majalahsora.com, Kota Bandung – SMAN 16 Kota Bandung, kembali melaksanakan kegiatan Projek Profil Penguatan Pelajar Pancasila (P5) pada hari Kamis tanggal 30 Mei 2024, dari pukul 07.00-15.00 WIB.
Dihadiri oleh Analis Kebijakan Ahli Muda Dr. Nanang Wardhana, S.E., M.M., yang merupakan kordinator SMA di Cabang Dinas Pendidikan Wilayah VII. Dia cukup antusias dan terkesima dengan karya-karya dari siswa SMAN 16 Kota Bandung yang dipamerkan.
“Sekarang itu guru dan siswa sudah semakin memahami P5. Dari segi makna dan hikmahnya. Hampir semua siswa bisa berkesempatan tampil di depan. Keberanian dan kejujurannya sangat luar biasa di panggung. Bakat siswa bisa tergali dengan P5,” kata Nanang sebagai pembuka.
Intinya, kata Nanang sekarang para siswa sudah sampai pada tahap bernalar kritis yang benar. Contohnya mereka sudah bisa mendesain tarian mereka sendiri dan mengkreasikannya. Sehingga guru dalam hal ini hanya menjadi fasilitator. Seperti menyediakan sound system, panggung dan memberi pengarahan.
Lanjutnya kemandirian, gotong royong, kreatif, sikap toleransi, akhlak dan budi pekerti pada siswa pun tercapai. Kata Nanang hal ini merubah fenomena alam sekolah.
Analisis Kebijakan Ahli Muda, Dr. Nanang Wardhana, S.E., M.M., saat memberikan sambutan dan membuka kegiatan P5 SMAN 16 Kota Bandung
“Dari yang dulunya instruksional, namun sekarang mengarah ke kemerdekaan belajar yang sebenarnya. Pada akhirnya ini mempercepat kedewasaan berpikir juga kedewasaan siswa. Karena mereka sudah di tahap melanjutkan untuk menjadi manusia dewasa,” kata Nanang.
Ada satu hal yang menarik perhatian Nanang. Yaitu membuat sebuah video game dengan cara pencodingan.
Dalam kontennya terkait kearifan lokal, video game tersebut dimainkan dengan cara memainkan sebuah karakter yang berlatar di Kampung Naga.
Hal ini menurut Nanang bukanlah hal yang biasa, bahkan unik. Ia baru melihat karya seperti ini, yakni di SMAN 16 Bandung.
Nanang berharap dapat terwujudnya tri pusat pendidikan. Pendidikan adalah tanggung jawab orangtua, sekolah dan masyarakat.
Kepala SMAN 16 Kota Bandung, Dra. Eha Julaeha, M.Pd., kepala sekolah yang inovatif dan inspiratif
Jika tiga hal tersebut sudah bersinergi, mutu pendidikan sesungguhnya yang diinginkan akan tercapai.
Tidak terikat karena keterpaksaan, namun karena kesadaran diri, keihklasan dan kerelaan.
Sedangkan Kepala SMAN 16 Kota Bandung, Dra. Eha Julaeha, M.Pd., menjelaskan bahwa P5 ini merupakan tahun ke dua yang dilaksanakan oleh sekolah yang dipimpinnya, implementasi kurikulum merdeka.
“Saya merasa sangat bangga terhadap hasil kreasi siswa-siswa. Dalam karakter kemandirian, siswa bisa menghasilkan karya sendiri. Kita memang berikan kebebasan kepada mereka untuk menciptakan karyanya. Sesuai potensi dan bakat yang dimiliki masing-masing siswa,” kata Eha, di ruang kerjanya.
“Ini bertema kearifan lokal. Dirancang sedemikian rupa oleh tim guru-guru dari mulai perencanaan hingga pelaksanaaan. Kita bekerja sama juga dengan orang tua siswa untuk support terselenggaranya kegiatan P5 ini,” kata Eha menambahkan.
Tampilan tari Merak merupakan tari klasik Sunda
Sebelum hari H, para siswa telah mengunjungi daerah masih kental dengan adat tradisionalnya, yakni Kampung Naga dan Cireundeu.
Bertujuan untuk mengenalkan budaya asli Sunda. Outputnya, para siswa paham dan melestarikan budaya Sunda. Hingga tidak hilang jejak, tergerus budaya asing yang negatif
Masih dijelaskan Eha, para orangtua siswa juga turut serta mengunjungi dua tempat tersebut.
