Oleh: Yayan Suryana, S.Si, M.IL., Guru SMAN 2 Padalarang Kab. Bandung Barat
Masalah Sampah (Plastik)
Permasalahan sampah di manapun, kapanpun selalu menjadi isu sentral lingkungan yang tidak pernah selesai diperbincangkan.
Hal ini dikarenakan masalah sampah sangat dekat dengan kehidupan kita sehari-hari; sampah dihasilkan setiap saat dan paparan sampah tersebar di mana-mana.
Penanganan sampah tak semudah pengucapannya, karena kenyataannya memang sulit menangangi permasalahan sampah. Karena itu pula permasalahan sampah saat ini sudah naik levelnya menjadi isu global yang mendunia.
Berbagai upaya dalam menangani permasalahan sampah sudah banyak dilakukan, didukung dengan banyak peraturan dikeluarkan yang di kelaurakan, di antaranya (1) Undang-Undang Republik Indonesia no. 18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah, (2) Peraturan Pemerintah no.81 tahun 2012 tentang pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga, (3) Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia no.13 tahun 2012 tentang pedoman pelaksanaan reduce, reuse dan recycle melalui bank sampah.
Terkini dan layak diapresiasi adalah program andalan Walikota Bandung yang baru dengan jargonnya KangPisMan yang sebenarnya merupakan aktualisasi dari pelaksanaan 3R (reduce, reuse, recycle) namun dikemas dengan nilai kesundaan.
KangPisMan mengandung makna; Kang (kurangi sampah makanan), Pis (pilah sampah) dan Man (manfaatkan sampah menjadi nilai jual).
Inisiatif dan semangat gerakan KangPisMan ini tentunya akan sangat efektif apabila mendapatkan respon positif dan komitmen dari segenap warganya untuk sama-sama melaksanakan tanggung jawab mengelola sampah ini dengan baik, sehingga budaya bersih, terlebih budaya malu untuk membuang sampah sembarangan dapat diwujudkan.
Di sekolah komitmen untuk mengelola sampah secara efektif juga harus lebih intensif dilaksanakan, karena sekolah sebagai wawasan wiyata mandala memiliki fungsi dan peran untuk mendorong peserta didiknya memiliki sikap menghargai dan bertanggung jawab terhadap lingkungan sekolahnya.
Oleh sebab itu disadari atau tidak, anak-anak zaman sekarang telah menghasilkan banyak sampah setiap harinya, bahkan sejak mereka dilahirkan (Hidayah N, 2018), anak-anak dan mainan; anak-anak dan jajanan snack-nya seolah tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya.
Seringnya aktivitas jajanan makanan berkemasan plastik yang dilakukan siswa di kantin dan warung sekolah mendorong timbunan dan paparan sampah jenis kemasan plastik semakin melimpah setiap harinya di sekolah.
Begitu pula jika kita melihat secara luas permasalahan sampah plastik di negara ini, ternyata penggunaan plastik di Indonesia merupakan sumber utama penumpukan bobot sampah.
Terlebih plastik baru dapat diuraikan dalam waktu sekitar 1.000 tahun. Belum lagi, pemusnahannya dengan cara dibakar hanya akan mempurburuk kesehatan saja karena zat dioksi yang dihasilkannya tersebut.
Maka, prinsip 3R yaitu Reduce (mengurangi), Reuse (menggunakan kembali), dan Recycle (mendaur ulang) selayaknya dapat kita terapkan dalam mengatasi sampah kemasan plastik, khususnya di lingkungan sekolah yakni dengan cara yang simpel namun efektif salah satunya dengan mengembangkan program ecobrick.
Apa itu Ecobrick ?
Ecobrick adalah metode untuk meminimalisir sampah dengan media botol plastik yang diisi penuh dengan sampah an-organik hingga benar-benar keras dan padat. Ecobrick merupakan bata ramah lingkungan yang dibuat dengan tujuan mengurangi paparan sampah plastik, serta mendaur ulangnya dengan media botol plastik yang selanjutnya dapat dijadikan sesuatu yang berguna. Proses pembuatan ecobrick sangat sederhana dan mudah dilakukan oleh siapapun, termasuk siswa dan guru dapat dengan mudah melakukannya. Berikut ini cara pembuatannya :
1. Siapkan botol-botol plastik bekas air mineral, sebaiknya dengan merk dan ukuran yang sama (karena ukuran botol yang seragam dapat lebih leluasa untuk dibentuknya)
2. Isi botol-botol air mineral bekas tersebut dengan segala jenis sampah plastik (sampah yang tidak dapat terurai secara biologis), namun tidak untuk jenis kertas, kaca atau logam.
3. Padatkan isi botol dengan menggunakan tongkat bambu (stick), sehingga tidak banyak ruang kosong di dalamnya.
4. Masukan plastik yang lembut misal kresek atau selofan untuk memberi warna pada dasar botol agar tidak perlu mengecatnya.
