majalahsora.com, Kota Bandung – Mahasiswa S1 dari Program Studi (Prodi) Tari, Karawitan, Seni Murni, Antropologi dan Teater, Institut Seni dan Budaya Indonesia (ISBI) Bandung, sebelum melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di 26 desa yang ada diempat kecamatan di Kabupaten Bandung Barat (KBB), diberi pembekalan, di Gedung Kesenian Sunan Ambu Jalan Buahbatu No 212, pada hari Rabu 10 Juli 2024.
Kegiatannya diberi tema “Pengembangan Objek Pemajuan Kebudayaan Melalui Pemberdayaan Masyarakat di Kabupaten Bandung Barat”.
Kepala Bidang Kebudayaan Disbudpar KBB, Hernandi Tismara, yang didaulat sebagai salah satu pemateri menjelaskan, bahwa para mahasiswa ISBI Bandung saat KKN nanti harus bisa memetakan kebudayaan yang ada di sana.
Pasalnya kata Hernandi selama ini masyarakat berasumsi bahwa kebudayaan itu hanya berupa kesenian, seperti calung, ketuk tilu, jaipongan dan tari-tarian.
“Jadi asumsi dan pandangan masyarakat mengenai kebudayaan itu yakni kesenian. Dengan adanya Undang undang No 5 tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan di dalamnya ada 10 objek pemajuan kebudayaan.”
Wakil Rektor III Bidang Perencanaan, Sistem Informasi, dan Kerja Sama, Dr. Supriatna, S.Sn., M.Sn., saat memberikan sambutan
“Dari mulai manuskrip, tradisi lisan, adat istiadat, ritus, pengetahuan tradisional, teknologi tradisional, seni, bahasa, permainan rakyat dan olah raga tradisional,” kata Hernandi.
Jadi yang disebut kebudayaan itu bukan hanya kesenian saja, tetapi proses aneka objek pemajuan kebudayaan yang hidup di masyarakat, ini mesti disikapi.
Berikutnya bahwa peran perguruan tinggi (seperti ISBI Bandung) sangat dibutuhkan oleh masyarakat, di antaranya melalui mahasiswa seni dalam membangun sosial ekonomi masyarakat.
Unsur lain yang tidak kalah penting, selama KKN di 26 desa ini, para mahasiswa harus bisa merekam dan memotret kondisi sesungguhnya, dituangkan dalam bentuk narasi film. Kemudian dipublikasikan di media sosial untuk diinformasikan ke khalayak luas.
Adapun untuk memperoleh informasi yang jelas, kata Hernandi para mahasiswa bisa menggali informasi yang ada dengan memenuhi unsur 5W 1H. “Seperti kegiatan masyarakat desa, ngawuluku di sawah, yang masuk kategori teknologi tradisional. Ada juga masyarakat yang sedang membuat wajit, itu masuk juga dalam pengetahuan tradisional.”
Ketua LPPM ISBI Bandung, Neneng Yanti Khozanatu Lahpan, S.Ag., M.Hum., Ph.D
“Atau nanti menemukan cagar budaya ata diduga objek cagar budaya, dinarasikan, difilm, difoto lalu dimasukan ke dalam Instagram atau Tiktok yang mengatasnamakan desa, misalkan di Desa Ngamprah atau Desa Cikande,” kata Hernandi.
Nantinya desa tersebut akan diinfentalisir untuk pemajuan kebudayaan di KBB, kemudian diusulkan oleh Disparbud. “Bahwa pengusulnya dari mahasiswa ISBI Bandung, dalam konteks 10 objek pemajuan kebudayaan. Nanti oleh saya dimasukkan ke dalam aplikasi Dapobud. Ada kaitannya dengan PPKD (Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah),” terangnya.
“Bahwa pemetaan kami itu sudah di 16 kecamatan, tapi untuk ke desa-desa ini memang sulit, maka perlu peran mahasiswa ISBI yang melakukan KKN ini berupa produk pendataan pada 10 pemajuan kebudayaan,” imbuhnya.
Pemateri lainnya yakni Direktur Edukasi Ekonomi Kreatif (periode 2014-2019) Poppy Savitri memberikan konsep mengenai kolaborasi di lapangan saat KKN.
“Konsepnya tentang inovatif, kreatif melalui kolaborasi Nusantara atau disingkat IKKON. Artinya disuatu daerah memiliki icon baru. Jadi mahasiswa harus membuat icon baru (di tempat mereka KKN),” kata Poppy akrab disapa.