“Para orangtua jadi lebih percaya dengan sekolah dan sangat mendukung program kami. Kalau siswa diarahkan kepada transformasi, mereka tidak lupa akan akar budayanya sendiri. Dunia masa depan yang penuh dengan pengetahuan tentang teknologi dan science yang perubahannya begitu cepat, penanaman dalam budaya kearifan lokal itu penting untuk tetap menanamkan jati diri bangsa,” kata Eha.
Eha berharap P5 sebagai fasilitas pengembangan diri dan karakter bagi para siswanya dapat tercapai dalam jangka panjang. Sesuai dengan sila yang dalam Pancasila, antar siswa dapat saling membantu sesamanya. Dan dapat berkreasi sesuai dengan minat dan bakatnya.
Ketua Pelaksana P5, Kalonica Villapana Nurhendi, S.Pd., M.Pd
Sedangkan Kalonica Villapana Nurhendi, S.Pd., M.Pd., Ketua Pelaksana P5 sekaligus Guru Sosiologi SMAN 16 Bandung kelas X dan XI, menyampaikan bahwa ini adalah tema ketiga dari P5 yang diadakan pada tahun ajaran ini.
Tema Kearifan Lokal diampu oleh kelas X dan XI. Dibagi menjadi dua, kelas X berkunjung ke Kampung Naga, tanggal 20 Mei 2024 dan kelas XI ke Desa Cireundeu tanggal 23-24 Mei 2024.
Kelas X ada sebanyak 12 rombongan belajar dengan jumlah satu kelasnya sebanyak 36 siswa, sekitar 400 orang lebih. Sedangkan untuk kelas XI ada sebanyak 11 kelas, sekitar 300 orang lebih. Sehingga hampir ada 800 siswa. Setiap siswa dibagi ke dalam kelompok.
“Kita untuk yang sekarang berupaya memfasilitasi agar siswa tidak bosan melaksanakan P5 di sekolah. Ini merupakan pengalaman pertama melaksanakan P5 di luar sekolah. Kebetulan karena temanya Kearifan Lokal, maka kami pilih berkunjung ke desa adat,” kata Kalonica.
Sebelum berkunjung, siswa diberikan pematerian selama satu minggu. Materi diberikan oleh guru-guru dan panitia.
Game Kampung Naga buatan siswa SMAN 16 Kota Bandung
Panitia memfasilitasi para guru dengan sebuah modul, sebagai bahan acuan di kelas dalam membimbing para siswa.
Hal ini diberikan agar siswa paham bahwa masyarakat adat memiliki unsur budaya yang kental. Tidak sembarangan.
Lalu, siswa kelas X di Kampung Naga melaksanakan pematerian dan pengamatan lingkungan bersama kelompoknya masing-masing.
Sedangkan untuk kelas XI, di Desa Cireundeu melakukan praktek pembuatan rasi yang berbahan dasar singkong. Ini merupakan ciri khas Desa Cireundeu.
Usai kunjungan, para siswa dibimbing oleh guru dan panitia dalam pembuatan karya tanpa pelatihan khusus.
Tarian jaipong, tari tradisional Sunda yang dikembangkan oleh Gugum Gumbira
Siswa hanya bermodalkan pengalaman lapangan dan materi tambahan dari internet.
Setelah itu, di hari H pada inti acara, terdapat karya tulis ilmiah, seni pertunjukan, seni lukis, maket, scrapbook, baju adat dan video vlog.
Pertama pada karya tulis ilmiah, setiap siswa dibimbing oleh guru dalam meneliti desa adat. Mereka mempelajari dan membuat penulisan laporan kunjungan ke desa adat.
Kedua pada seni pertunjukkan meliputi seni tari, seni musik dan seni teater. Tentu sesuai dengan kearifan budaya Jawa Barat.
Ketiga pada seni lukis, diperuntukkan bagi kelas X dan XI. Yaitu melukis semua kegiatan masyarakat dan fenomena alam atau gejala sosial yang ada di Kampung Naga untuk kelas X dan Desa Cireundeu untuk kelas XI.
Maket Kampung Cirendeu, Kota Cimahi
Dalam melukis, siswa tidak melukis di tempat. Namun difoto terlebih dahulu, lalu melukis di sekolah. Agar guru mengetahui progressnya.
