majalahsora.com, Kota Bandung – Dalam sebuah seni pertunjukkan, terdapat banyak alat pendukung dari sarana dan prasarana yang menunjang berlangsungnya pertunjukkan agar berjalan sebagaimana mestinya.
Seperti halnya pertunjukan teater, konser musik, dan berbagai acara lainnya, kegiatan-kegiatan tersebut biasanya mensyaratkan beberapa alat penunjang untuk meningkatkan daya tarik dan kualitas pertunjukan.
Khususnya dalam hal penataan cahaya dari sisi prasarana. Peran penata cahaya penting dalam berlangsungnya sebuah pertunjukkan guna mempengaruhi suasana, penyampaian emosi dan penyampaian cerita dari para penampil.
Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung berkolaborasi dengan Penata Cahaya Indonesia atau Pecahin, menyelenggarakan Kelas Pecahin Edisi 2 di Gedung Kesenian Sunan Ambu ISBI Bandung, Jalan Buahbatu No 212, dari tanggal 13 Januari sampai 16 Januari 2025.
Wakil Rektor II ISBI Bandung bidang Perencanaan, Keuangan dan Umum, Neneng Yanti Khozanatu Lahpan, S.Ag., M.Hum., Ph.D
Neneng Yanti Khozanatu Lahpan, S.Ag., M.Hum., Ph.D., Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Keuangan dan Umum periode 2022-2026, menjelaskan bahwa penataan cahaya atau lighting adalah sesuatu yang tidak bisa dipisahkan dari kegiatan seni pertunjukkan seperti teater, tari dan musik khususnya memerlukan tata cahaya yang baik dengan kemampuan para penata cahaya yang mumpuni.
Sejauh ini, kata Neneng sumber daya manusia di bidang tersebut, masih terbatas. Masih ada kesenjangan antara “supply” dan “demand”. “Kebutuhan penataan cahaya dalam bidang pertunjukkan (pertunjukkan apapun itu) dapat dikatakan banyak. Namun tenaga ahli yang ada masih terbatas,” kata Neneng di Gedung Sunan Ambu ISBI Bandung saat press conference, di Gedung Kesenian Sunan Ambu, Senin (13/1/2025).
Padahal pekerjaan di bidang penataan cahaya cukup menjanjikan. “Kita ada mata kuliah Tata Cahaya di jurusan Teater dengan dosen-dosen senior juga, salah satunya Pak Yayat Haka yang baru saja pensiun. Sehingga diharapkan nanti ada dosen-dosen baru atau muda yang melanjutkan. Ini sangat penting buat ISBI.
Apalagi ke depannya ketika gedung pertunjukkan kita naik level dalam penyelenggaraan event menjadi lebih besar, internasional misalnya. Tentu membutuhkan ahli tata cahaya yang lebih mumpuni,” imbuhnya.
Founder Pecahin Iwan Hutapea
Oleh sebab itu workshop hari ini kata Neneng sangat penting dan bermanfaat. Terlebih banyak mahasiswa yang ikut sebagai peserta. Kegiatan ini juga berkaitan dengan ujian-ujian yang diberikan kepada mahasiswa, salah satunya tentang cahaya. Sehingga para mahasiswa yang mengikuti kegiatan ini wawasan dan kompetensinya meningkat, tidak hanya dalam menghadapi ujian, namun dapat turut andil membantu penataan cahaya di pertunjukkan ISBI lainnya.
Saat ditanya apakah akan membuka Prodi baru terkait penataan cahaya, kata Neneng, hal ini harus ada kajian dulu. “Namun dari workshop ini, kalau ISBI bisa mendorong dengan adanya prodi khusus atau kursus-kursus, akan sangat baik untuk membangun ekosistem dunia lighting di Indonesia. Bila ISBI ke depan memiliki prodi khusus terkait bidang ini, secara industri juga terbuka. Jadi tidak akan kesulitan mencari pekerjaan di bidang tersebut. Sehingga ini mungkin akan dikaji juga oleh ISBI untuk membuka peluang-peluang keahlian baru di bidang Tata Cahaya,” kata Neneng.
Pada kesempatan yang sama, Founder Pecahin Iwan Hutapea, menjelaskan sejarah singkat tentang Pecahin yang berdiri pada tahun 2016, diprakarsai oleh dirinya dan Donie DeBirkud.
Tujuannya untuk saling berbagi pengetahuan tentang dunia penata cahaya, dikarenakan media yang menjadi pembelajaran pada saat itu menurutnya sangat terbatas.
Johan Didik
Berkaitan dengan kegiatan workshop ini, kata dia, menyambut baik ajakan ISBI Bandung, serta adanya peluang dari institusi resmi di bidang pendidikan untuk mendalami tata cahaya.
