majalahsora.com, Kota Bandung – Di hari jadinya yang ke-48 Yayasan Widyatama terus mendorong satuan pendidikan yang ada di bawah naungannya agar terus maju ke arah lebih baik.
Ketiga satuan pendidikannya, yaitu Universitas Widyatama, Art Theraphy Center (ATC) serta Lembaga Pengembangan & Aplikasi Pengetahuan (LPAP) Widyatama.
Hal tersebut dipaparkan oleh Djoko Roespinoedji, Ketua Yayasan Widyatama, usai syukuran milad Yayasan Widyatama ke-48, di Gedung F, Fakultas Teknik Universitas Widyatama, pada Selasa (5/1/2021).
Kiri ke kanan: Prof. Dr. H. Obsatar Sinaga, S.Ip., M.Si., Rektor Universitas Widyatama, Djoko S. Roespinoedji, SE., PG., Dip., Ketua Yayasan Widyatama dan Roeshartono, ST., MCEM., MBA., Sekretaris Yayasan Widyatama
Yayasan Widyatama, berdiri pada tanggal 3 Januari 1973.
“Pertama-tama saya ucapan puji syukur kehadirat Allah SWT, hari ini bisa berkumpul. Walaupun dalam suasana pandemi COVID-19. Alhamdulillah Yayasan Widyatama, menginjak umur 48 tahun. Ini merupakan perjuangan yang cukup panjang dari pendiri terdahulu,” kata Djoko.
“Saya sebagai ketua yayasan yang menjadi bagian generasi ketiga, dari pendiri Prof Koesbandijah tentu mempunyai kewajiban untuk bisa melanggengkan Yayasan Widyatama ke arah yang semakin baik, semakin dewasa. Contoh meningkatkan prestasi satuan pendidikan di bawah Yayasan Widyatama,” imbuhnya.
Dirinya juga berharap ketiga satuan pendidikan yang ada di bawah naungan Yayasan Widyatama bisa saling bersinergi. Termasuk mahasiswa yang mengenyam pendidikan di Widyatama, bisa menjadi insan berkualitas yang kelak menjadi bagian pemimpin negara ini.
“Sebagai penyelenggara pendidikan di Yayasan Widyatama, turut bangga apabila mempunyai insan-insan, alumni yang berkualitas juga berakhlak,” kata Djoko.
Ia menambahkan bahwa hal itu merupakan tugas Yayasan Widyatama, agar pendidikan tidak sekedar ilmu yang diperoleh oleh mahasiswanya. Tetapi juga mendapatkan pendidikan iman dan akhlak. Agar kelak mereka menjadi manusia berguna bagi negara dan bangsa Indonesia.
Di samping itu di tahun 2021, Yayasan Widyatama memiliki program kerja dan komitmen mendorong satuan pendidikan yang ada, untuk terus berkiprah mengembangkan ilmu pengetahuan dan meningkatkan kualitas para dosennya.
Berbicara mengenai Universitas Widyatama, tahun 2021 ini, Djoko menargetkan ranking yang lebih baik dan menjadi kampus kelas dunia.
“Tahun 2020 Universitas Widyatama ada di peringkat 57 nasional. Ini merupakan suatu pencapaian yang luar biasa. Karena kita tahu ada sekitar 4000-an perguruan tinggi baik negeri maupun swasta,” papar Djoko.
“Pencapaian rangking 57 ini bukan berarti kami berpuas diri. Perjalanan masih panjang tetap komitmen menyelenggarakan kualitas pembelajaran yang baik sehingga kurikulum yang kita pakai terdelivery dengan baik kepada mahasiswa. Hasilnya berimplikasi kepada institusi yaitu Universitas Widyatama, kelak ke arah yang semakin positif,” paparnya.
Pada kesempatan yang sama Prof. H. Obsatar Sinaga, Rektor Universitas Widyatama (UTama), memiliki impian kampus yang berada di Jalan Cikutra No 204-A bisa masuk “world class university” pada tahun 2021 ini.
Menurut Prof Obi, sapaan akrab Rektor UTama, ada beberapa tahapan yang harus dilalui, di antaranya bisa masuk university world rating, sebagai alat untuk menjadi world ranking. Terlebih sampai saat ini Universitas Widyatama telah mempublikasikan jurnal internasional sebanyak 1300-an, ke depan lebih termasuk QS rating.
Pihak yayasan pun, kata Prof Obi telah menyepakati target RKAT Universitas Widyatama tahun 2021.
“Untuk mencapai itu saya sudah mengumpulkan semua unsur pimpinan sebelum tahun baru 2021. Waktu itu saya mematok kepada mereka agar melakukan langkah-langkah yang sesuai dengan yang saya garis bawahi. Terutama pada unsur pimpinan yang bersesuaian dengan pelayanan terhadap mahasiswa,” kata Prof. Obi.
Saat ditanya mengenai dukungan Yayasan Widyatama kepada satuan pendidikannya, ia menjelaskan bahwa untuk menentukan arah kebijakan institusi, SPK yang ada di bawah yayasan, seperti Universitas Widyatama, Art Theraphy Center (ACT) dan LPAP, kewenangan untuk menentukan proses terhadap strategi kebijakan, sampai pada tingkat action, pihaknya diberi kewenangan penuh.
“Ketika saya mengambil langkah-langkah strategis yang dianggap perlu, biasanya disetujui oleh pihak yayasan,” katanya.
“Yayasan Widyatama saya fikir bisa menjadi contoh bagi yang lain, yang mengelola universitas. Agar tidak ada perbedaan pendapat yang terlalu tajam. Kami mungkin boleh berbeda pendapat tentang unsur penyusunan program dan lain-lain, tetapi setelah disepakati, maka strateginya diserahkan kepada rektorat,” imbuhnya.
Prof Obi pun berharap di usia Yayasan Widyatama ke-48, Alloh SWT, meridhoi Yayasan Widyatama sebagai lembaga pendidikan yang komitmen kepada pendidikan, manfaatnya semakin meningkat bagi masyarakat. Terutama untuk meningkatkan kecerdasan anak bangsa. [SR]***