312 mahasiswa ISBI Bandung yang mengikuti pembekalan KKN 2024 berfoto bersama
Saat presentasi kata Poppy dirinya memberikan contoh mengenai daerah Citatah yang tadinya termasuk kategori geopark daerah menjadi kategori geopark nasional.
“Untuk itu dibutuhkan beberapa syarat yang harus dipenuhi. Di antaranya penambangan kapur harus dihentikan. Tapi harus dipikirkan mengenai penambangannya mengganti mata pencahariannya. Harus mempertimbangkan hal itu,” kata Poppy
Poppy juga memberikan gambaran, apakah memungkinkan Geopark Citatah dijadikan objek wisata pertambangan seperti Ballarat di Australia. Di mana ada bekas penambangan emas, yang sudah sekian tahun berhenti dijadikan museum hidup.
“Jadi orang-orang yang dulunya menambang emas, hanya dijadikan sebagai atraksi. Para wisatawan saat datang ke sana ikut menambang di sungai pakai ayakan. Namun ini hanya menjadi sebuah aktraksi dan edukasi,” kata Poppy.
Lebih lanjut kata Poppy banyak tempat penambangan di Indonesia seperti daerah Belitung yang sudah tidak ditambang lagi bisa dijadikan jejak sejarah daerah pertambangan, kemudian menjadi tempat edukasi, seperti di Ballarat.
Sekretaris LPPM ISBI Bandung, Iip Sarip Hidayana, S.Sn., M.Sn., (tengah)
Berkaitan dengan Geopark Citatah, apabila penambangan dihentikan masyarakat penambang bisa dijadikan pemandu wisata lokal dengan penghasilan yang menjanjikan. Geopark Citatah menjadi wisata atraksi edukasi seperti di Ballarat, para penambang memandu para wisatawan seperti mengambil batu, menjelaskan mengenai kenapa penambangan ditutup dan lainnya. Ada pengetahuan dan pengalaman yang bisa dipetik oleh wisatawan.
“Sehingga niat baik Pemda kerja sama dengan perguruan tinggi, kolaborasi itu bisa antar instansi, antar pelaku kreatif, para seniman dan sebagainya,” kata Poppy.
“Nanti ada seni pertunjukkan, setelah capek nambang bisa ngopi, yang membuat kopi istri para penambang dan masyarakat sekitar jadi dampak ekonominya ke mana-mana. Saya sampaikan seperti itu tadi ke mahasiswa,” imbuhnya.
Dia pun menegaskan untuk mengarah ke sana dilihat juga aturan yang ada, yakni Perpres No 9 Tahun 2019, sedangkan untuk rencana aksi pengembangan geopark diatur dalam Peraturan Menteri dari Bappenas No 15 Tahun 2020.
Lanjutnya kekayaan lokal kita, seperti geopark yakni alam, budaya dan sumber manusianya harus dimanfaatkan untuk melindungi alam agar tidak menjadi rusak.
Kepala Bidang Kebudayaan Disbudpar KBB, Hernandi Tismara, S.Sos., M.Si., saat memaparkan materi
Konsep IKKON, sendiri kata Poppy sudah dilaksanakan di 20 kabupaten/kota dan desa. Ini bisa dijadikan motivasi bagi mahasiswa saat KKN.
“Seperti Tapis Lampung dulunya hanya dipakai untuk kawinan, sekarang bisa dipakai di atas jeans jadi keren, kekinian, dipakai anak muda,” kata Poppy.
Pasalnya kebudayaan pada dasarnya itu tidak stagnan terus mengikuti perkembangan jaman, menjadi konten baru yang diapresiasi oleh generasi masa kini.
Pada kesempatan berbeda Wakil Rektor III bidang Perencanaan , Sistem Informasi dan Kerja Sama, Supriatna menjelaskan bahwa KKN ini merupakan bagian dari tridharma perguruan tinggi, dalam bidang pengabdian kepada masyarakat.
Lanjutnya jatidiri dan kompetensi mahasiswa ISBI ada dalam bidang pengembangan seni dan budaya, khususnya praktik seni dan penelitian di bidang budaya.
Konsep IKKON yang disampaikan oleh Direktur Edukasi Ekonomi Kreatif (periode 2014-2019) Poppy Savitri
Kemudian kedua aspek tersebut bisa dilakukan oleh mahasiswa sebagai agen perubahan dalam bidang seni budaya terjun ke masyarakat langsung, melihat potensi dan sumber daya yang bisa dikembangkan di masyarakat saat KKN.
