majalahsora.com, Kota Bandung – Nita Hidawati, salah satu kapala sekolah yang memiliki banyak ide dan gagasan brilian.
Setiap dirinya memimpin satu sekolah ia akan memberikan ide segar di sekolah yang dipimpinnya, seperti di SMPN 49 Kota Bandung yang kini ia pimpin.
Saat awal memimpin SMPN 49 Kota Bandung, Nita berusaha “meraih” semua warga sekolah, agar terbangun soliditas. Termasuk meningkatkan sumber daya manusia (SDM) guru dan tenaga kependidikannya.
Kata Nita memang tidak mudah memimpin sebuah sekolah. Karena memiliki keunikan, keunggulan, karakteristik serta tantangan tersendiri.
Nita pun menggelar kegiatan in house training (IHT) bagi guru dan tenaga kependidikan, yang sudah bertahun-tahun tidak pernah dilakukan di SMPN 49.
Dirinya juga terus memberdayakan warga sekolah.
“Apabila ada pekerjaan yang bisa dikerjakan oleh warga sekolah (tenaga kependidikan), maka saya prioritaskan untuk dikerjakan oleh warga sekolah, untuk menambah kesejahteraan mereka juga. Apabila memang tidak bisa baru dikerjakan oleh pihak luar,” kata Nita, baru-baru ini di ruang kerjanya.
Di samping itu, banyak program telah berjalan, terutama yang berkaitan dengan teknologi.
Terbaru di SMPN 49 Kota Bandung, telah menggunakan barcode untuk berbagai kegiatan. Barcode itu dapat diakses di lobi tamu.
Kepada majalahsora.com, Nita menjelaskan bahwa penggunaan barcode di SMPN 49, terinspirasi oleh aplikasi Peduli Lindungi, yang menggunakan barcode. Mengimplementasikan digitalisasi di sekolah.
“Kenapa kami di SMPN 49, melakukan hal serupa. Tujuannya agar memudahkan, terlebih berkaitan dengan data yang kita butuhkan,” kata Nita yang pernah studi banding ke Paris, Perancis dan UNESCO.
Alasan lainnya sudah mulai mengurangi penggunaan kertas atau paper less.
Paling penting kata Nita, seluruh aktivitas sekolah bisa mulai terdeteksi dan terdata di situ (dalam aplikasi). Dirinya juga tidak perlu repot apabila memerlukan data, karena tinggal print out.
“Kami juga bisa tahu aktivitas kami selama 1 tahun atau selama 3 bulan,” kata Nita.
Diketahui sistem barcode di SMPN 49, digunakan untuk pembiasaan dan kedisiplinan, siswa kelas 7,8, 9, absensi kehadiran siswa dan tamu, informasi layanan tata usaha, kegiatan siswa, aset sekolah, kegiatan, legalisir, informasi mutasi peserta didik, perjalanan dinas, tugas luar, peminjaman aula dan lainnya.
“Bagi teman-teman yang melakukan perjalanan dinas atau diberi tugas keluar juga, mereka harus mengisi barcode. Itu untuk memudahkan pengecekan dan tidak lupa. Ada kaitannya dengan surat izin keluar mereka,” tutur Nita.
Lanjut Nita tidak kalah penting yaitu, mengenai aset sekolah. Karena jangan sampai kepala sekolah difitnah atau dirugikan saat terjadi mutasi.
“Biasanya aset itu tidak terdeksi secara cepat, kepala sekolah yang pindah ada barang yang hilang biasanya, mudah sekali menuduh dibawa oleh kepala sekolah yang pindah. Kalau dengan barcode akan terdeteksi barang-barang yang dipinjam, baik itu oleh guru, siswa atau TU ,” kata Nita.
Setiap tamu yang hadir ke SMPN 49 juga tidak usah disodori buku tamu, cukup mengisi barcode, seperti apa yang dilakukan majalahsora.com, ketika berkunjung ke SMPN 49 Kota Bandung, Senin (4/4/2022).
Nita pun mengatakan bahwa penggunaan barcode itu akan terus diperbaharui dan kepentingannya, termasuk dengan pihak-pihak yang melakukan kerjasama (pihak ketiga).
“Misalnya dengan SMA SMK yang butuh bantuan untuk informasi anak-anak. Baik anak-anak yang ke SMK yang dituju atau tidak, atau dengan instansi-instansi lainnya, seperti dengan Dinas Pangan dan Pertanian,” paparnya.
Saat ditanya kenapa dirinya terus memiliki gagasan, kata Nita itu karena dipacu dipicu untuk selalu berinovasi.
“Karena walau bagaimanapun perubahan sekecil apapun itu adalah inovasi, termasuk barcode ini. Jadi saya dengan teman-teman menggagas ide ini. Karena kalau jadi sekolah sehat, peduli lingkungan yang seperti itu sudah banyak. Tetapi bagaimana mengimplementasikan, apa kebutuhan-kebutuhan digital saat ini dan kebutuhan-kebutuhan sekolah pada kapasitasnya, dan situasinya pada pandemi seperti ini jadi tidak terlalu banyak bertemu dengan orang,” kata Nita.
Berkaitan Nita mendapatkan julukan “Ratu Toilet “, karena saat menjadi kepala SMPN 6 Kota Bandung, ia berhasil membangun banyak toilet seperti di hotel. Khususnya untuk toilet perempuan.
Kala itu Nita sengaja membuat toilet seperti itu, karena tidak setiap siswa dan siswi SMPN 6, memiliki toilet yang layak di rumahnya. Jadi bisa merasakan toilet yang nyaman saat di sekolah. Nita juga mengungkapkan bahwa kalau mau melihat pribadi yang sadar kebersihan, maka pertama yang dilihat dari kebersihan toilet. Makanya kebersihan untuk siswi lebih dikedepankan, kelak saat dewasa akan menjadi Ibu, yang nantinya paham akan pentingnya kebersihan.
Hal itu pun berlanjut, saat dirinya memimpin SMPN 21 Kota Bandung. Bahkan di SMPN 21 berhasil meraih Adiwiyata Mandiri tingkat Nasional. [SR]***