majalahsora.com, Kota Bandung – Kemampuan ratusan dosen Universitas Widyatama (UTama) dalam menulis artikel hasil riset/penelitian di jurnal yang berkualitas, secara berkesinambungan terus didongkrak. Terlebih untuk dipublikasikan di jurnal bereputasi internasional terideks Scopus.
Oleh sebab itu para dosen UTama terus diberikan stimulus. Paling anyar diikutsertakan dalam kegiatan workshop atau lokakarya penulisan jurnal internasional dengan tema “Q1 and Q2 Scopus Indexed Journal Publication”, melalui zoom meeting, Rabu (18/8/2021).
Diketahui perangkingan jurnal terindeks Scopus terbagi menjadi 4 kategori yakni Quartile 1 (Q1), Q2, Q3 dan Q4.
“Selama ini kami memberikan peluang bagi para Dosen Universitas Widyatama untuk mempublikasikan tulisannya di jurnal Q4. Saya dengan pimpinan yayasan, terutama Pak Djoko, sebagai Ketua Yayasan Widyatama, bersepakat mulai tahun 2021 ini, standar kami akan bergeser ke Q3,” kata Prof. Obi, Rektor UTama, biasa disapa, usai kegiatan, Rabu (18/8/2021) petang.
Ia menambahkan ke depan bukan hanya dosen tetapi mahasiswa UTama, diarahkan untuk menulis jurnal, hasil riset/penelitian/tugas akhir ke Q3.
Prof. Dr. Norzaidi Haji Mohd Daud, Reviewer Q1 Scopus dari Universiti Teknologi Mara (UITM) Malaysia Mej (Kesatrian)
“Karena diarahkan ke Q3, kami harus siap-siap tahun depan ke Q2, kemudian tahun depannya lagi Q1,” kata Prof Obi.
Oleh sebab itu pada kesempatan workshop kali ini UTama mengundang pakar penulisan jurnal internasional dari mancanegara, Prof. Dr. Norzaidi Haji Mohd Daud, Reviewer Q1 Scopus dari Universiti Teknologi Mara (UITM) Malaysia Mej (Kesatrian), yang menjadi pemateri sekaligus tutor.
Prof. Norzaidi juga ditunjuk sebagai “visiting professor” dibidang jurnal internasional. Karena menurut Prof Obi, diperkirakan di tahun 2025, sasaran artikel jurnal dosen UTama sudah ada di Q1.
(Universitas Widyatama, Perguruan Tinggi Swasta No 1 di Kota Bandung. Info Penerimaan Mahasiswa Baru, klik https://pmb.widyatama.ac.id/)
“Setelah workshop Prof. Norzaidi akan memberikan bimbingan bagi setiap dosen. Para dosen boleh menghubungi Prof. Norzaidi lewat email, untuk berkonsultasi mengenai artikelnya. Setelah artikelnya bagus baru boleh disubmit ke jurnal internasional,” kata Rektor yang pernah meraih silver medals, kompetisi penulisan artikel tingkat dunia di Malaysia, tahun 2019.
Dalam satu semester pihaknya menargetkan sekitar 272 dosennya, wajib menulis satu artikel. Kemudian dosen yang tergabung dalam cluster keilmuan wajib menulis satu artikel juga. Sedangkan pejabat struktural menambah satu artikel.
“Setiap dosen di Universitas Widyatama harus cakap dalam menulis karena mereka bekerja di lembaga pendidikan,” kata Prof Obi.
Dirinya juga mengungkapkan, bahwa selama ini dukungan dari Yayasan Widyatama sangat besar. Di antaranya sejak dirinya menjadi Rektor UTama secara definitif, banyak kerjasama internasional yang telah dijalankan sehingga memudahkan segala sesuatunya.
Sementara itu melalui sambungan telepon, Prof Norzaidi, sebagai narasumber, menjelaskan bahwa saat menjadi pemateri dirinya membeberkan mengenai tip dan trik, agar artikel hasil riset dosen UTama lebih meningkat kualitasnya.
Syarat-syarat utamanya, kata Prof Norzaidi, para dosen UTama harus memperoleh bahan-bahan riset yang terkini berkaitan dengan pandemi, seperti menangani permasalahan ekonomi, cara pembelajaran dan lainnya.
Di samping itu hasil riset para dosen UTama, harus mengarah untuk keperluan industri, masyarakat luas dan pemerintah sebagai pembuat kebijakan.
“Sekarang ini penulisan artikel perlu menyelesaikan masalah, mengikuti prosedur dan sesuai aturan. Termasuk memberi dampak bagi industri, masyarakat, pemerintah,” kata Prof Norzaidi yang sudah bekerjasama dengan UTama, selama hampir empat tahun.
Etika penulisan artikel juga, kata Prof Norzaidi perlu dikedepankan, tidak boleh mengirimkan satu artikel yang sama ke berbagai jurnal internasional. Termasuk etika dalam pencantuman penulis artikel. Mahasiswa, dosen yang merilis artikel bersama promotornya saja yang boleh dicantumkan. Tidak boleh menuliskan nama orang lain yang tidak terlibat dalam penulisan artikel.
Ia juga tidak memperkenankan melakukan plagiarisme, seperti artikel dari bahasa asing yang diterjemahkan, dan banyak lagi.
Oleh sebab itu dalam menerbitkan artikel yang berkualitas pada jurnal internasional, kalau artikel itu telah ditunjuk oleh pakar dunia.
Terkait dengan perkembangan dosen UTama dalam menulis artikel, Prof Norzaidi mengungkapkan bahwa penulisan artikel para dosen UTama kini sudah jauh lebih meningkat.
“Awalnya basic, sekarang meningkat ke tingkat lebih tinggi. Saya di Indonesia banyak mengajar. Namun Dosen Widyatama sangat open mainded untuk memperbaiki hasil riset. Kalau segi penulisan dalam bahasa Inggris nya, sudah sangat bagus,” kata Prof Norzaidi, yang berada di Malaysia.
“Saya juga melihat dukungan jajaran top manajemen sangat bagus, baik itu dari Pak Djoko, Prof Obi dan Prof Haizam,” pungkasnya. [SR]***