5. Setelah terisi penuh botol-botol ecobrick siap dibentuk dan dimanfaatkan untuk konstruksi.
Melalui cara yang sederhana ini menjadikan program ecobrick relevan untuk dikembangkan di sekolah-sekolah. Dalam waktu singkat, sekolah akan menghasilkan ratusan bahkan ribuan botol ecobrick yang siap dimanfaatkan.
Ecobrick di Sekolah
Salah satu yang dapat dilakukan untuk meminimalisir paparan sampah kemasan makanan plastik di sekolah adalah dengan mengembangkan program ecobrick.
Dengan mengembangkan ecobrick di sekolah, guru dapat membimbing para siswa melakukan visioning melalui penelaahan tentang permasalahan lingkungan di sekitarnya.
Dari bata-bata ecobrick yang siswa buat dengan tingkat ketahanan yang sangat lama menjadikan ecobrick sebagai kapsul waktu yang hasilnya dapat dinikmati siswa setiap saat bahkan setelah mereka lulus sekalipun, hal ini tentunya dapat mendorong siswa untuk berpikir panjang tentang tanggung jawab mereka terhadap lingkungan.
Selanjutnya dengan mengembangkan program ecobrick di sekolah diharapkan muncul kepekaan dan kepedulian siswa terhadap lingkungan sekitarnya.
Dalam melaksanakan program ecobrick di sekolah mungkin awalnya akan mengalami banyak tantangan dan hambatan, namun demikian mulailah dengan semangat dan ketekunan, karena hal ini akan menjadi kebiasaan jangka panjang yang akan dimulai oleh guru, siswa, dan warga sekolah.
Hal utama yang harus dilakukan guru adalah memastikan para siswanya mendapatkan porsi bimbingan yang cermat dalam pembuatan ecobrick pertama mereka. Bagi siswa awalnya akan merasa terpaksa melakukannya, tetapi dengan diintegrasikan dalam kegiatan pembelajaran dan penilaian mata pelajaran oleh guru, kemudian siswa akan termotivasi melakukannya dan lama-kelamaan akan menjadi pembiasaan positif yang menggugah kepekaan siswa untuk peduli terhadap lingkungan, khususnya permasalahan sampah yang ada di sekitar mereka.
Manfaat Ecobrick
Dengan ecobrick, sampah-sampah plastik kemasan yang terpapar di sekolah akan tersimpan, terjaga di dalam botol-botol ecobrick sehingga tidak perlu lagi dibakar, menggunung, tertimbun dan lain-lain.
Bata-bata ecobrick dapat menjadi ruang-ruang hijau yang baik, seperti untuk kebun, taman bermain, dan pembatas taman. Selain itu bata-bata ecobrick juga dapat dimanfaatkan untuk membuat furniture modular, perabotan indoor, atau dirangkai seperti lego untuk menghasilkan meja, kursi, tempat tidur, bangku dan banyak lagi. Selain itu ecobrick dapat menjaga bahan-bahan plastik tersebut untuk terlepas CO-nya ke alam bebas, yang pada akhirnya secara skala besar akan menjaga bumi ini dari pengaruh pemanasan global (global warming).
Jika reuse dan reduce sudah sangat sulit dilakukan di lingkungan sekolah, maka ecobrick merupakan salah satu solusi terbaiknya.
Ecobrick mampu memberikan manfaat baru bagi limbah plastik kemasan di lingkungan sekolah, karena ecobrick adalah cara lain pemanfaatan sampah-sampah plastik tersebut selain mengirimnya ke tempat pembuangan akhir (TPA).
Dengan ecobrick siswa dapat memiliki kesempatan untuk mengubah pengorbanan komunitas dan ekosistem dalam mencerna plastik. Karakteristik plastik yang bermasalah bagi lingkungan karena sifatnya yang longevity dan durability malah menjadikannya sesuatu yang berarti, bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungan sekolah.
Dilihat dari sisi ekologis, mengembangkan program ecobrick di sekolah ternyata benar-benar dapat meminimalisir paparan sampah plastik bahkan bisa sampai nol sampah plastik (zero waste), hal ini karena hasilnya pun dapat terukur yakni jika satu botol plastik 600 ml dapat diisi dengan 250 gram sampah plastik kemasan yang setara dengan 2.500 bungkus mie instan atau satu botol plastik 1,5 liter dapat diisi 600 gram sampah plastik kemasan atau hampir sama dengan 6.000 lembar bungkus plastik mie instan (Ariefiani E, 2017), maka bayangkan saja, betapa banyaknya jumlah timbunan dan paparan sampah plastik di sekitar kita yang dapat disimpan dan terpenjarakan dalam botol-botol ecobrick tersebut.
Melalui satu visi menciptakan lingkungan sekolah yang bersih dan bebas dari sampah plastik, maka seluruh siswa, orang tua, dan guru dapat bersatu-padu membuat konstruksi ecobrick, konstruksi ecobrick ini digerakkan oleh semangat kerja sama untuk mendaur ulang sampah plastik menjadi ratusan bata-bata ecobrick yang ramah lingkungan. Selamat mencoba. ***