majalahsora.com, Kota Bandung – SMAN 20 Kota Bandung disulap menjadi perkampungan adat yang ada di Jawa Barat. Hal ini terjadi saat kegiatan panen karya Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dari siswa kelas X. Implementasi program kurikulum merdeka, mengenai kearifan lokal dengan tema “Mapay Tapak Karuhun”, pada hari Kamis (2/3/2023) dari pagi hingga sore hari.
Berbagai tampilan seni dipertontonkan di samping itu juga ada kegiatan pernikahan adat Sunda. Menurut Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMAN 20 Kota Bandung, Ai Rijani, S.Pd., di Jawa Barat ada sekitar 28 kampung adat. “Karena ada sepuluh kelas, maka kita mengambil satu kelas satu kampung adat atau ada sepuluh stan,” kata Ai di sela-sela kegiatan.
Menghadirkan Kampung Dukuh Kabupaten Garut (kelas X-A), Kampung Kuta di Kabupaten Ciamis (kelas X-B), Kampung Miduana Kabupaten Cianjur (kelas X-C), Kampung Pulo Kabupaten Garut (kelas X-D), Kampung Urug Kabupaten Bogor (kelas X-E), Kampung Cireundeu Kota Cimahi (kelas X-F), Kampung Cikondang Kabupaten Bandung (kelas X-G), Kampung Banceuy Kabupaten Subang (kelas X-H), Kampung Sindangbarang Kabupaten Bogor (kelas X-I), dan Kampung Mahmud Kabupaten Bandung (kelas X-J).
(Pendaftaran mahasiswa baru Universitas Bale Bandung tahun akademik 2023-2024, Kampus Berkualitas klik di pmb.unibba.ac.id)
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila SMAN 20 Bandung, dihadiri Ketua Komite, Medi Mahendra, AP. S.Sos., M.Si., (kedua dari kiri) di dampingi Kepala SMAN 20, Aam Hamzah, S.Pd., (iket coklat)
Masih dikatan Ai, di masing-masing stan menampilkan unsur kebudayaan yang ada di kampung adat tersebut, yakni sistem bahasa, sistem pengetahuan, sistem organisasi sosialnya, sistem peralatan hidup dan teknologi, sistem mata pencaharian, sistem religi dan sistem kesenian atau tradisinya.
Lanjutnya di projek P5 ini siswa kelas X yang berjumlah sekitar 360 orang, turut terlibat dari awal proses projek yang memakan waktu kurang lebih selama dua bulan. Adapun metode yang dilakukan untuk memperoleh informasi tujuh sistem tersebut dengan cara berliterasi, baik itu dari buku yang ada di perpustakaan maupun berselancar di dunia maya.
“Kita tidak membolehkan anak-anak datang langsung ke kampungnya untuk survey langsung. Observasinya melalui observasi digital maupun melalui buku. Lalu dipelajari. Di setiap kelas itu dibagi menjadi tiga divisi. Semua terlibat di situ. Hari ini merupakan gelar karyanya,” kata Ai.
Kiri ke kanan: Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan Ramdhan Tarum, S.Pd., Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana Prasarana Sri Daryati, S.Pd., Kepala SMAN 20 Kota Bandung Aam Hamzah, S.Pd., Wakil Kepala Sekolah Bidang Humas Dra. Nani Rochmaniah dan Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum Ai Rijani, S.Pd
“Sebelumnya di Jumat minggu kemarin kita melakukan sidang dari projek, anak-anak membuat laporan dalam bentuk persentasi di hadapan guru penguji sebagai guru pembimbing. Dalam sepuluh kelas dibagi dalam lima tim, masing-masing tim ada dua kelas dan ada pembimbingnya. Namun saat diuji tidak dilakukan oleh guru pembimbingnya tetapi silang oleh guru pembimbing dari kelas lain,” kata Ai.
“Dalam stan-stan kampung adat dipamerkan mengenai alat-alat dapur, pekakas kerja, replika rumah, maket kampung adat, olahan makanan, gambar situs peninggalan atau makam, dideskripsikan juga mengenai sejarah dan sosial budayanya, mata pencaharian, kesenian intinya menampilkan tujuh unsur tadi.”
“Tadi juga ada yang menampilkan dalam bentuk kabaret, seni tarawangsa, pernikahan dan lainnya. Dari satu tampilan memuat tujuh sistem tadi. Kreasi anak mau menampilkannya seperti apa silahkan. Meskipun dalam pameran dan tampilannya tidak menyerupai 100 persen yang ada di kesepuluh kampung adat tersebut dan sedikit dimodifikasi, namun insya Allah sudah mewakili,” imbuhnya Ai.
Pernikahan Sunda dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila SMAN 20 Kota Bandung
Dirinya pun berharap dengan kegiatan ini, setidaknya para siswa jadi tahu dan mengenal lebih jauh, bahwa di Jabar ada Kampung Adat seperti ini termasuk tradisinya. Sehingga mereka juga bisa ikut menjaga, melestarikan sekaligus mempromosikan kampung adat yang ada.
Masih dikatakan Ai, panen karya di SMAN 20 Kota Bandung sudah dilaksanakan selama dua kali, projek pertama mengenai kewirausahaan. Berikutnya setelah panen karya ini akan mengusung projek mengenai gaya hidup berkelanjutan”. “Mulai minggu depan untuk tema Gaya Hidup Berkelanjutan sudah mulai masuk ke tahap awal,” pungkasnya.
