majalahsora.com, Yogyakarta – Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti bersama jajaran Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) melakukan kunjungan kerja ke SMA Negeri 2 Wates, Yogyakarta, dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan nasional. Kunjungan ini diwarnai dengan acara dialog interaktif “Sambung Rasa Guru” yang melibatkan para guru dari berbagai jenjang pendidikan.
Dalam sambutannya, Menteri Mu’ti menyampaikan rasa syukur dapat bertatap muka dengan para guru, yang disebutnya sebagai ujung tombak pendidikan di Indonesia.
“Saya merasa bahagia dapat bertemu dengan para ujung tombak pendidikan Indonesia. Melalui forum ini, saya mengajak seluruh guru untuk bersama-sama mewujudkan pendidikan bermutu untuk semua,” ungkapnya di Yogyakarta, Rabu (13/11/2024).
Menteri Mu’ti menegaskan komitmen Kemendikdasmen untuk meningkatkan kualitas sarana dan prasarana sekolah, serta memastikan kualifikasi guru memenuhi standar yang lebih tinggi, yakni setidaknya pendidikan D4 atau S1.
“Pemenuhan kualifikasi guru bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Ke depannya, guru tidak hanya sebagai penyampai ilmu, tetapi juga berperan sebagai mentor dan konselor pembentuk karakter bangsa,” jelas Menteri Mu’ti.
Beliau juga menyoroti berbagai permasalahan yang dihadapi dalam dunia pendidikan, dan menekankan pentingnya menciptakan suasana belajar yang menggembirakan bagi guru maupun siswa.
“Pendidikan yang menggembirakan akan membuat para pelaku pendidikan menikmati proses belajar-mengajar. Dari proses yang menggembirakan ini, kita bisa mencapai pendidikan bermutu yang diinginkan,” tuturnya.
Selama acara “Sambung Rasa Guru,” beberapa peserta turut menyampaikan aspirasi demi kemajuan pendidikan Indonesia. Henri Saputro, seorang guru dari SMP Negeri 2 Kalibawang, Kulon Progo, menyuarakan keprihatinan akan kesejahteraan guru. Menurutnya, peningkatan kesejahteraan sangat penting untuk menciptakan pendidikan yang menyenangkan dan bermutu.
“Selain aspek kesejahteraan, kami berharap adanya regulasi atau perlindungan hukum bagi para guru. Jika regulasi ini terwujud, hal ini akan menjadi langkah baik untuk meningkatkan kualitas pendidikan,” ujar Henri.
Selain itu, Titi Nurhayati, Kepala SLB Negeri 1 Kulon Progo, mengemukakan pentingnya perhatian khusus terhadap SLB dalam hal fasilitas, tenaga pengajar, dan tenaga kependidikan.
“Dengan semangat pendidikan bermutu untuk semua, SLB harus menjadi bagian penting yang diperhatikan dalam proses pembelajaran. Alokasi dana perlu ditingkatkan agar SLB mampu memberikan layanan terbaik bagi siswa berkebutuhan khusus,” jelas Titi.
Wulan, seorang guru dari Kelompok Bermain di Kulon Progo, turut menyampaikan aspirasinya terkait pengakuan Kelompok Bermain sebagai lembaga pendidikan formal. Menurutnya, perlu ada pengakuan formal untuk meningkatkan status serta hak yang sama dengan pengajar di pendidikan formal lainnya.
“Saat ini, kami memiliki 17 guru berpendidikan S-1 PAUD, dan kami berharap Kelompok Bermain dapat diakui sebagai lembaga pendidikan formal agar para pengajar memiliki hak yang setara guna meningkatkan kualitas pendidikan,” ungkap Wulan.
Acara ini dihadiri oleh 150 guru dari wilayah Kulon Progo, serta sejumlah pejabat penting lainnya, termasuk Wamendikdasmen Atip Latipulhayat dan Fajar Riza UI Haq, Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Nunuk Suryani, Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah Iwan Syahril, Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kulon Progo Arif Prastowo, Kepala BPMP Yogyakarta, dan Kepala BBGP Yogyakarta. [SR-Kemendikdasmen]***