Dr. Ir. H. Ahmad Hadadi, M.Si., Kepala Dinas Pendidikan Jawa Barat
majalahsora.com, Kabupaten Bandung Barat – Pengelola SMA Terbuka (SMATER) Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat, terus berupaya untuk meningkatkan mutu pendidikannya. Salah satunya dengan kegiatan workshop pembuatan modul pembelajaran bagi siswa SMATER kelas X semester I.
Rencananya akan membuat 15 modul untuk 15 pelajaran, seperti yang diajarkan di sekolah reguler. Di antaranya PAI, Bahasa Sunda, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, matematika, olahraga,dan lainnya, di luar tiga mata pelajaran lintas minat.
Kepala Pendidikan Menengah Umum Disdik Jabar Ir. Yesa Sarwedi Hamiseno M. Pd
Dilaksanakan di Grand Hotel Lembang, Kabupaten Bandung Barat, dari tanggal 27-30 Maret 2018. Pesertanya terdiri dari 150 orang guru pilihan di tiap mata pelajarannya.
“Guru yang terlibat dalam pembuatan modul ini tidak semua dari SMA Terbuka, ada juga yang dari sekolah yang tidak memiliki SMA Terbuka, tetapi mereka dilibatkan. Untuk instruktur workshopnya ada dari SEAMOLEC,” ujar Dedeh, Koordinator SMATER Disdik Jabar, Selasa (27/3/2018) petang.
Hj. Dedeh Suatini, M.M.Pd., Koordinator SMA Terbuka Disdik Jabar
Pembuatan modul ini bertujuan untuk mengefektifkan materi pembelajaran. Membuat siswa SMATER lebih mudah memahami isi pelajaran yang ada dalam modul.
“Siswa SMATER itu belajarnya lima hari secara mandiri, bisa di rumah atau di mana saja. Bila siswa SMATER bekerja di siang hari, maka belajarnya dilakukan di malam hari. Agar mereka bisa belajar dengan baik, maka harus ada modul yang menarik dan mudah dipahami. Nanti saat pembelajaran tatap muka dengan guru bina di hari Sabtu dan Minggu, yang diberikan oleh guru bukan mengajarkan tetapi mengevaluasi siswa selama lima hari belajar,” terang Dedeh, yang juga menjabat sebagai Plt Kepala SMAN 14 Kota Bandung.
Ahmad Hadadi, saat memberikan sambutan
Ia menambahkan saat pembelajaran tatap muka, guru bina hanya melakukan konfirmasi dan klarifikasi. Di samping itu mengecek modul sebagai acuan siswa SMATER, sejauh mana mereka melaksanakan pembelajaran di tempat masing-masing. Apabila si siswa belum paham, maka guru bina akan menjelaskan pelajaran yang belum dimengerti oleh siswa tersebut.
“Ada dua pembelajaran yang dilakukan oleh siswa SMATER, selain modul yaitu bisa melalui LMS (learning management system), yang bisa diakses melalui android. Tetapi mereka tidak semua memiliki android dan jaringan internet, makanya tetep harus ada modul. Mudah-mudahan dengan adanya modul yang sesuai harapan, siswa SMATER bisa terfasilitasi,” tambah Dedeh.
Drs. H. Jumdiat Marzuki, M.M., Fasilitator SMA Terbuka Disdik JAbar (kiri Ahmad Hadadi)
Hal itu dihamini oleh Jumdiat, selaku fasilitator SMATER yang juga mantan Kepala SMAN 5 Kota Bandung. Menurutnya SMATER sudah berjalan, saat ini modulnya banyak online dan materi video, sehingga susah diserap oleh siswanya, “Jangankan oleh siswa SMATER, oleh siswa reguler pun kalau materinya banyak video belum tentu bisa dipahami. Karena karakteristik siswa SMATER itu banyak siswa yang sudah lama tidak sekolah. Ada yang sudah nganggur selama dua, tiga tahun, bahkan lebih. Selain itu ada yang sudah berkeluarga serta bekerja, otomatis semangat belajarnya berkurang. Dengan modul cetak yang sedang disusun ini, mudah-mudahan menjadi lebih sederhana, dasarnya mengambil dari silabus. Ke depan siswa SMATER lebih paham, bisa mengikuti ujian-ujian seperti siswa reguler pada umumnya,” papar Jumdiat, disela-sela kegiatan.
Sumarso, M.M.Pd. (kiri) Guru SMAN 2 Kota Cimahi termasuk ke dalam 150 peserta workshop
Di tempat yang sama Ahmad Hadadi, menjelaskan bahwa adanya workshop pembuatan modul untuk memfasilitasi siswa SMATER. “Pendidikan SMATER gratis, kami Disdik Jabar yang memberi fasilitas. Bahan ajarnya harus mudah dipahami. Mereka juga sekali-kali harus datang ke sekolah induknya. Agar mereka merasa menjadi siswa sekolah tersebut. Karena mereka ke depan akan menerima ijazah dan ditandatangani oleh kepala sekolah induk. Kalau bisa, mereka sekali-kali dliibatkan juga dalam kegiatan-kegiatan sekolah, sepeti OSN, O2SN, FLS2N dan lainnya. Di tambah mereka pun harus diberi motivasi agar menjadi pembelajar yang suka membaca, budaya literasi harus hadir pada diri mereka,” kata Hadadi usai membuka kegiatan.
Darpan Ariwinangun, M.Pd.,Guru Bahasa Sunda SMAN 1 Garut (kanan) dan juga penulis
Masih berkaitan dengan workshop, Yesa, sebagai Kabid PSMA Disdik Jabar, mengatakan bahwa sengaja pembuatan modul melibatkan guru bina (pengajar SMATER) dan guru yang memiliki kompetensi dalam menyusun bahan ajar. “Mereka nantinya saling mengisi dan berkolaborasi. Karena belum tentu guru bina paham akan menyusun bahan ajar, begitu pun sebaliknya, yang menyusun belum tentu paham kondisi di lapangan. Rencananya hampir semua daerah yang menyelenggarakan sekolah terbuka, gurunya dilibatkan untuk penyusunan modul,” katanya saat mendampingi Kadisdik.
Arif, Guru Olahraga, SMAN 1 Baleendah, (jaket biru)
Yesa, menjelaskan setelah workshop, secepatnya modul yang telah matang bisa disebarluaskan ke 13 kantor cabang dinas untuk dibagikan ke ribuan siswa SMATER.
Drs. Yudi, (kemeja hijau memegang kamera) Guru Kimia SMAN 4 Kota Bandung
Menurut catatan, siswa SMATER kini berjumlah 22.000 siswa. Bila digabung dengan siswa SMK Terbuka totalnya 36.000 siswa. Secara otomatis APK yang mengikuti pembelajaran tingkat menengah di Jawa Barat meningkat menjadi 81.25 % dari 72%. Target tahun 2018, APK Jabar ingin ada di angka 90 persen. [SR]***