Sempat agak ramai menjadi pembicaraan, pelajaran sejarah di sekolah akan dipersempit atau dikurangi atau apalah namanya. Muncul réaksi dari publik, umumnya tidak setuju. Apakah pelajaran sejarah dianggap tidak penting? Apakah pelajaran matematika dan ilmu pengetahuan alam jauh lebih penting? Mempersempit ruang pelajaran sejarah di sekolah jelas merupakan gagasan yang aneh dan bertentangan dengan logika.
Banyak pendapat yang mengatakan bahwa sejarah itu ditulis oleh pihak pemenang. Kesimpulannya, sejarah sangat berpihak. Memang benar seperti itu, dan sudah terjadi sejak lama di manapun juga. Tapi, pihak yang kalah pun memiliki kesempatan menuliskan sejarah versinya sendiri, asal didukung data serta fakta yang akurat, meskipun nantinya tidak dianggap sebagai sejarah resmi. Tidak apa sebenarnya. Karena dengan munculnya versi yang berbeda, masyarakat akan memperoleh informasi lebih banyak, sehingga dalam menarik kesimpulan akan penuh pertimbangan.
Sejarah itu merupakan bagian sangat penting bagi umat manusia secara universal. Ketika bangsa Indonesia masih dijajah oleh Belanda, Bung Karno berkeliling ke berbagai tempat untuk mengadakan rapat dan pertemuan. Yang disampaikannya sebagian besar merupakan data serta fakta sejarah, baik yang berkaitan dengan sejarah Nusantara maupun sejarah berbagai bagian dunia.
Bung Karno seolah tidak mengenal lelah menyampaikan apa yang terjadi di Perancis, di Rusia, di Kawasan Timur Tengah, di India serta di Tiongkok. Semua bahan yang disampaikannya itu terbukti mampu membangunkan kesadaran orang Indonesia akan pentingna merdeka dan berdaulat. Dengan mendapat informasi dari materi yang disampaikan Bung Karno tersebut, akhirnya bangsa pun bergerak disertai kepercayaan yang kuat, harus merdeka, harus melawan penjajah dan menjadi bangsa yang berdaulat.
Dari mana kita tahu semua itu kalau bukan dari pelajaran sejarah? Bahwa pelajaran sejarah itu sangat penting, berkaitan pula dengan kesadaran kita beragama. Bagaimana kita akan memeluk agama Islam misalnya, kalau kita tidak mengetahui sejarahnya, termasuk sejarah kehidupan Nabi Muhammad SAW itu sendiri. Dalam berbagai dakwahnya, ulama di seluruh dunia selalu menguatkan materi yang disampaikannya dengan mengutip berbagai hadis. Bagaimana kita akan yakin bahwa hadis tersebut sahih kalau kita tidak paham sejarah.
Bahwa sejarah dapat digugat, hal itu memang sering terjadi di berbagai tempat. Pada abad ke-19 bangsa Amerika terlibat perang saudara selama lima tahun. Pihak utara (Union) tidak sepaham dengan pihak selatan (Confederasi), antara lain berkaitan dengan keinginan menghapuskan perbudakan. Pihak selatan akhirnya mengaku kalah, secara formal perbudakan dihapuskan dari tatanan kenegaraan Amerika Serikat. Dalam pelaksanaannya ternyata tidak semudah itu. Perbedaan hak-hak bagi warga kulit putih dan kulit hitam terus berlangsung sampai pertengahan abad ke-20. Bahkan rasialisme di AS sampai sekarang belum lenyap sama sekali.
Semua itu dapat kita pelajari dari sejarah. Pengetahuan seperti itu membuat pemikiran manusia lebih kaya. Bagaimana mungkin manusia bisa hidup tanpa sejarah.
Sejarawan berkebangsaan Israel, Yuval Noal Harari berhasil menyusun buku yang menjadi best seller di seluruh dunia. Judulnya Sapiens. Buku terebut bisa dikatakan bercerita tentang sejarah manusia sejak awal, yakni sejak zaman yang purba sekali, sampai menjelmanya manusia modern seperti sekarang ini. Mengapa buku seperti itu sangat diminati dan sangat laris? Karena manusia merasa seolah menemukan kembali sosok kemanusiaannya. Kabarnya, buku yang terjemahan Indonesianya setebal lebih dari 500 halaman tersebut akan diterbitkan dalam bentuk novel grafis. Alasannya gampang ditebak. Buku sepenting itu mesti bisa dinikmati generasi milenial yang lebih menyukai cerita dengan banyak ilustrasi.
Makanya menjadi aneh. Sementara bangsa lain berusaha dengan berbagai upaya memperluas pengetahun sejarah, bangsa kita justru ingin mempersempitnya. Yang justru harus kita lakukan adalah yang sebaliknya, yakni memperkaya dan memperluas cakupan sejarah banga kita sendiri. Bukan sebatas sejarah nasional dan sejarah dunia, melainkan juga sejarah lokal. Orang Sunda perlu mengetahui sejarah orang Jawa, orang Batak, orang Bugis serta yang lainnya.
Demikian juga sebaliknya. Sebagaimana sudah disepakati bersama, bangsa Indonesia adalah bangsa yang bhineka tunggal ika. Kebhinekaan itu tak lain adalah keragaman. Keragaman dalam kekayaan budaya, juga keragaman dalam kekayaan etnis yang bersifat lokal. Pelajaran sejarahlah yang akan memperkaya pengetahuan kita tentang berbagai ragam yang menarik tersebut. ***