“Ini adalah kesempatan yang sangat bagus. Dimana ISBI memang memiliki mata kuliah Tata Cahaya, yang secara teori akademis dan pengalaman yang kita miliki di dunia usaha dapat dikolaborasikan dalam bentuk positif. Ini bisa kita tularkan kepada para pelaku tata cahaya di Indonesia, baik yang sudah berprofesi disana maupun pelajar yang akan masuk ke dunia tata cahaya,” ungkap Iwan saat pres conference.
Pecahin dalam kolaborasinya dengan ISBI menjembatani kebutuhan antara “supply” yang dipersiapkan dari pihak universitas dengan “demand” dari dunia usaha. Sehingga para peserta dari kegiatan tersebut tidak hanya dari mahasiswa ISBI saja, melainkan dari masyarakat umum. Maka capaiannya adalah “supply” dan “demand” dapat bertemu.
Adapun, materi yang disampaikan dalam kegiatan ini adalah tentang basic lighting atau tata cahaya dasar. “Tidak hanya tentang tata cahaya. Tetapi banyak teman-teman yang hadir dari segi end user atau klien. Mereka perlu diberi wawasan sehingga ekosistem bisa terbentuk. Tidak hanya tenaga kerja yang siap, namun usernya juga paham. Kita memberi pengertian kepada market bahwa tenaga kerja ini sangat dibutuhkan,” kata Iwan.
Julius Dwi Putra, dari PT. Inti Megah Swara (IMS) Indonesia
Sedangkan Johan Didik, profesional di bidang tata cahaya dan seni pertunjukkan sekaligus trainer dalam kegiatan workshop ini, menyampaikan bahwa alat tata cahaya yang digunakannya untuk pembelajaran di workshop tersebut berupa konsol.
Secara spesifik Johan menerangkan tentang pengaplikasian dasar-dasar tata cahaya yang dituangkan melalui “programming” dalam menampilkannya. “Kaitannya dengan upgrade teknologi, di dunia tata cahaya ini kita pasti erat dengan teknologi. Di lima sampai sepuluh tahun terakhir, perkembangan teknologi cukup signifikan. Akses informasi dan barang dapat dengan mudah masuk ke Indonesia. Sehingga teman-teman disini sudah dapat dengan mudah mengakses,” kata Johan.
Lanjutnya sejak tahun 2022, perkembangan industri seni pertunjukkan atau “live event” yang berimbas ke bidang tata cahya, sudah cukup signifikan kata Johan.
“Indonesia saat ini sudah menjadi barometer di Asia. Bahkan beberapa hal spesifik juga membanggakan negara ini atas pencapaiannya.”
Suasana kegiatan Kelas Pecahin 2, di ISBI Bandung
“Ayo teman-teman kita kejar. Informasi dan kesempatan sudah terbuka. Rekrutmen dan teknologi sudah bisa kita raih dengan mudah. Tinggal kita meningkatkan atau upgrade kompetensi dan pengetahuan kita supaya tidak kalah di tingkatan internasional. Khususnya di industri tentang tata cahaya,” ungkap Johan.
Julius Dwi Putra, dari PT. Inti Megah Swara (IMS) Indonesia, menyampaikan bahwa dirinya beserta tim, membawa “tools” atau alat kerja untuk para praktisi tata cahaya dalam melakukan kegiatannya sebagai bentuk support PT.IMS Indonesia di kegiatan workshop tersebut.
“Ini kita ada MA grandMA3. Produk dari Jerman. Memiliki teknologi terupdate dan menjadi acuan seluruh dunia dalam melakukan pekerjaan tata cahaya. Kami dari MA Jerman memiliki silabus modul yang sudah terstandarisasi untuk menyatakan bagaimana software itu bekerja. Sehingga sosialisasi hal tersebut terserap dalam kegiatan kita hari ini,” kata Julius saat jumpa media.
Sebagai pihak dari dunia industri, kata dia IMS ingin terus meningkatkan kualitas dan mendistribusikan produk di bidangnya. Salah satunya dengan cara sosialisasi dari kampus ke kampus.
Konsol penataan cahaya, yang dipasarkan oleh PT. IMS Indonesia
Sekedar diketahui PT. IMS Indonesia adalah perusahaan distributor audio, lighting dan automation yang memasarkan berbagai brand ternama di Indonesia. Seperti AKG, Crown, JBL, Professional, Soundcraft dan sebagainya.
Sebagai distributor tunggal untuk brand MA Lighting, Zactrack, Aytron, Martin, Lightsky dan Clear Com membawa pengalaman dan komitmen dalam mendukung kegiatan-kegiatan seperti MA Training di seluruh Indonesia.
Sedangkan Pecahin adalah wadah komunitas para penata cahaya di Indonesia. Pecahin secara konsisten terus mendorong kemajuan kemampuan para anggotanya melalui pelatihan, forum diskusi dan kerja bersama dalam berbagai kesempatan.
Pecahin juga secara aktif bekerja sama dengan pemangku kepentingan pemerintahan di bidang pariwisata, seni pertunjukkan, para pemilik usaha peralatan tata panggung dan event organizer. [SR]***