinggi Swasta (PTS) oleh badan pengelola perguruan tinggi.
Ketua ABPPTSI Jabar, Dr. R. Ricky Agusiady, SE., M.M.Ak., CFrA., CHRM., menjelaskan bahwa Rapim ini sebagai fase awal ABPPTSI di tahun 2023, dalam menguatkan kolaborasi organisasi yang dipimpinnya, sesuai dengan temanya yakni “Meningkatkan Kinerja Kolaboratif Dalam Penyelenggaraan PTS Bermutu”.
“Kegiatan sekarang sebatas kordinasi dan penguatan organisasi. Dalam seratus hari sebenarnya kita sudah memiliki program untuk diekpos. Tetapi karena sesuatu hal dan kebutuhan lain-lain dan pengurus pusat yang baru dilantik, maka baru kali ini kita ekpos, kita tunjukan materi kita ke depan,” kata Ricky.
Dalam kegiatan ini juga dibahas mengenai raport yang diberikan dari Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah IV Jabar dan Banten. Hasil laporannya dari sekitar 395 PTS di Jabar hampir 50 sampai 60 persen sedang dalam keadaan kurang sehat.
Kata Ricky hal itu dikarenakan di Jawa Barat perguruan tinggi jumlahnya cukup banyak dibandingkan dengan wilayah lainnya.
“Oleh sebab itu kita kumpulkan badan penyelenggara PTS ini untuk membantu anggota-anggota yang tergabung dalam ABPPTSI Jabar. Begitu juga bagi yang belum bergabung mungkin belum tahu manfaatnya,” kata Ricky.
Adapun manfaat bergabung dalam ABPPTSI di antaranya pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan mendapatkan diskon khusus sebesar 40 persen.
“Harusnya 50 persen bahkan nol persen. Itu merupakan salah satu pemanfaatannya,” imbuhnya.
Dirinya mencontohkan salah satu kampus yang cukup besar lahannya di Bandung dalam membayar PBB bisa menghemat ratusan juta rupiah.
“Di USB Sangga Buana di Kampus kami bisa menghemat ratusan juta,” kata Ricky.
Masih dikatakan Ricky dalam kegiatan ini juga merumuskan program kerja yang telah didiskusikan.
Ada lima bidang. Bidang organisasi keanggotaan dan kaderisasi, menekankan mengenai penambahan jumlah anggota ABPPTSI yang saat ini baru mencapai 150-an anggota.
“Kami akan kembangkan lagi sampai maksimal (jumlah anggotanya),” kata Ricky.
Lalu bidang advokasi, membantu masalah hukum, di antaranya mengenai masalah penggabungan perguruan tinggi, masalah tanah, penutupan ijin dan lainnya.
Sedangkan bidang Sumber Daya Manusia (SDM) terkait dengan sertifikasi badan penyelenggara perguruan tinggi, yang terdiri dari tiga unsur yakni keuangan, rumah tangga dan aset.
“SDM di sini sudah termasuk mengenai sertifikasi dosen, P1 dan P3,” kata Ricky
Lanjutnya, karena jumlah guru besar, Lektor Kepala sangat terbatas, ketika terkait akreditasi membutuhkan SDM tersebut, sebagai syarat sertifikasi.
“Maka yayasan dengan yayasan adanya sistem pertukaran sampai batas waktu yang ditentukan,” kaya Ricky.
Berikutnya bidang dana, agar memiliki kebermanfaatan dan badan perguruan tinggi harus hidup, maka akan ada iuran anggota yang tidak mahal dan memiliki manfaat besar.
Terakhir bidang kerjasama, akan menguatkan kerjasama antar lembaga, perguruan tinggi luar negeri dan dalam negeri serta dengan dunia usaha dunia industri dan lainnya.
“Kita dengan Kadin punya MoU dengan berbagai asosiasi lain juga,” kata Ricky.
Masih dikatakan Ricky setelah pelaksanaan Rapim, ABPPTSI Jabar akan melangsungkan Rakolwil dengan anggota. Rencananya setelah lebaran tahun ini.
Dalam kesempatan yang sama Ketua Umum PP ABP PTSI Prof. Dr. Thomas Suyatno, yang hadir langsung menjelaskan ada beberapa metode untuk menyehatkan perguruan tinggi yang sedang sakit, utamanya di Jabar.
“Yang pertama adalah merger. Suatu bentuk penggabungan, yang digabungkan dibubarkan semua munculah PTS baru. Itulah yang disebut merger,” kata Prof Thomas.
“Akuisisi penyatuan, PTS ABC bergabung salah satu nama dipertahankan. Itulah yang disebut akuisisi. Yang berikutnya berdialog jangan sampai ada pencabutan ijin, bagaimana menyehatkan kampus yang sakit. Itu prinsip.”
“Memang tidak mudah menyatukan beberapa PTS menjadi satu. Tapi dengan pengertian sepenuhnya PTS ini harus sehat kita harus rela menanggalkan visi individual, menjadi visi yang menyatu. Egosentris harus dihapuskan,” tegasnya. [SR]**