Raisa Azumi siswi kelas X-D, mengatakan bahwa stannya menampilkan Kampung Pulo yang ada di Leles, Kabupaten Garut. Dalam stannya ada beberapa gambar mengenai kekhasan Kampung Pulo.
“Di Kampung Pulo ada gapura, rumah adat, masjid, poto almarhum Mbah Dalem Arif Muhammad penemu Kampung Pulo. Ada juga candi Cangkuang, Situ Cangkuang, termasuk ada makam Mbah Dalem Arif Muhammad. Ini juga ada makanan khas dari Garut,” kata Raisa.
Stan Kampung Pulo dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila SMAN 20 Kota Bandung
Lanjut Raisa yang menjadi ciri khas di Kampung Pulo, yakni adanya Situ, Candi Cangkuang, dan jumlah rumah yang hanya ada enam buah.
Rekan satu kelas Raisa, Andika Dwi Putra, menambahkan di stannya membuat miniatur Kampung Pulo dan miniatur rakit, sebagai alat transportasi di Situ Cangkuang. Di samping itu ada miniatur sawah sebagai sumber mata pencaharian dan makanan di daerah tersebut.
Saat ditanya cara mendapatkan informasi Kampung Pulonya seperti apa? Kata Andika mereka mencari dari google, Wikipedia, YouTube dan referensi secara online.
Salah satunya menyajikan makanan khas kampung yang ada
Andika pun berharap dengan kegiatan ini generasi muda khususnya pelajar SMAN 20 Kota Bandung, bisa lebih mengenal kebudayaan di Jawa Barat. Pasalnya kata Andika generasi muda sekarang sudah mulai renggang dalam mengenal budayanya.
“Penting sekali menjaga budaya itu, dari para leluhur makanya harus menjaga jangan sampai hilang,” kata Andika.
Samor Salam, rekan mereka pun sangat antusias untuk menjaga budaya yang ada. Karena kata Samor budaya merupakan sesuatu hal yang unik yang dimiliki oleh Negara Republik Indonesia, dari agama, suku, bahasa, adat istiadat dan lainnya.
Kampung Urug dalam kegiatan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila SMAN 20 Kota Bandung
“Karena apabila budaya hilang maka keuinikan di Indonesia pun akan hilang. Maka ini merupakan salah satu cara untuk menjaganya. Dan mengetahui budaya di Indonesia khususnya Jawa Barat. Di sini juga saya belajar bahwa Kampung Pulo itu hanya ada enam rumah dan diisi oleh sekitar 23 sampai 26 orang. Kalau lebih dari itu harus ke luar kampung,” kata Samor.
Sedangkan Kepala SMAN 20 Kota Bandung Aam HAmzah, S.Pd., mengatakan bahwa dengan panen karya kearifan lokal ini, bisa menanamkan kecintaan generasi muda kepada adat istiadat atau budaya Sunda yang penuh dengan nilai-nilai luhur, baik dari sisi agama, sopan santun, adab, tutur kata dan lainnya. Yang kolerasinya masih bisa diaplikasikan di kehidupan jaman modern ini.
Dalam kesempatan yang sama Wakil Kepala Sekolah Bidang Humas Dra. Nani Rochmaniah menjelaskan bahwa kegiatannya sendiri dihadiri oleh Ketua Komite SMAN 20 Kota Bandung Medi Mahendra, AP., S.Sos., M.Si., perwakilan dari Cabang Dinas Pendidikan Wilayah VII, Dr. Nanang Wardhana, S.E., M.M., Analis Kebijakan Ahli Muda, Kapolsek, aparat kewilayahan, orangtua siswa dan SMA Negeri Swasta dan lainnya.
Guru SMAN 20 Kota Bandung dan para tamu undangan yang hadir
Kata Nani pameran panen karya P5 yang pertama mengenai kewirausahaan diadakan pada tanggal 27 Oktober 2022, berkolaborasi dengan program OSIS, yakni Festival Budaya dan “Got Talent”.
Di samping itu dirinya juga mengungkapkan bahwa bisa berjalannya kegiatan P5 di SMAN 20 Kota Bandung tidak terlepas dari kolaborasi sekolah, OSIS dan dukungan dana orangtua siswa.
“Mungkin pihak lain menyangka bahwa kegiatan ini memakan biaya yang besar, padahal ini kita biayai sehemat mungkin, kerja bareng dengan anak-anak, orangtua siswa khususnya komite sekolah yang sangat peduli. Artinya di sini kita jangan sampai ada pembunuhan karakter terhadap anak-anak, karena tidak ada, belum ada atau tidak kebayang dananya dari mana maka tidak dilaksanakan,” kata Nani.
Jajaran OSIS SMAN 20 Kota Bandung yang sangat diandalkan perannya, dalam mendukung setiap program sekolah
Di samping itu Nani menjelaskan untuk kegiatan ini juga dikomunikasikan dengan siswa sehingga bisa berlangsung.
“Kami semua bergerak, ada yang mengajukan proposal ke perusahaan dan lembaga mana. Manajemen juga sama untuk menggalang dana pada orantua yang peduli terhadap program sekolah ini,” kata Nani.
“Kemudian anak-anak melalui OSIS diajak berdiskusi untuk melaksanakan program P5 tetapi tidak tergantung dari komite. OSIS juga melakukan kencleng dan berjualan kewirausahaan. Kalau ada dari komite itu hanya berapa persennya,” kata Nani. [SR]***