Prof. Dadang Kepala Badan Pembinaan dan Pengembangan Bahasa memberikan penghargaan Kawistara 2017 kategori Pejabat Publik kepada Bima Arya, Walikota Bogor, disaksikan oleh Sutejo Kepala Balai Bahasa Jawa Barat
majalahsora.com, Kota Bandung – Anugerah Kawistara dilangsungkan hari Rabu (1/10/2017) di Hotel Prime Park Bandung dengan tema ‘Pemartabatan Bahasa Negara’. Merupakan wujud Apresiasi dan penghormatan yang diberikan oleh Balai Bahasa Propinsi Jawa Barat yang dipimpin Sutejo atas dedikasi dan konsistensi pihak-pihak yang peduli dan komitmen dalam pembinaan dan pengembangan bahasa dan sastra Indonesia dan daerah di Jawa Barat.
Penerima Kategori Legenda Pegiat Bahasa dan Sastra diraih oleh Prof. Dr. Ir. Ganjar Kurnia, DEA
Kawistara sendiri diambil dari bahasa Sunda yang memiliki arti semangat hidup yang terus-menerus dalam pengembangan kualitas diri. Gerakan maju merupakan dinamika yang positif. Begitulah filosofi Kawistara.
RRI Bandung menerima Anugerah Kawistara 2017 Kategori Lembaga
Pemberiaan Anugerah Kawistara kali ini merupakan pelaksanaan yang ketiga kalinya. Pertama Balai Bahasa Jawa Barat memberikan penghargaan serupa pada tahun 2014, kepada (1) komunitas sastra, (2) media massa, dan (3) sastrawan. Sementara itu, tahun 2015 Balai Bahasa memberikan penghargaan untuk (1) lembaga, (2) legenda bahasa dan sastra, (3) media massa, dan (4) pejabat publik yang mempunyai perhatian paling besar terhadap bahasa, sastra Indonesia dan daerah.Kategori Komunitas Literasi diraih oleh TBM Bina Kreasi Muda
Pada Kawistara 2017 Balai Bahasa Jawa Barat memberikan penghargaan Kepada (1) pejabat publik, (2) tokoh legenda bahasa dan sastra, (3) lembaga, dan (4) komunitas literasi. Pemenangnya adalah sebagai berikut.
- Kategori Pejabat Publik : Dr. Bima Arya (Walikota Bogor)
- Kategori Legenda Pegiat Bahasa dan Sastra : Prof. Dr. Ir. Ganjar Kurnia, DEA
- Kategori Lembaga : RRI Bandung
- Kategori Komunitas Literasi : TBM Bina Kreasi Muda
Penghargaan tersebut diberikan berdasarkan hasil karya kebahasaan dan kesastraan, kuantitas karya, kualitas karya, konsistensi dan komitmen dalam bidangnya, serta aktivitasnya dalam mengembangkan bahasa dan sastra. Jurinya sendiri terdiri dari tiga orang; H. Abdullah Mustappa, Prof. Cece Sobarna dan Iman Jahrudin Rianto, M.Hum.
Para pemenang berfoto dengan juri
Secara makro pemberian penghargaan ini juga didorong oleh niat mempertahankan, menumbuhkan, dan memartabatkan bahasa negara. Semua itu berkaitan dengan upaya memupuk Jawa Barat sebagai kota budaya sekaligus sebagai pusat budaya (sastra) yang diharapkan kelak melahirkan produk budaya bernilai tinggi yang mampu membangun peradaban yang lebih mengedepankan aspek mental-spiritual dan humanis-religius.
Aam Amilia (kanan) pangaping Majalah Sunda Rumaja Sora dan pengasuh acara ‘Mekarkeun Sastra Sunda’ di AkTV berfoto dengan Etty RS, salah satu nominator Anugerah Kawistara 2017 kategori Legenda Pegiat Bahasa dan Sastra
Di sela-sela kegiatan penganugerahan Kawistara, Prof. Dadang Sunendar selaku Kepala Badan Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, menuturkan pada gelar wicara (talk show) bahwa bahasa Indonesia bisa menjadi bahasa internasional. “Untuk menjadi bahasa internasional, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, yaitu jumlah penutur, keaktifan dalam politik internasional serta sikap masyarakatnya. Secara jumlah kita telah memenuhi syarat dalam jumlah penutur karena ada lebih dari 49 juta jiwa penutur. Selain itu ada negara tetangga yang telah memiliki kesamaan berbahasa, seperti Timor Leste, Malaysia, Singapura dan Brunei Darusalam serta bahasa kita juga diajarkan diperguruan tinggi dibeberapa negara. Negara Indonesia juga aktif dalam politik internasional. Tetapi syarat yang paling berat adalah rendahnya sikap masyarakat kita terhadap pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar,” tuturnya.
Acara gelar wicara (talk show)
Melihat hal tersebut wajar saja apabila banyak pihak yang merasa khawatir akan perkembangan bahasa Indonesia, karena kini banyak masyarakat yang menggunakan bahasa yang salah kaprah serta banyak istilah asing yang digunakan untuk penamaan sebuah tempat di ruang publik, seperti nama restoran, hotel, tempat umum, dan lain-lain.
Roni, M.Pd., Guru basa Sunda SMKN 1 Kota Bandung (paling kiri), Encep Ridwan, M.M.Pd., Guru Basa Sunda SMAN 22 Kota Bandung merangkap Ketua MGMP Basa Sunda (paling kanan) beserta tamu undangan lainnya, saat menghadiri Anugerah Kawistara 2017
Bima Arya, Walikota Bogor yang menerima penghargaan Kawistara 2017 Kategori Pejabat Publik, telah berhasil memperjuangkan pengindonesiaan beberapa nama tempat terbuka di Kota Bogor. “Alhamdulillah di Kota Bogor, kami berusaha agar bahasa Indonesia menjadi bahasa pemersatu. Maka dari itu kami telah dan akan merubah istilah-istilah ‘asing’ di lingkungan Balai Kota Bogor. Begitupun penamaan tempat publik. Salah satu icon (maskot) Kota Bogor yaitu Botani Square pun nantinya akan diganti menjadi Plasa Botani,” kata Bima.
Hermawan Aksan, penulis yang juga wartawan (kanan)
Penghargaan Kawistara bertujuan; 1) memberikan dorongan yang positif dan membangun kepada para pejabat publik agar mereka lebih peduli lagi tehadap bahasa Indonesia dengan mewujudkan pembuatan perda atau kebijakan lain terkait dengan bahasa Indonesia dan daerah; 2) Membangun komitmen seluruh organisasi (instansi) di Jawa Barat agar tetap peduli atau memperhatikan dan memberikan ruang untuk bahasa dan sastra; 3) merangsang lahirnya tokoh legenda baru yang memiliki perhatian dan dedikasi dalam pembinaan dan pengembangan bahasa dan sastra Indonesia dan daerah serta mempunyai pemikiran atau visi misi terhadap bahasa Indonesia dan daerah sebagai bahasa nasional serta lambing identitas martabat bangsa; 4) memberi semangat terhadap komunitas agar teta berkarya dan beraktivitas secara konsisten; 5) mempertahankan, menumbuhkan, dan memperkuat tradisi berbahasa dan bersastra di Jawa Barat. [SR]***