Nunung Kuraesin, M. M. Pd., Kepala SMPN 28 Kota Bandung (tengah), Hadiana, M. Pd., Kabid SMP Disdik Kota Bandung (kiri Nunung) berfoto bersama pengawas pembina, guru serta mahasiswa Indonesia dan luar negeri yang tergabung dalam Aiesec.
majalahsora.com, Kota Bandung – Beberapa mahasiswa Indonesia dan tujuh mahasiswa mancanegara (dari Jepang, Meksiko, Jerman, Spanyol dan Vietnam) yang tergabung pada Aiesec (Association Internationale des Etudiants en Sciences Economiques et Commerciales) adakan kegiatan kampaye mengenai disabilitas.
Kegiatannya diberi tema I Care For Disable berlangsung di SMPN 28 Kota Bandung, Kamis 14 Maret 2019. Acaranya dihadiri oleh Hadiana Kepala Bidang SMP Dinas Pendidikan Kota Bandung, pengawas pembina, komite SMPN 28 dan lainnya.
Aiesec sendiri merupakan organisasi internasional untuk para pemuda, yang membantu mengembangangkan potensi kepemimpinan mereka. Pada tahun ini menjadi yang ketiga kalinya Aiesec lakukan hal serupa, namun dengan tema yang berbeda.
Berkaitan dengan kegiatan Aiesec di SMPN 28, Yoga Maulana Ketua Pelaksana I care For Disable Project Aiesec menjelaskan, bahwa organisasinya ingin meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap penyandang disabilitas khususnya kepada siswa SMPN 28.
Patrick mahasiswa Jerman, Boy Taga komite SMPN 28 dan Yoga Ketua Pelaksana kegiatan.
“Kami sudah tiga kali adakan acara di SMPN 28. Pada tahun sebelumnya mengenai lingkungan. Sekarang mengenai disabilitas. Di acara ini kami mengandeng SLB Wartawan dan Yayasan Biruku Indonesia. Mengkampayekan dan memberdayakan teman-teman disabilitas ikut serta tampil menunjukan bakat mereka. Karena mereka juga punya keistimewaan. Agar citra mereka sama seperti siswa pada umumnya. Jangan sampai ada perundungan dan lainnya,” katanya.
Pada kesempatan itu siswa disabilitas SLB Wartawan dan Yayasan Biruku Indonesia, menampilkan bakatnya berupa tampilan angklung membawakan tiga lagu serta tampilan tari merak.
Selain ada tampilan seni, para mahasiswa Aiesec membeberkan materi dan pengalaman mereka, dalam membantu meningkatan citra baik disabilitas, kepada siswa SMPN 28. Di samping itu ada mini talk show.
“Kami pun ingin pemerintah bisa memberi perhatian kepada siswa disabilitas, serta memberi layanan fasilitas umum bagi penyandang disabilitas. Meskipun sudah ada perhatian seperti adanya jalan yellow box (di trotoar), namun belum optimal. Karena banyak jalannya yang tidak rata. Sehingga mempersulit penyandang disabilitas yang menggunakan kursi roda. Kami ingin ada gerakan yang lebih masif. Memberikan manfaat satu sama lain,” kata Yoga.
Siswa disabilitas memakai batik merah berbaur dengan siswa SMPN 28 Kota Bandung.
Dalam mengkampayekan hal tersebut Aiesec pun setiap minggu adakan publikasi di acara car freeday Dago.
Salah satu mahasiswa luar negeri Aiesec Patrick dari Collone, Jerman, memaparkan kepada majalahsora.com bahwa program tersebut sangat penting.
“Karena kami merasa bisa bekerja untuk kebaikan anak berkebutuhan khusus. Mengajari mereka (siswa SMPN 28), dan orang-orang akan merasakan manfaat dari proyek ini. Kita akan menggabungkan beberapa hal, untuk merasakan kesetaraan tanpa melihat latar belakang kita,” terang Patrick.
“Untuk ke depannya saya ingin proyek seperti ini bisa berlanjut, sebenarnya ini pengalaman pertama saya bergabung di proyek seperti ini. Saya akan berusaha untuk mengkreasikan hal seperti ini lagi ke depan. Belajar untuk bisa menciptakan manfaat yang lebih besar dengan belajar mengorganisasikan proyek seperti ini,” sambungnya.
Saat majalahsora.com menanyakan mengenai kesan di SMPN 28, dirinnya mengatakan bahwa ini kunjungan pertamanya.
“Saya belum banyak tahu. Namun saya merasa sangat diterima oleh lingkungan, walaupun tidak terlalu banyak waktu berinteraksi dengan siswa-siswinya. Hanya dalam mini talkshow dan mini expo kita bisa saling berhubungan. Tetapi secara keseluruhan, sangat menyenangkan di tempat ini untuk bersama sama dalam event ini,” ungkapya.
Bisa berjalannya kegiatan tersebut tidak terlepas dari dukungan semua pihak seperti Disdik, aparat kewilayahan, kepala sekolah, guru, tata usaha, serta Komite sekolah SMPN 28.
Boy Taga, Komite SMPN 28 Kota Bandung, merasa bangga sekolahnya bisa terpilih sebagai pilot projek Aiesec, yang bertujuan menumbuhkan kepedulian dan perhatian untuk siswa disabilitas/berkebutuhan khusus.
“Kami merasa bangga terpilihnya SMP 28 atas project Aiesec. Setiap sekolah di dalam aturannya selain harus menerima siswa RMP (Rawan Melanjutkan Pendidikan) juga ada anak berkebutuhan khusus. Hal ini bisa membangun kebersamaan dan membangun layanan pendidikan. Agar lebih peduli para siswa disabilitas. Proses penting dalam pembelajaran dan keberhasilan di SMPN 28 Kota Bandung,” kata Boy.
Boy selaku Komite SMPN 28, merasa bangga terhadap setiap program yang selalu didukung oleh Kepala SMPN 28.
“Hal ini merupakan kerjasama yang baik antara civitas SMPN 28 dan komite SMP 28. Luar biasa dari dukungan orang tua murid masing-masing (komite/mitra kelas) serta dukungan dari alumni. Perhatian cukup besar dengan datang langsung melihat kegiatan Aiesec. Betul-betul perhatian luar biasa dari orangtua. Karena kegiatannya bisa memberi wawasan kepada putra-putrinya. Mereka betul-betul senang sekali,” katanya.
Poto bersama mahasiswa Aiesec dan siswa SMPN 28 Kota Bandung.
Sementara itu Nunung Kuraesin Kepala SMPN 28 Kota Bandung, sangat mengapresiasi program dari Aiesec. Memberikan pencerahan kepada siswa-siswi SMPN 28 Kota Bandung, bahwa mereka harus merasa bersyukur terhadap dirinya yang tidak kekurangan suatu apapun.
“Ya siswa kami harus lebih menghargai setiap individu tidak terkecuali siswa disabilitas/berkebutuhan khusus. Karena mereka juga memiliki hak yang sama dan memiliki kemampuan dan bakat yang luar biasa,” ujar Nunung. [SR]***