Keempat ada maket, khusus untuk kelas XI. Difokuskan dalam pembuatan rumah adat Desa Cireundeu.
Kelima ada scrapbook, diperuntukkan bagi kelas X. Siswa memilih salah satu dari tujuh unsur budaya sesuai dengan kemampuan masing-masing. Dibuat sekreatif mungkin.
Keenam ada baju adat, dibuat secara manual dan tidak diperbolehkan hasil menyewa. Membuat baju adat tradisional Jawa Barat dari bahan-bahan daur ulang.
Bahan daur ulangnya seperti kain yang sudah tidak dipakai, bekas kopi, plastik dan lainnya. Contohnya salah satu kelas XI yang membuat baju merak dari karton.
Muhammad Zahran Amsyar Musyary akrab disapa Zahran, siswa kelas XI-I dan Syahwa Aura Nabila, siswi kelas XI-J
Ketujuh video vlog, bukan seperti youtuber. Siswa membuat video edukatif, mengajak orang-orang agar tertarik untuk datang ke Kampung Naga dan Desa Cireundeu. Di dalam video, siswa menjelaskan keunikan dari masing-masing tempat tersebut.
“Jadi yang ditampilkan itu dibagi di dua tempat. Di lab IPA menampilkan karya tulis ilmiah, maket, scrapbook, lukisan, video vlog dan video game. Sedangkan di lapangan di panggung khususnya, menampilkan pertunjukkan,” kata Kalonica.
“Sebenarnya tidak ada video game. Video game itu yang buat kelas X-G. Raike namanya. Dia memiliki kecerdasan IQ yang berbeda dengan yang lain. Pemikiran dia sudah lebih maju dari anak SMA. Anak ini berbakat di IT, dia ingin menyukseskan P5 dengan inisiatifnya. Bahkan karya dia sebetulnya seni lukis,” imbuhnya.
Panitia yang terlibat ada sekitar 50 orang lebih. Terdiri dari tim inti, jajaran manajemen, guru-guru dan dari siswa itu sendiri.
Kalonica berharap P5 bisa terus bagus ke depannya. Pihak sekolah harus ekstra membantu. Bukan saat perancangan saja, namun saat teknisnya juga.
Lukisan karya siswa yang dipamerkan dalam P5
Guru-guru bisa lebih peduli dan apresiatif kepada siswa yang sudah berusaha untuk menampilkan karya.
Bagi siswa, Kalonica berharap mereka lebih bisa mengasah kemampuan dari segi pemikiran, peka terhadap sosial, kreatif, mandiri dan tanggung jawab. Tepatnya, perubahan perilaku menjadi lebih baik. Bukan hanya nilai bagus saja.
Majalahsora.com pun mewawancarai Syahwa Aura Nabila, siswi kelas XI-J, dengan kegiatan ini, minat dia terhadap seni bisa terwadahi, tampil dalam drama tari.
“Jadi ini drama tari bukan sekedar tari. Di dalamnya ada drama dan tarian tradisional. Ini sangat seru bagi saya. Saya senang, hobi dan kreatifitas saya khususnya terhadap seni tari diwadahi,” kata Syahwa antusias.
Setelah berkunjung ke Desa Cireundeu, Kota Cimahi Syahwa mendapat banyak hal baru. Pembelajaranny menjadi lebih menarik.
Suksesnya kegiatan P5 SMAN 16 Kota Bandung, tidak terlepas dari dukungan orangtua siswa
Dirinya berharap lebih banyak tahu dan paham tentang kearifan lokal lainnya, tidak hanya Jawa Barat saja.
Senada, Muhammad Zahran Amsyar Musyary akrab disapa Zahran, siswa kelas XI-I, tampil dalam drama yang dibalut dengan tarian dan puisi.
Dramanya, tentang seorang cucu yang menyukai budaya K-Pop, namun kakeknya keberatan dan menjelaskan bahwa budaya Sunda tidak kalah bagus dan keren dengan budaya luar.
“Saya dalam drama ini sebagai seorang kakek. Acaranya keren, seru dan ramai. Pesertanya juga banyak yang antusias. Ini pengalaman berharga buat saya,” kata Zahran.
Ia berharap kegiatan P5 dapat memperkenalkan budaya-budaya Sunda kepada teman-temannya. [SR]***