majalahsora.com, Buleleng, Bali – Tidak kurang dari dua ribu warga Bali asal Jawa Barat yang ada di Provinsi Bali menghadiri acara ulang tahun ke-10 Paguyuban Urang Sunda (Pusunda) di Bali, Sabtu malam (25/11/17). Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan (Aher) didampingi istri, Netty Prasetiyani Heryawan turut hadir dalam acara yang digelar di Gedung Imaco, Singaraja, Buleleng, Provinsi Bali.
Sejak dibentuk pada 2007 lalu, khusus di Bali, Pusunda telah hadir di delapan kabupaten dan satu kota di Provinsi Bali. Warga Sunda yang ada di Bali atau warga Bali asal Jawa Barat mencapai 40 ribu orang dengan berbagai latar belakang profesi dan asal daerah dari Jawa Barat.
Aher bersyukur warga Sunda bisa hadir atau mengembara di Bali. Meskipun hanya dengan lingkup atau tujuan dua hal, yaitu dalam rangka silaturahim atau kapapaitan (permasalahan atau musibah). Namun, dia juga ingin Pusunda hadir dalam lingkup yang lebih luas, tak hanya kapapaitan tapi juga kamamanisan (kegembiraan) dengan berbagai program.
“Jangan dibatasi oleh dua perkara (silaturahim dan kapapaitan), dibuka saja. Kapapaitan aya, kamanisan aya oge. Jadi kalau misalkan membuat koperasi gagal jangan kapok, karena kegagalan sukses yang tertunda. Itu urusannya urusan manajerial mungkin,” ujar Aher dalam sambutannya.
“Pusunda harus menjadi lembaga yang mengayomi, yang mengkoordinasikan berbagai kepentingan, pembinaan, dan potensi yang ada. Silahkan membuat lembaga-lembaga perekonomian, bekerja sama dengan berbagai lembaga setempat, termasuk bekerjasama dengan Bank bjb,” sambungnya.
Pada kesempatan itu, Aher berterimakasih kepada masyarakat dan Pemerintah Provinsi Bali. Menurutnya, dengan sikap terbuka warga Sunda bisa diterima dengan baik di Bali.
“Saya berterimakasih kepada masyarakat Bali dan Pemerintah Provinsi Bali. Yang dengan sikap kenegarawanannya, sikap keterbukaannya, kebhinekaannya menerima keberagaman satu sama lain. Keberagaman suku, etnis, termasuk agama,” ungkap Aher.
“Saya berterimakasih sedalam-dalamnya. Ternyata orang Bali luar biasa terbukanya menerima orang-orang asal Jawa Barat,” tambahnya.
Ada sasanti masyarakat Jawa Barat, yaitu Silih Asah, Silih Asuh, Sili Asih, Silih Wawangi. Hal ini, kata Aher, sangat bisa dan cocok untuk diterapkan bersama dalam masyarakat Bali. Melalui filosofi ini, Aher mengaku masyarakat Jawa Barat di perantauan mendapat banyak pujian di berbagai provinsi di Indonesia sebagai masyarakat yang mampu menjaga adat, perilaku, kententeraman, serta mampu beradaptasi dengan baik, dan tidak pernah berkonflik dengan masyarakat setempat.
Untuk mendukung warga Jawa Barat di perantauan, maka Pemprov Jawa Barat sejak 2013 lalu menggulirkan program Jabar Ngumbara. Program ini untuk mendorong masyarakat Jawa Barat agar bisa merantau untuk mencari kehidupan yang lebih baik terutama dari sisi ekonomi. Selain itu, program ini juga untuk menghilangkan paradigma masyarakat Tatar Sunda yang dikenal “kurung batokeun” atau “bagaikan katak dalam tempurung”.
“Saya meminta kepada masyarakat Jawa Barat atau masyarakat Bali asal Jawa Barat untuk hidup akur, tenteram, guyub (menyatu) dengan masyarakat setempat. Dan kemudian menyuarakan kepentingan-kepentingan masyarakat Bali dan tentu saja ikut bersama-sama membangun Provinsi Bali karena kewajibannya di Bali adanya,” ajak Aher.
Aher juga mengajak kepada warga Sunda yang ada di Bali dan di seluruh perantauan agar terus menetap di perantauan. “Nah, kapan kewajibannya ke Jawa Barat? kalau sudah untung (sukses) baru pulang ke Jawa Barat. Menanamkan investasinya di Jawa Barat,” serunya.
Dalam acara Ultah ke-10 Pusunda ini hadir pula Kepala Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) Bali I Made Santa. I Made datang mewakili Plt. Gubernur Bali Ketut Sudi Kerta yang berhalangan hadir. Dalam sambutannya yang dibacakan oleh I Made Santa, Ketut Sudi Kerta mengungkapkan tentang peran penting masyarakat Sunda di Bali. Keikutsertaan masyarakat Sunda di Bali dinilai sangat penting dalam memberikan pelayanan dan tuntunan moralitas kepada anggota organisasi maupun kepada masyarakat secara luas.
“Oleh karena itulah, silaturahmi dari sesama rumpun Pasundan yang ada di Bali ini sangat penting untuk mempererat tali kekeluargaan di internal organisasi maupun di masyarakat Bali secara luas,” dalam pidato Ketut.
“Saya mengapresiasi serta memberikan penghargaan setinggi-tingginya tentunya kepada masyarakat Pasundan yang telah berperan aktif untuk bersama-sama membangun kebersamaan di Bali,” pungkasnya.
Acara ulang tahun ke-10 Pusunda pusat ini memang selalu digelar di tempat berbeda setiap tahunnya. Tahun ini Kabupaten Buleleng, Bali mendapat kehormatan sebagai tuam rumah penyelenggara. Ketua Pusunda Pusat Jaka Bandung berharap acara tersebut bisa meningkatkan kebersamaan antar-warga Sunda di seluruh perantauan. Hadir juga dalam acara ultah ini warga Pusunda yang ada di Jawa Timur.
Menanggapi keinginan Gubernur Aher yang ingin mengembangkan Pusunda tidak hanya dalam dua hal saja, Jaka mengutarakan bahwa pihaknya akan mengembangkan organisasi dari sisi pemberdayaan ekonomi melalui koperasi. Namun, dia ingin koperasi ini beranggotakan warga Bali asal Jawa Barat yang telah memiliki KTP Bali.
“Yang ingin kita atasi itu, boleh kita bikin koperasi tapi khusus untuk KTP yang di Bali. Kalau dulu ya nggak,” tutur Jaka.
Ada 30 sampai 40 ribu warga Sunda yang ada di Bali dengan berbagai latar belakang peofesi, terutama wiraswasta. “Ada KTP mayoritas kalau nggak ya pulang pergi, koreh koreh cok di dieu terus balik deui (mencari rizki di Bali lalu balik lagi ke kampung halaman). Sementara gituh, biasa nyari nafkah dulu,” ucap Jaka.
Salah satu warga Sunda yang hadir pada acara ini yaitu Muhtar (47) asli Tasikmalaya. Muhtar merantau ke Bali sejak 1990. Namun, dia tidak menetap karena selalu pulang ke Tasikmalaya tiga atau enam bulan sekali. Sementara istri dan anaknya masih menetap di Tasikmalaya.
“Saya dagang, jualan gorden dan barang-barang kredit,” ujar Muhtar.
Muhtar memang tidak mempunyai keinginan untuk terus menetap di Bali. Namun, dia berharap bisa mengajak anaknya ke Bali untuk bekerja suatu saat nanti. [SR]***