majalahsora.com, Kota Bandung – Sebagai mitra dinas pendidikan, majalahsora.com secara berkesinambungan melakukan peliputan ke berbagai jenjang sekolah di Jawa Barat, tidak terkecuali di Kota Bandung.
Mewartakan mengenai kemajuan sebuah sekolah. Sekaligus sebagai kontrol sosial terhadap program dan bantuan yang diberikan pemerintah ke sekolah atau perguruan tinggi yang menerima bantuan dari uang pajak masyarakat.
Juga menjadi bagian pentahelix dalam membangun kemajuan dunia pendidikan.
Pada tulisan kali ini, awak media majalahsora.com, mewartakan SMP PGRI 10 Kota Bandung, yang perkembangannya dari tahun ke tahun melakukan perubahan yang signifikan.
Hal tesebut tidak terlepas dari kepemimpin Ati Yuliawati, S.Pd., M.Pd., sebagai Kepala SMP PGRI 10 Kota Bandung.
Dalam kesempatan ini Ati memaparkan program yang sedang berjalan di tahun 2024. “Di 2024 ini yang sedang berlangsung yaitu tentu KBM semester dua. Kemudian kami sedang mempersiapkan Pesantren Kilat (Sanlat) untuk bulan puasa mendatang bersama guru-guru agama,” kata Ati, di ruang kerjanya, Jalan Sukup Lama No 15, Jum’at (2/2/2024).
Lanjutnya, sekolah yang dipimpinnya pun sedang melakukan persiapan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila atau P5 untuk siswa kelas VII dan VIII.
Berkaitan dengan Sanlat kegiatannya diperuntukkan untuk semua tingkat, yakni siswa kelas VII, VIII dan IX.
Rencananya akan dibagi menjadi tiga tahap. Yaitu tiga hari untuk kelas VII, lalu tiga hari untuk kelas VIII dan tiga hari untuk kelas IX.
Ati membagi tahapan tersebut agar siswa fokus menjalani sanlat. Dengan keseluruhan siswa sebanyak 685 orang (21 rombel), jika digabungkan sanlatnya tidak memadai tidak memadai. Terlebih Guru Agama Islamnya hanya ada tiga orang.
Setelahnya akan dilaksanakan try out untuk siswa kelas IX. Usai lebaran, kelas IX langsung melaksanakan ujian sekolah. Dalam satu bulan try out hanya satu pekan, dari Senin hingga Jumat. Jika hasil masih rendah, akan dilaksanakan lagi di bulan depannya.
Walaupun bukan ujian nasional, Ati tetap mempersiapkan ujian sekolah untuk siswanya secara optimal.
Ati pun menjelaskan mengenai jobdesk dirinya sebagai kepala sekolah, yakni fokus pada supervisi guru yang dilaksanakan selama satu bulan, dimulai dari 6 Februari 2024.
Dibantu oleh guru senior, dirinya memantau kinerja guru, melihat perkembangan guru (terutama kompetensinya) dan memantau guru saat mengajar di kelas.
“Saya melaksanakan supervisi itu setahun dua kali di setiap semester. Jadi akan terlihat perkembangan guru itu bagaimana. Apalagi sekarang di kurikulum merdeka ini di titikberatkan bukan ke mata pelajaran, melainkan ke pendidikan karakter. Namun untuk kelas IX masih kurtilas,” ujar Ati.
Sejauh ini Ati bersyukur, karena guru-gurunya berkompeten. Banyak guru muda dengan latar belakang pendidikan berbasis IT, sehingga tidak kesulitan menghadapi kurikulum saat ini.
Sehubungan dengan IT, Ati cukup concern mengenai penggunaan media sosial di telepon pintar, khususnya terhadap siswa.
“Saya pernah menerapkan aturan, walaupun percobaan. Siswa dalam satu minggu selama berada di sekolah saat KBM, tidak menggunakan ponsel atau smartphone. Khususnya di kelas, siswa yang duduk di belakang lebih asyik sendiri dengan ponselnya,” kata Ati.
Ternyata hasilnya bagus. Dalam berkomunikasi dan berinteraksi, antar siswa menjadi lebih lancar. Seperti mengobrol atau saling menyapa.
Namun karena sebagian besar siswa kelas VII masih dijemput orangtuanya, hal tersebut membuat para orangtua sulit mencari tahu kabar anaknya. Maka dari situ para orangtua diarahkan untuk menghubungi wali kelas anaknya masing-masing.
“Jadi aturan tersebut ya tidak diberlakukan. Namun tergantung wali kelasnya. Guru yang muda-muda biasanya menerapkan disiplin dengan mengumpulkan ponsel para siswa saat KBM agar tidak digunakan. Sedangkan guru senior kebanyakan tidak,” ujar Ati.
Ati berharap siswanya menjadi lebih baik dalam pembentukan karakter.
Tanggapan Ati Terkait Program RMP
Pemerintah Kota Bandung memiliki concern agar warganya bisa memiliki pendidikan yang layak. Tidak terkecuali bagi siswa ekonomi tidak mampu yang bersekolah di SD, SMP, SMA dan SMK swasta.
Melalui Dinas Pendidikan Kota Bandung program itu terus digulirkan dan banyak yang merasakan manfaatnya, termasuk SMP PGRI 10 Kota Bandung.
“Setelah adanya RMP, siswa-siswi kami yang rawan melanjutkan pendidikan terbantu. Mereka betul-betul di gratiskan mengenai SPP. Hingga kegiatan-kegiatan di sekolah yang bersubsidi dari orangtua sudah tidak ada. Itu khusus Kota Bandung, namun di kami tidak bisa banyak-banyak. Karena sebagian ada dari kabupaten (warga Kabupaten Bandung),” kata Ati mengungkapkan.
Ati pun berterima kasih kepada Pemerintah Kota Bandung. Ia berharap ke depannya nominal RMP semakin ditingkatkan dari saat ini. [SR]***