“Tidak hanya mempraktekkan pengetahuan yang dimiliki oleh mahasiswa, tetapi memberi informasi kepada kampus khususnya, mengenai pembangunan desa. Selanjutnya melalui seni dan budaya, ada keberlanjutan dalam penelitian atau menjadi desa binaan. Itu yang diharapkan kami,” kata Supriatna.
Saat ditanya mengapa memilih desa di Kabupaten Bandung Barat sebagai tempat KKN mahasiswa ISBI? Kata Supriatna ini bagian program ISBI Bandung, yakni saampar Jabar, sa-nusantara, dan ngajomantara.
“Ini dalam rangka saampar Jabar, ISBI sudah ke daerah-daerah lain. Kali ini difokuskan ke Kabupaten Bandung Barat karena akan ada kampus II ISBI Bandung di sana. Paling tidak pengenalan kepada mahasiswa, kami akan membangun kampus II di Kabupaten Bandung Barat juga berkenalan dengan masyarakat di sana, mengakrabkan antara ISBI Bandung dengan masyarakat. Sehingga ISBI menjadi bagian dari mereka,” kata Supriatna.
Dirinya juga berharap KKN ini menghasilkan sesuatu yang bermanfaat serta berkelanjutan. Di antaranya dalam bentuk pembangunan desa secara berkelanjutan dengan melihat potensi yang ada.
Antusias mahasiswa ISBI Bandung yabg mengikuti pembekalan KKN
Sedangan Ketua LPPM ISBI Bandung, Neneng Yanti Khozanatu Lahpan menambahkan KKN Mahasiswa ISBI Bandung memilih objek pemajuan kebudayaan karena sudah diatur dalam Undang undang No 5 Tahun 2017, sebagai payung hukum bagi pihaknya sebagai pelaku seni budaya, dalam melakukan strategi pengembangan, pembinaan, pelestarian terhadap 10 objek pemajuan kebudayaan, di antaranya kesenian yang perlu dikembangkan.
Lanjutnya saat KKN mahasiswa dapat mengidentifikasi 10 objek pemajuan kebudayaan tersebut. Yang nantinya bermanfaat bagi pemerintah khususnya mengenai pendataan.
“Ada 312 orang mahasiswa dari lima Prodi dari tiga fakultas yang ada di ISBI Bandung,” kata Neneng.
Rencananya KKN ini akan dilaksanakan selama satu bulan. Sebelumnya akan diawali dengan survei terlebih dahulu. “Mahasiswa dan 26 dosen pembimbing lapangan akan membantu mahasiswa mulai dari survei. Diperlukan untuk menentukan program apa yang cocok dikembangkan atau dirancang di desa tersebut, sesuai potensi yang ada di desa tersebut,” kata Neneng.
Saat ditanya mengenai pembekalan bagi mahasiswa KKN? Dijelaskan Neneng pembekalan ini untuk menambah pengetahuan dan wawasan bagi mahasiswa.
Mahasiswa ISBI Bandung sebagai agen perubahan bagian penting masyarakat kreatif untuk mengembangkan 26 desa di KBB
“Ada dua narasumber pertama dari perwakilan Pemerintah KBB, Pak Hernandi Kabid Kebudayaan Disparbud, tujuannya memberikan informasi dan pengetahuan kepada mahasiswa. Yang nantinya bisa dijadikan bekal apa saja yang masuk 10 objek pemajuan kebudayaan yang ada di KBB,” kata Neneng.
“Kemudian ada Ibu Poppy Savitri pernah menjabat sebagai Direktur EKRAF, memberikan informasi pengetahuan, bagaimana membangun potensi ekonomi desa melalui perspektif seni budaya,” kata Neneng.
Setelah pembekalan kata Neneng, dilakukan survei lapangan oleh mahasiswa dan dosen pembimbing, antara tanggal 11 Juli sampai 13 Juli 2024. Sedangkan pemberangkatannya atau pelaksanaan KKN pada tanggal 18 Juli sampai 22 Agustus 2024.
“Kemudian mahasiswa diberikan waktu selama satu minggu untuk menyusun laporan, yang akhirnya dosen pembimbing akan memberikan penilaian,” kata Neneng.
Lalu ada kekhasan dari pelaksanaan KKN ISBI Bandung, yakni adanya malam evaluasi yang menampilkan karya mahasiswa selama KKN, bisa seni pertunjukkan maupun karya seni lainnya. Ini juga menjadi salah satu dasar penilaian. [SR]***