majalahsora.com, Kota Bandung – Usman Kustaman mahasiswa Fakultas Teknik, semester tujuh, Universitas Widyatama berhasil membuat terobosan memodifikasi motor Honda C-70 keluaran tahun 1981.
Di tanah air umumnya menyebut Bekjul (bebek tujuh puluh). Sangat terkenal sampai medio tahun 1980-an dan kini bisa disebut menjadi barang antik. Malah apabila mesin dan bodinya masih orisinal harganya lumayan tinggi.
Motor Bekjul yang dimodifikasi oleh Kusman dan rekannya tersebut merupakan motor warisan dari keluarganya turun temurun.
“Motor ini dikasih oleh kakek saya,” aku Usman, kepada majalahsora.com di sela-sela kegiatan Wi-Can (Widyatama Internasional Competition and Exhibition), Rabu (11/12/2019).
Ia memamerkan motor Bekjulnya pada ajang Wi-Can di Gedung Serba Guna Widyatama.
Wi-CAN sendiri melombakan berbagai kompetisi seperti design exhibition, news anchor contest, English speech contest, smart movie contest, story telling contest, start up proposal contest, industrial engineering essay contest, transportation engineering contest, water resource research contest, accounting paper challenge, English essay writing competition, management smart competition, business plan competition, Cadcam competition, programming contest, marketing plan competition, instrumentation and control contest dan it exhibition.
Diikuti oleh 180 an peserta dari sekitar 50 perguruan tinggi yang ada di Jabar dan Banten, termasuk DKI Jakarta dan daerah lainnya di tanah air, termasuk Malaysia. Berlangsung dari tanggal 10-12 Desember 2019.
Usman memodifikasi motor itu dengan merubah mesinnya menjadi dua selinder. Dengan kapasitas mesin 200 cc yang aslinya cuma berkapasitas 70 cc.
“Mesinnya dua selinder dari Honda Astrea Grand dan Astrea Prima,” papar Usman.
Awalnya ia melihat mesin-mesin motor yang tidak layak pakai, lalu dibeli dengan harga yang cukup murah. Kemudian mendapat inovasi dari YouTube dari IG, setelah banyak orang yang bikin mesin motor 2 silinder kemudian ia termotivasi.
Saat itu ia pun mencoba memikirnya agar bisa berjalan normal sekitar tiga sampai empat bulan di tahun 2018, beres dan bisa dipakai (saat ia duduk di bangku kuliah semester V).
Kemudian untuk menguji ketahanan mesinnya April 2019 lalu, ia mengikuti kompetisi ketahanan mesin, dari Majalaya Kab Bandung, sampai Cibubur Jakarta, pada acara event klub motor Bekjul.
Ia dan temannya pun berhasil menyabet juara 2, untuk kelas engine dua silinder, club motor bebek 70 se-indonesia.
“Alhamdulillah berhasil juara kedua. Banyak peserta yang mogok. Karena banyak yang memaksakan modifikasi mesin umyang melebihi dari standar komponen-komponen, rasio dan lainnya. Sedangkan di bagian mesin pembakaran sudah di rubah menjadi 2 silinder,” kata Usman.
Saat ditanya mengenai kecepatan maksimal, ia menjelaskan bahwa dari segi kecepatan dan akselerasi pasti meningkat, namun tetap tidak bisa konstan di keceptan tinggi karena motornya memang standar.
Sedangkan untuk perpindahan giginya menggunakan empat percepatan.
“Kalau sudah di kecepatan 80 ke atas tetap ada limit. Soalnya mesin bisa panas atau dibatasi sekitar 100 km per jam,” lanjutnya.
Ke depan Usman dan rekan-rekannya ingin membuat gokart dengan mesin dua silinder, untuk diikutkan pada ajang pameran serta kontes bukan untuk kompetisi balapan.
Ia pun berharap dengan adanya eksebisi pada kegiatan Wi-CAN di kampusnya, ia ingin fakultas teknik yang ada di Widyatama dikenal oleh fakultas lain di kampusnya, masyarakat umum bahkan dunia. [SR]***