majalahsora.com, Kota Bandung – Untuk meningkatkan daya saing pesantren di era modern, Program Studi Manajemen S1 Universitas Widyatama (UTama) menggelar kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) di Pondok Pesantren Graber Darul Salam Al Mubaroqah, Rabu, 26 Februari 2025. Kegiatan ini mengusung topik “Peningkatan Daya Saing melalui Peningkatan Literasi Keuangan bagi Pengurus dan Santri”.
Program ini menjadi wujud kolaborasi nyata antara dunia akademik dan institusi pendidikan keagamaan, dalam upaya memperkuat pemahaman keuangan sebagai pondasi pengelolaan sumber daya yang efektif dan mandiri.
Dipimpin oleh John Henry Wijaya, S.E., M.M., MOS sebagai ketua pelaksana, tim PkM ini melibatkan Dr. Kharisya Ayu Effendi S.E., M.S.M., Wahyu Panji Nugrahani, S.E., M.M., Suskim Riantani, S.E., M.Si., dan Shendy Amalia, S.E., M.M. Sebagai pemateri utama, Wahyu Panji Nugrahani menyampaikan materi secara interaktif dan aplikatif, memadukan konsep keuangan Islami dengan praktik manajerial modern.
“Kami melihat pentingnya memperkuat literasi keuangan di lingkungan pesantren, karena dengan pemahaman keuangan yang baik, santri dan pengurus dapat mengelola sumber daya secara lebih efektif dan mandiri,” ujar John Henry Wijaya.
Lanjutnya isi materi yang diberikan mencakup: pengelolaan keuangan pribadi dan lembaga berbasis syariah; konsep dasar keuangan syariah: larangan riba, gharar, dan maysir.
Kemudian manajemen keuangan pribadi, seperti: Pencatatan Pemasukan-pengeluaran; penyusunan anggaran; menabung, serta menghindari Utang konsumtif.
Di samping itu terkait keuangan kelembagaan: laporan keuangan sederhana pesantren, akuntabilitas ZISWAF, dan pertanggungjawaban kepada donatur.
Berikutnya mengenai strategi efisiensi keuangan pesantren, mengenai Identifikasi pemasukan-pengeluaran, serta pengembangan unit usaha pesantren.
Tidak kalah penting mengenai anggaran berbasis prioritas untuk kegiatan utama pesantren. Termasuk sistem pembukuan sederhana dan pemanfaatan teknologi seperti Excel dan aplikasi akuntansi gratis. Juga mengenai literasi keuangan sebagai pilar kemandirian ekonomi pesantren.
Masih dijelaskan John Henry Wijaya, pesantren sebagai pusat dakwah dan pemberdayaan ekonomi umat. Unit usaha produktif: pertanian, peternakan, toko kitab, percetakan, dll. Penguatan peran santri dan pengurus dalam wirausaha syariah. Kolaborasi strategis dengan perguruan tinggi dan mitra usaha.
Respons Pesantren: Menyambut Baik dan Harapkan Keberlanjutan
Sementara itu Pimpinan Pondok Pesantren Graber Darul Salam Al Mubaroqah, Ustad Husein, menyambut hangat kegiatan ini dan berharap kolaborasi terus berlanjut.
“Kami sangat terbantu dengan materi dan metode yang diberikan. Para santri jadi lebih memahami pentingnya mencatat pemasukan dan pengeluaran pribadi serta memiliki rencana keuangan,” ungkap salah satu peserta.
Selain dosen, mahasiswa UTama juga terlibat aktif sebagai asisten fasilitator, sehingga mereka dapat mengaplikasikan ilmu sekaligus mengembangkan kepemimpinan dan keterampilan komunikasi.
“Kami berharap program ini dapat menjadi model untuk pengabdian masyarakat serupa di masa depan. Kami juga berencana untuk melakukan evaluasi dan tindak lanjut untuk memastikan keberlanjutan dampak program ini,” tutur John Henry Wijaya.
Dengan program ini, Universitas Widyatama menegaskan komitmennya dalam pengembangan pendidikan berbasis pengabdian kepada masyarakat dan memperkuat sinergi dengan pesantren sebagai pilar pendidikan keagamaan dan ekonomi umat. [SR]***