majalahsora.com, Kota Bandung – Beberapa SMA di Kota Bandung, memiliki pentas seni (pensi) yang diselenggarakan secara gebyar dan selalu ditunggu-tunggu kehadirannya oleh para pelajar serta masyarakat umum.
Salah satunya pensi SMAN 3 Kota Bandung dengan Festival Budaya (Fesbud) nya. Usai pandemi, tahun ini merupakan kali pertama kembali diadakan secara luar jaringan (luring). Dilaksanakan di Lapang Secapa TNI AD, Jalan Hegarmanah, Kota Bandung, pada hari Sabtu tanggal 4 November 2023.
Dari pantauan majalahsora.com, ribuan penonton (hampir 6.000 orang) datang menikmati berbagai hiburan dan tampilan, baik kesenian tradisional maupun modern.
Pj Walikota Bandung Bambang Tirtoyuliono, (kanan) didampingi Kepala SMAN 3 Kota Bandung, Iwan Setiawan
Saat pembukaan hadir PJ Walikota Bandung, Bambang Tirtoyuliono, Sekretaris Dinas Pendidikan Kota Bandung Tantan Syurya Santana, Disbudpar, Perwakilan dari Cabang Dinas Pendidikan Wilayah VII dan banyak lagi.
Ketua Fesbud 2023, Attaya Keysa Azzahra menjelaskan bahwa Festival Budaya tahun ini mengusung tema “Gibyapantra”.
Ia pun menerangkan maksud diadakannya acara ini, yakni untuk menunjukkan kreativitas dan karya seni siswa SMAN 3 Kota Bandung kepada khalayak umum, termasuk tampilan dari bintang tamu.
Wakil Kepala Sekolah bidang Kesiswaan Sucipto
“Persiapannya dari bulan Desember 2022, sampai November ini,” kata Keysa.
Bisa terlaksananya kegiatan ini, Kata Keysa tidak terlepas dari kerja keras para panitia yang berjumlah 489 orang siswa dari 14 divisi dan empat manajemen.
Mereka sendiri yang mencari dananya, melalui dana usaha, orangtua siswa, sponsorship, menjual merchandise dan tiketing.
Sekretaris Disdik Kota Bandung Tantan Syurya Santana (mengenakan jaket Megamendung), Encep Ridwan, Guru Bahasa Sunda, Ketua Umum PPBDI (ketiga dari kanan), Een Rohaeni (ketiga dari kiri) Arsiparis SMAN 3 Kota Bandung berfoto bersama
Berbeda dengan pensi sekolah lain, uniknya Fesbud SMAN 3 kental dengan penampilan kesenian tradisional. Tahun ini menampilkan Sisingaan dari SMPN 31 Kota Bandung, Bebegig Sukamantri dari Ciamis, fashion show serta pertujukan puncak budaya dari siswa SMAN 3 Kota Bandung dikemas dalam musikal teater yang spektakuler.
Di samping itu ada lighting show, penampilan visual stage dan stan budaya, “Di mana semua stan budaya bersifat interaktif dan dapat dimainkan oleh seluruh pengunjung,” kata Keysa.
“Lebih uniknya lagi memperlihatkan kaulinan lembur atau kaulinan barudak, bisa dicoba oleh khalayak umum.”
“Kami mengangkat lima dari sepuluh objek kemajuan kebudayaan menurut UU no 5 tahun 2017,” imbuhnya.
Ketua Fesbud 2023, Attaya Keysa Azzahra (tengah rambut panjang)
Hal unik lainnya para pengunjung dianjurkan mengenakan pakaian tradisional seperti batik, kebaya, berkain ataupun memakai pangsi.
Sedangkan bintang tamunya menghadirkan Sal Priadi, Kunto Aji, D’ Masiv, TBA, The Lucy Laki, Dipha Barus featuring Dita Meichan dan The Angelion. Semua bintang tamu yang hadir merupakan hasil voting siswa SMAN 3 Kota Bandung. Mereka pun tampil menghibur yang datang.
