majalahsora.com, Kota Bandung – Prof. Obsatar Sinaga, Rektor Universitas Widyatama (UTama) menyayangkan pernyataan yang dikemukakan oleh Gubernur Lemhanas Agus Widjojo, bahwa TNI manunggal atau bersatu dengan rakyat sudah tidak relevan lagi.
Hal tersebut diutarakan Agus ketika diwawancarai oleh Nazwa Shihab di suatu acara, menanggapi masalah Brigjen Junior Tumilaar yang menyurati Kapolri, terkait Babinsa yang membantu warga karena sengketa tanah di Sulawesi Utara.
“Ya awalnya tentara kan lahir dari bangsa yang berjuang, kita belum punya negara, jadi yang berjuang itu adalah rakyat, rakyat menyatu. Sebetulnya perjuangan merebut kemerdekaan itu ada perjuangan politik, sehingga terbagi-bagi atas laskar-laskar jadi ada laskar Hizbullah, laskar nasionalis dijadikan satu jadi TNI. Sejak awal TNI berdamai dengan politik, harus menyatukan politik,” kata Agus, di video yang beredar di medsos saat menjawab pertanyaan Nazwa Shihab.
Masih kata Agus, narasi-narasi mengenai rakyat dekat dengan TNI sudah tidak lagi, melainkan kini rakyat dekat dengan presiden serta kepala daerah, karena perkembangan jaman.
Atas pernyataan tersebut, Prof Obi Rektor UTama biasa disapa mengatakan dengan tegas, bahwa Agus Widjojo tidak pantas sebagai Gubernur Lemhanas.
Menurutnya itu merupakan pernyataan sebagai opini, bukan sebagai intelektual seorang Gubernur Lemhanas.
Karena Lemhanas itu menurut Prof Obi, merupakan lembaga pendidikan, yang melahirkan calon pemimpin bangsa.
“Kalau ngomongnya asal-asalan seperti itu, maka itu sebuah opini. Bukan konstektual bukan juga sebagai undang-undang atau sebuah keputusan pemerintah,” kata Prof Obi, Minggu (10/10/2021).
“Seorang pejabat negara tidak bisa sembarangan mengeluarkan statemen bermakna politik seperti itu. Apalagi saya dengar yang bersangkutan akan jadi Dubes Filipina. Maka Presiden Jokowi selayaknya meninjau kembali penugasan yang bersangkutan Bahkan DPR-RI Komisi 1 yang melakukan fit and propher test agar tidak meloloskan yang bersangkutan,” imbuhnya.
Terkait TNI apakah masih relevan manunggal dengan rakyat, kata Prof Obi bangsa yang besar merupakan bangsa yang tidak lupakan sejarah.
“TNI itu sejarahnya memang lahir dari rakyat. Kalau kita kemudian memisahkan posisi rakyat dengan TNI karena alasan perkembangan jaman, berarti kita memang melupakan sejarah. Kalau begitu bangsa ini akan hancur dan menjadi bangsa yang kecil,” kata Prof Obi, yang menjadi Ketua Tim Promotor Megawati Soekarno Putri, Presiden RI ke-5, meraih gelar Doktor Honoris Causa dari Unpad.
“Kalau TNI tidak dekat dengan rakyat, juga akan sulit menjaga keutuhan wilayah dan bangsa. Wilayah Indonesia sangat luas, apalagi kalau memperhitungkan jumlah penduduk maka TNI tidak bisa serta-merta menjaga pertahanan NKRI tanpa melibatkan rakyat. Makanya TNI harus manunggal dengan rakyat. Undang undang TNI menyebutkan TNI adalah tentara rakyat, tentara pejuang,” imbuhnya.
Ia menambahkan bahwa rakyat ikut membantu TNI, sekiranya ada gangguan dari luar. Maka ada yang disebut pertahanan rakyat semesta atau permesta, bela negara dan lain-lain.
“Di negara maju saja ada konsep bela negara dan wajib ikut serta (wajib militer), contohnya di Amerika, Singapura dan negara maju lainnya,” kata Prof Obi.
Bela negara tujuannya supaya ketika ada gangguan pertahanan maka pertahanan rakyat semesta ikut serta membela negaranya, kalau TNI saja tidak cukup.
“Jadi sebaiknya Agus Widjojo diberhentikan jadi Gubernur Lemhanas. Tidak layak dia jadi Gubernur Lemhanas apabila dia mengatakan (TNI) seperti itu, cocoknya jadi pengamat politik saja,” pungkasnya. [SR]***