Bebegig Sukamantri, dari komunitas budaya Kabupaten Ciamis
Saat disinggung mengenai harapannya? Kata Keysa kegiatan ini bisa menginspirasi generasi muda untuk terus mencintai, mengetahui, dan menjaga kebudayaan Indonesia, khususnya kebudayaan Jawa Barat.
Dalam kesempatan yang sama Wakil Kepala Sekolah bidang Kesiswaan, Sucipto menjelaskan bahwa tujuan utama diadakannya Fesbud SMAN 3 Kota Bandung yakni ingin mengangkat dan mengenalkan budaya kepada generasi muda.
“Karena kalau tidak membuat event mengenai budaya seperti ini, maka anak-anak akan fokus ke budaya kontemporer, modern dan internasional,” kata Cipto di tempat acara.
Fashion show siswa perempuan SMAN 3 Kota Bandung mengenakan busana Nusantara
“Makanya sesuai tujuan tadi, dari awal anak sudah menentukan dan mempelajari tentang filosofi Megamendung, Tari Merak. Tadi juga ada tampilan Sisingaan, kaulinan urang lembur, itu pengalaman berharga buat mereka,” imbuhnya.
Adapun hikmah yang diambil dari kegiatan ini, karena melibatkan ratusan siswa sebagai panitia, tentunya mengalami mengkoordinir satu kegiatan, apalagi sangat idealis mengenai budaya.
“Terkait dari biaya, instansi yang harus dihubungi, tantangan itu pengalaman sangat berharga buat mereka.”
Tampilan Kunto Aji
“Sebagai Wakasek Kesiswaan, meskipun mereka tidak belajar di dalam kelas, ini merupakan pembelajaran di kehidupan nyata. Pertama bagaimana mereka mengelola manajemen konflik di antara mereka pada saat menentukan konsep.”
“Bagaimana memanage waktu saat belajar dan persiapan acara, bagaimana menghadapi tantangan di masyarakat, seperti mereka menghubungi Disbudpar, Secapa, sponsor, pejabat dan seterusnya. Paling penting bagaimana menyatukan ratusan siswa kompak untuk menyukseskan acara ini,” katanya.
Lebih lanjut kata Cipto Fesbud ini benar-benar festival budaya, dimana dari mulai awal sampai puncak acara, 90 siswa SMAN 3 Kota Bandung menampilkan berbagai tarian terutama dari Jawa Barat.
Band D’Masif tampil memukau yang hadir
“Acara ini memang kental dengan budaya dan harus tetap dilaksanakan walaupun dari sisi keuangan ini sangat beresiko. Ini proyek yang idealisme mengangkat budaya, berbeda dengan pensi yang lainnya,” pungkas Cipto.
Sementara itu Encep Ridwan, Guru Bahasa Sunda dan Koordinator Fesbud menambahkan bahwa Fesbud ini merupakan pembelajaran bagi peserta didik, yang perlu diperkenalkan sejak dini.
“Karena kalau tidak bermoral atau berbudaya generasi kita akan hancur. Festival ini mengenalkan budaya daerah, kaulinan lembur ke seluruh masyarakat dan siswa dari sekolah lain yang datang melihat Fesbud,” kata Encep.
Ghifar divisi dokumentasi bagian penting dari acara
Salah satu tampilan budaya ada kerja sama dengan SMPN 31 Kota Bandung, Kepala Sekolahnya Hj. Tatin, tampilan siswa SMPN 31 yakni Singa Depok dan pencak silat.
“Ada juga dari komunitas budaya yang menampilkan Bebegig Sukamantri dari Ciamis, kaulinan barudak, lisung mengenalkan teknologi tradisional yang masih dipakai serta banyak lagi,” kata Encep.
“Intinya mengapresiasi budaya kita sebesar-besarnya, meskipun budaya asing datang tapi tidak melupakan budaya sendiri. Ciri sabumi cara sadesa,” pungkasnya. [SR]***